29

1413 Words

Di sinilah Denta Attala Bramasta kini duduk. Restoran La Via, dengan interior modern minimalis dan aroma kopi bercampur wine yang menggantung di udara. Restoran premium yang menjadi tempat pertemuan bisnis kalangan atas Surabaya ini cukup lengang pagi itu, menyisakan ketenangan yang memberi ruang untuk percakapan serius. Denta duduk dengan tubuh tegap, setelan abu arangnya memeluk proporsi tubuhnya dengan presisi sempurna. Lengan bajunya digulung sedikit, menampakkan tato garis melingkar yang samar-samar terlihat saat ia mencondongkan tubuh, meletakkan gelas macchiato yang baru saja diteguknya. Di sampingnya, Bima tampak lebih santai dengan jas biru dongker dan gaya rambut acak-acak rapi khasnya. Di hadapan mereka duduk dua orang yang datang jauh-jauh dari Batam—Tuan Adam Wijaya, pria pa

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD