ZZ|20

1256 Words
Hari Senin, seluruh murid di SMA Bintang Bangsa berjajar rapi di lapangan. Barisan kelas dua belas nampak rapi meski rasa pegal-pegal di tubuh mereka masih terasa sisa kemah di hari sabtu. Upacara sudah dimulai sejak delapan menit yang lalu. Zevania sengaja memposisikan dirinya di barisan paling belakang karena tubuhnya yang tak begitu sehat. Zevania sendiri tak mengerti, tak sekalipun tubuhnya itu baik-baik saja setelah kemah. Padahal, sebagai anak Pramuka yang sudah aktif sejak sekolah dasar, Zevania harusnya sudah terbiasa dengan kegiatan berkemah. Kali ini Zevania menguncir rambutnya tinggi, niatnya agar mengurangi rasa sakit kepalanya. Zevania pernah mendengar jika menjambak rambut bagian depan bisa mengurangi sakit kepala. Maka dari itu ia mengikat rambutnya, namun sama sekali tak berpengaruh. Hari ini pun Zevania meninggalkan salah satu tugasnya yakni memasak sarapan untuk Zidan. Biarlah bos sekaligus gebetannya itu marah nantinya, Zevania benar-benar sakit kepala pagi ini. Zevania melihat Zidan yang terus berpindah barisan seperti hendak mendekatinya. Dan benar saja, cowok populer itu kini berdiri di barisan perempuan tepat di belakangnya. Bagaimana jika ketahuan guru? “Kalau pusing bilang!” bisik Zidan pelan, namun ada nada ketegasan di dalamnya. Zevania memutar kepalanya sejenak hanya sekedar untuk menunjukkan senyum terbaiknya pada Zidan. Namun sialnya, hal itu membuat Zidan dapat melihat dengan jelas wajah pucat Zevania. “Kita ke ruang kesehatan!” Zidan langsung merangkul kasar bahu Zevania dan mengajaknya pergi. “Nunduk, biar keliatan sakitnya!” titah Zidan, Zevania segera menunduk. Tak akan ada yang melarang mereka. Apalagi dengan kepala Zevania yang tertunduk membuat semua akan tahu jika Zevania tengah sakit dan tak akan dipermasalahkan untuk meninggalkan upacara. Keduanya telah meninggalkan lapangan, Zevania nampak mulai memelankan jalannya. Suhu tubuh Zevania memang normal, namun sakit kepala begitu terasa baginya. “Kalau sakit gak usah sekolah, nyusahin tahu gak!” gerutu Zidan sembari menyesuaikan langkahnya bersama Zevania. “Kalau aku gak sekolah, berarti gaji aku kamu potong dong?” Zevania menatap Zidan dengan wajah pucat. Zidan mendengus, sedang seperti ini saja Zevania masih memikirkan gajinya. “Ya iya, masa lo makan gaji buta!” Zevania cemberut mendengar penuturan Zidan. “Makanya aku sekolah biar bisa dapat gaji dari kamu!” “Emangnya gue bakal gaji lo hari ini? Lo sakit gini, gimana bisa urusin gue coba!” “Yaudah, hari ini kamu aja yang urus aku. Kan aku lagi sakit!” “Bisa bayar pakai apa lo?!” ketus Zidan, rangkulan pada bahu Zevania ia lepaskan. “Pakai hati!” 0o0 Reynaldi dengan telaten memijat kepala Zevania, cewek yang sedari pagi mengomel padanya karena tak mengikuti kegiatan kemah yang diadakan oleh organisasi Pramuka itu sakit kepala. Tania dan Gista kompak membolos hari ini, mungkin mereka masih merasa lelah akibat kemah sabtu kemarin. “Udah enakan belum?” Zevania menggeleng, namun tangannya menarik tangan Reynaldi agar menghentikan pijatannya. Reynaldi itu teman yang baik, dan melindungi. Zevania bersyukur dapat menjadi salah satu sahabatnya. Reynaldi itu royal, dan perhatian. Entah ada berapa pasang sepatu yang berjajar di rumah Zevania berkat uang Reynaldi. Tania dan Gista pun demikian, mereka sering melakukan perawatan untuk membobol isi dompet milik Reynaldi. “Laper.” Zevania merengek pada Reynaldi, bukan hal tabu baginya untuk menunjukkan sisi manjanya pada Reynaldi. Reynaldi langsung berdiri dan menarik tangan Zevania. “Yok, ke kantin.” Keduanya lantas berjalan dengan bergandengan, jika saja gosip kedekatan antara Zevania dan Zidan tak berhembus maka pasti banyak yang mengira bahwa Zevania dan Reynaldi memiliki hubungan khusus. “Van, lo gak minat gantiin posisinya Farah buat gue?” Reynaldi bertanya santai. Begitupun dengan Zevania yang menjawabnya dengan santai. “Mungkin kalau gak ada Zidan, bisa aja gue minat!” Tawa Zevania pecah setelah mengatakan itu, berbeda dengan Reynaldi yang justru mendengus. Reynaldi memberengut kesal ketika sampai di kantin, Zevania menarik paksa dirinya untuk duduk di meja yang sama dengan Zidan. Tidak, Reynaldi tidak mempermasalahkan keberadaan Zidan melainkan sosok Leon yang juga ada di sana. “Ngapain sih kesini, meja masih banyak!” Reynaldi mencoba untuk menarik Zevania pergi namun Zevania menahannya kuat. “Udah, di sini aja! Lagian Cuma Zidan sama Leon doang!” Zevania duduk dan menarik Reynaldi agar ikut duduk. “Dan lo tahu alasan gue gak mau duduk di sini!” Reynaldi menyentak tangan Zevania dan langsung pergi dari kantin. Zevania menatap kepergian Reynaldi, ia menghembuskan napasnya dan menatap Leon serta Zidan. “Udah enakan?” tanya Zidan untuk mengalihkan perhatian. Hubungan Reynaldi dan Leon memang belum ada tanda-tanda akan membaik. Jadi lebih baik tidak membahasnya sekarang. “Masih sakit kepala sih, tapi ya ... udahlah, nanti juga hilang sendiri.” Zidan hanya mengangguk, kemudian mendorong nasi goreng yang hanya tersisa setengah dan segelas jus mangga yang juga tinggal separuh ke arah Zevania. “Abisin! Gak jijik kan?” Zevania mengangguk pasti, dengan cepat ia memakannya begitu lahap. Baru dua suapan, Zevania memutuskan untuk meminum jus terlebih dahulu. Saat bibirnya bersentuhan dengan gelas, Zevania teringat dengan suatu kalimat yang pernah Gista ucapkan. ‘Zidan ngelarang gue minum jus bekas dia, katanya kalau kita minum di gelas yang sama itu sama aja kayak ciuman gak langsung!’ Zevania segera menjauhkan gelas dari bibirnya. “Dan ini kita barusan ciuman secara tidak langsung ya?” Ucapan polos Zevania sontak saja membuat Leon yang sedang minum tersedak dan batuk. Sedangkan Zidan hanya menatap datar Zevania. Oh my God! 0o0 Zevania Arasha, ia masih mempunyai tanggung jawab selama satu jam setelah pulang sekolah untuk menjadi asisten dari Zidan. Seperti saat ini, Zidan membawa Zevania ke rumahnya. Zevania tentu akan senang berkunjung ke rumah calon mertua. Namun sakit kepala yang masih dirasakannya membuat ia kehilangan sedikit semangat. Sekarang tugas Zevania adalah mengasuh si kembar Alda dan Aldi. Yulis sedang pergi ke supermarket, dan Zidan sedang mandi. Alda dan Aldi begitu lincah, membuat Zevania sedikit kewalahan. “Kakak Jepania coba jongkok dulu!!” Aldi menarik tangan Zevania agar berjongkok di depannya. Zevania pun menurut, ia berjongkok di depan Alda dan Aldi. Baru saja ia berjongkok, punggungnya sudah ditabrak dua tubuh kecil di belakangnya. “Gendong! Gendong! Gendong!!” Alda dan Aldi bersorak bersamaan dengan tangan mereka yang memeluk erat leher Zevania membuat Zevania tercekik. “Ad—duh lepas ... sakit!” Zevania melepaskan tangan yang melingkari lehernya dengan lembut. “Gini aja, kita main kuda-kudaan. Alda sama Aldi naik ke punggung Kakak ya.” Zevania memposisikan dirinya untuk bertumpu pada lutut dan kedua tangannya. Alda dan Aldi beranjak naik ke punggungnya. Zevania mulai merangkak pelan-pelan agar dua makhluk di atasnya tidak terjatuh. “Asikk!!! Kakak Jepania jadi kuda Alda!!” pekik Alda kegirangan, begitupun dengan Aldi. Kedua bocah berusia tiga tahun itu begitu gembira di atas tubuhnya. Zevania mengabaikan rasa sakit kepalanya, padahal kini rasa sakit itu kian kentara. Zevania terus merangkak, sampai ia berhenti karena ada sepasang kaki di hadapannya. Zevania mendongak, dan tersenyum melihat Zidan yang berada di depannya. “Abang sini naik ke punggung Kakak Jepania!!” Aldi berseru senang melihat Zidan. “Janganlah, nanti kakak gak kuat.” Zevania melirik ke belakang sejenak. “Kalian turun, kasian Kak Zevania. Kita main lego aja,” ucap Zidan, permainan lego adalah hal yang tak mungkin ditolak oleh adik kembarnya. Zidan menurunkan Alda dan Aldi dari punggung Zevania. Ia tidak tega melihat Zevania menjadi tunggangan untuk kedua adiknya. Lega rasanya ketika beban di punggungnya terangkat, Zevania segera bangkit. Pinggangnya terasa pegal, dan rasa pusing kini menyerangnya. Tubuhnya hampir tumbang ketika berdiri jika saja Zidan tidak menahannya. “Lo istirahat di kamar gue aja.” “Hah?” “Sana ke kamar gue! Tidur di sana, Alda sama Aldi biar gue yang urus.” “Kenapa?” “Karena gue nyuruh!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD