Gala menatap Aya, ia sedikit luluh, "Aku cinta pertamamu? Selama lima belas tahun ini?" "Ka-kamu tidak pernah bersama yang lain karena aku?" Gala bicara perlahan. "Iya," Aya menggenggam tangan Gala, "Itu sebabnya, aku ingin memperjuangkan hubungan ini. Setidaknya biarkan aku menjelaskan dulu semuanya. Setelah itu, kamu bisa memutuskan." "Ka-kamu boleh meninggalkan aku atau pergi menjauh, tapi setidaknya setelah aku bicara," Aya membelai pipi Gala dan mengecupnya, "Maafkan aku." Gala menoleh ke arah Aya. Mata calon istrinya itu sedikit merah karena tangis. Binar mata yang indah, yang membuatku jatuh cinta. Aku tidak mungkin meninggalkanmu ataupun menjauh darimu. Ia menunduk tanpa mengucap sepatah katapun. Aya tahu kalau Gala menunggu ceritanya. "Pertama tama, maafkan aku Gala, se