Mengacaukan Pernikahan Om Kana

1042 Words
Keyra Alina Bagaskara menyeka keringat di keningnya. Dia berlari sekuat tenaga, napasnya terengah-engah, sementara kakinya melangkah cepat di atas trotoar. Hotel megah di depannya terasa jauh untuk di jangkau. Disanalah tempat di mana Kana Bagaskara, Om-nya, akan mengikat janji suci pernikahan dengan wanita lain. Kekasihnya selama tiga tahun yang bernama Laras. Keyra tidak peduli dengan tatapan orang-orang di sekitarnya. Mereka jelas tahu siapa dirinya hingga tak ada larangan untuk masuk meskipun dengan pakaian yang tak sesuai. Keyra terus berlari sampai berdiri tak jauh dari tempat dengan kursi yang ditata rapi. Dia ingin menghentikan Om Kana sebelum terlambat. Memiliki Om Kana bukan rencana, ia tahu ini adalah bencana, tapi hatinya tak bisa membiarkan laki-laki itu dimiliki wanita lain. Kana yang terlihat mulai menjabat tangan Ayah dari Laras membuat Keyra panik. Apapun caranya, dia tidak mau kehilangan Om Kana, Om Kana tidak boleh menikah dengan wanita lain atau dirinya akan menyesal. "Bismillahirrahmanirrahim, saya terima...." "Stop, Om!" Suara Keyra terdengar menggelegar ditengah suasana hening orang-orang yang ingin mendengar Kana mengucap ijab qabul. "Key?" Wina, Ibunda dari Keyra yang tak lain adalah Kakak Kana segera menghampiri putrinya yang terlihat kacau. "Hentikan pernikahan ini, Om Kana nggak boleh nikah sama orang lain!" "Keyra? Kamu kenapa sayang? Jangan ganggu acara Om Kana, kamu mau ganti baju dulu buat acara ini atau bagaimana? Ayo, Mama antar." "Nggak Ma, aku kesini bukan buat menghadiri pernikahan Om Kana, tapi untuk menggagalkannya." "Key, kamu kenapa?" Tanya Wina yang perasaannya mulai tidak enak. "Om Kana nggak boleh menikah sama Tante Laras, aku lagi hamil anak dia. Dia harus bertanggungjawab." Ucapan Keyra mengejutkan semua keluarga juga tamu undangan yang hadir di sana. Mereka tahu siapa Keyra, dan apa yang dia katakan tentu saja bukan hal normal walaupun sebagian besar tahu bahwa Kana hanya anak angkat. Akan tetapi seorang paman menghamili keponakannya sendiri adalah sesuatu yang sangat memalukan. Apalagi untuk keluarga terpandang seperti Irwan Bagaskara. Tanpa mengatakan apapun, keluarga Laras menarik mempelai wanita akan untuk menyingkir dari pelaminan. Mereka terkejut, malu, dan kecewa. "Apa benar itu, Kana?" Irwan yang tak lain adalah kakek Keyra berdiri dan menatap tajam mata putra angkatnya. "Tidak Yah, aku tidak pernah melakukan apapun." "Tapi aku bawa buktinya, Om!" Keyra memperlihatkan sebuah alat tes kehamilan bergaris dua yang sudah dia siapkan, dan sebuah foto dia dan Om Kana yang tengah tidur di ranjang yang sama. Sebuah tamparan keras dari Ayahnya mendarat di pipi Kana. Menyakitkan, tapi lebih menyakitkan kebohongan yang Keyra tuduhkan padanya. "b******k kamu, Ka. Adik macam apa kamu hah? Sebagai paman seharusnya kamu melindungi Keyra, bukan malah merusaknya!" teriak Wina. "Aku tidak melakukan apa-apa, Kak." "Kamu jahat, Kana!" Wina yang tidak terima dengan apa yang terjadi berteriak keras sambil memukul d**a Kana, tak peduli di sana banyak tamu yang hadir dan mendengarnya. Setelahnya dia ambruk dan tak sadarkan diri. *** Hari itu, pernikahan Kana dan Laras akhirnya batal. Isak tangis Laras menyayat hati Kana ketika pergi ke luar masih dengan kebaya pengantinnya, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Semua orang sudah termakan ucapan gila Keyra, termasuk Ayahnya. Kana mengucap ijab qabul dengan d**a sesak, bukan pernikahan seperti ini yang ia inginkan. Seharusnya bukan Keyra yang menjadi mempelai wanitanya, tapi Laras yang bisa menjamin ketentraman hati dan hidupnya. Pesta pernikahan itu tidak bubar, tidak batal. Semua tamu yang hadir tetap menikmatinya, mengucapkan selamat pada Kana dan istrinya. Namun hati Kana murka, ia membenci Keyra. "Dimana kalian melakukannya?" Setelah acara selesai, Irwan memanggil anak dan cucunya untuk menghadap, lengkap dengan kedua orangtua Keyra. "Di rumah, Eyang?" Bukan Kana yang menjawab, melainkan Keyra. "Apa Kana memaksamu, Keyra? Apa dia yang memulainya?" Irwan tak percaya jika anak yang ia beri kepercayaan berbuat seperti ini, mengotori wajahnya dengan perbuatan bejad. "Tidak Opa, kita melakukannya atas dasar suka sama suka." Jawaban Keyra membuat semua orang yang ada di sana lemas seketika. Wina menangis, tak percaya putrinya menyukai Om-nya sendiri. Memang Kana hanya adik angkat baginya, tapi rasanya sulit dia terima. "Kalian bisa melakukan ini, itu berarti sudah tahu resikonya. Setelah ini, kalian bukan keluarga Bagaskara lagi." "Yah!" Wina tidak bisa terima, tidak jadi bagian dari keluarga Bagaskara lagi itu artinya sang Ayah akan membuang Keyra. Sebagai ibu dia tidak ingin anaknya hidup sengsara. "Diam Wina, itu pilihan dia. Dan untuk kamu Kana, bersiaplah untuk kembali pada kehidupanmu yang sebelumnya. Saya tulus menjadikan kamu anak, sayangnya kamu lebih memilih untuk jadi anak angkat yang tidak tahu diri, membuat saya malu dan kecewa." Tubuh Kana lemas, dalam hidupnya ia tidak pernah membayangkan akan berada dalam situasi memalukan seperti ini. Keyra harus membayar mahal fitnah kejamnya. *** "Kenapa kamu tega melakukan ini Keyra?!" Kana menghempaskan tubuh Keyra ke atas ranjang. Malam yang seharusnya sedang ia nikmati bersama Laras berubah menjadi malam yang menguras emosi untuknya. "Karena aku cinta sama Om Kana, kalau nggak kayak gini Om pasti udah nikah sama Tante Laras." "Kamu itu masih kecil Keyra! Yang kamu rasakan itu bukan cinta, perasaan yang kamu miliki hanya sementara, masih bisa berubah kapan saja. Kamu tega mempermalukan keluarga kita hanya karena alasan cinta? Kita itu keluarga Keyra! Aku pamanmu, dan aku punya masa depan sendiri, tidak mungkin selamanya berasa di bawah ketiak Kakekmu, aku hanya anak angkat!" "Om Kana memang pamanku, anaknya kakek. Maka dari itu kita tidak sedarah dan halal untuk menikah." "Tapi tidak pantas, Keyra! Ini memalukan, apa kamu tidak punya otak? Apa isi kepalamu kosong sampai tidak bisa berpikir bahwa ini salah?" "Aku juga sudah berusaha buat menepisnya tapi susah. Aku sudah berusaha meyakinkan hatiku kalau tidak perlu melakukan semua ini, tapi nggak bisa, Om," jawab Keyra. "Om pikir aku pergi dan nggak pengin datang ke pernikahan kalian karena apa? Karena aku nggak sanggup dan berusaha buat ikhlas Om Kana menikah sama Tante Laras, tapi aku nggak bisa, hatiku berontak." "Kamu adalah manusia paling egois yang pernah aku kenal, Key. Kamu mengorbankan hidup Om. Kamu buat Om gagal menikahi wanita yang Om cintai, yang Om inginkan." "Mau yang jadi istri Om itu tante Laras atau aku sama aja 'kan? Sama-sama perempuan, sama-sama punya lubang kenikmatan." Kana menampar pipi Keyra atas ucapan kurang ajarnya. Ia tidak menyangka, anak kecil yang dulu ikut ia sayang dan jaga berbalik memakannya seperti ini. "Pengantin baru itu harusnya dicium Om, bukan di tabok begini, sakit tahu." Kana menatap telapak tangannya yang memerah, pasti sakit. Tapi ini baru permulaan Keyra, batinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD