32

1559 Words

Deru pelan mesin McLaren berhenti tepat di depan mansion utama keluarga Bramasta. Malam mulai turun, langit gelap diselimuti lampu-lampu taman yang menyala lembut di sepanjang jalur masuk. Dante turun lebih dulu, lalu berjalan ke sisi lain untuk membukakan pintu bagi Salina. Tangannya terulur, menunggu. Salina menatapnya sejenak, lalu meraih jemarinya dengan ragu. “Kenapa rasanya kayak mau masuk ruang interogasi, ya?” gumam Salina pelan. Dante tertawa rendah. “Kamu cuma masuk ke rumah orangtua suamimu sendiri, Sayang. Bukan ke medan perang.” “Tapi terakhir kali aku ke sini, Mas… aku sempat—” “Bilang mau cerai di tengah acara makan malam keluarga besar?” potong Dante cepat. Salina langsung menunduk. Wajahnya yang biasanya tenang kini memerah. “Aduh, Mas… tolong jangan diingetin lagi.”

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD