Bab 3

1018 Words
Diandra benar-benar tak mau di make-up secara berlebihan. Dia mau tahu respon apa yang akan diberikan oleh Fernando setelah diundang. Diandra sudah pasrah maka ia akan pergi. Jika ia diterima maka ia akan tetap di sini. Sederhana saja. Malam telah tiba. Gina mau pun Diego sudah ada di rumah. Namun, tak nampak pria bernama Fernando. Jangan-jangan dia memang tidak mau dilihat sama sekali. Dasar sombong. Gina meminta Diandra untuk duduk didekat Diego. Diandra menurut. Dan duduk di sana. Penampilan Diandra benar-benar terkesan biasa.  Untuk ukuran konglomerat sekelas keluarga Horrison Dan memang pakaian terbaik yang Diandra miliki. "Kau sudah tak sabar ya melihat calon mu?" Bisik Diego. Diandra menoleh bingung. Lalu menggeleng. "Itu pakaianmu bagus dan kamu cantik sekali," puji Diego. Membuat wajah Diandra memerah. Diandra mengambil pakaian yang seperti kampung ini dan make-up tipis yang disebut cantik oleh Diego. Entah bagaimana nanti reaksi Fernando bila dilihat. "Kau datang juga, nak?" Gina tiba-tiba bersuara. Diego dan Diandra langsung menoleh ke arah pria yang sedang berdiri di sana.  Diandra ternganga di sana. Bagaimana mungkin ada pria dengan ketampanan sempurna seperti itu. "Fernando. Perkenalkan dia adalah Diandra calon istrimu." Diandra semakin ternganga begitu mendengar nama calon suaminya. Calon suaminya setampan ini. Mimpi apa Diandra. Fernando memandang Diandra dengan malas. Lalu duduk di samping sang ibu. "Diandra," tegur Gina. Diandra masih bengong. Diego terkekeh melihat Diandra. Dan langsung menyenggol lengannya. Menyadarkan Diandra. "Eh.. apa... maaf-maaf," ujar Diandra malu. Sumpah kenapa juga Diandra harus terpaku seperti itu. Fernando menggelengkan kepalanya. "Dia calon ku?" Tanya Fernando. Gina mengangguk. "Tak ada yang lebih baik, sampai aku harus dijodohkan dengan gadis kampung sepertinya?" Ejek Fernando. Membuat Diandra sakit hati. Tapi Diandra mencoba tenang. Tak terpengaruh dengan ucapan Fernando. "Fernando. Jaga ucapanmu!" hardik mommy. "Mom, lihat dia.. astagah...." "Fernando." Diego memperingati. Fernando melihat kakaknya. "Itu seleramu kak, bukan aku." Fernando langsung pergi dari ruang tamu. Membuat Diandra merasa sangat terhina. "KAU FIKIR KAU SIAPA HAH ! " teriak Diandra kesal. Fernando menoleh ke arah Diandra. "KAU FIKIR AKU MAU MENIKAH DENGAN MU, HAH ! KAU FIKIR KAU SETAMPAN ITU SAMPAI KAU HARUS SEANGKUH ITU!!" "Aku permisi, tante. Aku memang tak seharusnya di rumah ini," ucap Diandra yang langsung berlari ke atas tangga melewati tubuh Fernando dan langsung masuk ke dalam kamar. Diego nampak geram. Sementara Gina sudah menangis disana. Fernando merasa serba salah. "Kau lihat itu, kau membuat mom menangis dengan sikapmu. Apa janji mu padaku. Hah !" Diego marah. Fernando kesal. Tapi Diego benar dia sudah berjanji akan menikahi Diandra. "Mom, maaf Fernan...." "Cukup !" Bentak Gina. Membuat Fernando dan Diego tersentak kaget. "Kalau kau memang tak mau menikahi Diandra lebih baik mom pergi dari rumah ini. Mom butuh teman. Mom butuh cucu. Agar rumah ini menjadi rumah yang hangat. Tak sedingin sekarang." "Kenapa aku, mom. Kenapa tidak Diego?" Diego menghela nafas. Berapa kali harus ia jelaskan pada adiknya ini. Kalau dia bukan anak kandung. Kalau dia memiliki anak takkan pernah jadi pewaris. Karena bukan darah Horrison. "Aku bukan kakak kandungmu. Dan harusnya kau sudah paham akan hal itu. Yang berhak adalah kau," Jelas Diego. "Tapi dari kecil kau diurus dikeluarga Horrison." "Itu tak menjadikan aku prioritas. Tetap kau yang utama." "Aku benci perjodohan ini." Gina berdiri membuat Fernando dan Diego waspada. "Aku akan pergi bersama Diandra. Bertengkarlah terus kalian. Mom sudah lelah," ujar Gina dan hendak pergi ke kamar Diandra. Namun di tahan oleh Diego. "Mom...." "Oke aku mau menikah." Gina dan Diego menatap Fernando "Sungguh?" tanya mereka serempak. "Tapi dengan satu syarat." "Apa?" Tanya Gina. "Jangan ada pesta di rumah ini. Karena aku tidak mencintainya. Dan aku tidak mau terlalu banyak tamu yang hadir." Gina berfikir sejenak. Sebenarnya tak masalah karena Johanes juga masih di rumah sakit. "Oke, mom, setuju, tapi mom juga minta satu syarat." "Apa lagi, mom?" "Minta maaf pada Diandra." "Apa... mom ini...." "Tidak ada penolakan. Kalau bukan kamu yang minta maaf Diandra tidak akan mau menikah dengan mu." Fernando menyerah. "Baiklah, aku akan ke kamarnya." "Kau tahu di mana kamarnya?" Tanya Diego "Kamar kosong di sebelah kamar ku dan kamar mu kan?" jawab Fernando. Diego mengangguk. ******** Fernando berhenti di pintu kamar Diandra. Terdengar suara tangisan dari dalam kamar. Sebenarnya Fernando tak maksud kejam. Tapi dia benar-benar tak suka dengan gadis kampung seperti itu. Ah mungkin juga karena hatinya telah terpaku untuk Viola. Hingga ia tak bisa memberi cinta pada gadis lain. Fernando mengetuk pintu dan membukanya. Terlihat Diandra sedang terisak di lantai dengan wajah ditekuk. Menyebalkan sekali, kenapa sih wanita harus lemah seperti itu. "Diandra," panggil Fernando Diandra diam. Tangisnya mereda "Diandra." kembali Fernando memanggil. "Untuk apa kau kemari. Mau menghina ku lagi hah??" ujar Diandra kesal. Dan wajah nya masih menunduk. Fernando duduk di depan Diandra. Menatap gadis itu. "Maaf," ucap Fernando tulus. Sepertinya. Diandra mengangkat kepalanya. Dan menatap Fernando di sana. Begitu tampannya tak ada cela dari wajah itu. Oh tidak kenapa juga Diandra jadi melantur ke mana-mana. "Untuk apa? Kamu tak salah, aku lah yang tak tahu diri." "Hey, dengar, aku tahu di sini akulah yang salah. Jadi aku minta maaf." "Oke, aku maafkan, tapi aku tetap akan pergi dari rumah ini. Aku sadar aku memang tak pantas berada dikeluarga ini." "Diandra. Menikah lah denganku." Diandra diam. Dia tak mau lagi terhina "Maaf, aku benar-benar harus pergi." "Diandra. Kau tak kasihan melihat daddy ku yang terbaring di rumah sakit. Kau tak kasihan melihat mommy yang menangis di bawah sana?" Diandra menghela nafas. Fernando benar. Harusnya dia sadar selama ini keluarga Horrison lah yang telah membantunya. Kenapa sekarang dia egois seperti ini "Baiklah, aku mau menikah dengan mu." "Bagus. Tapi ingat." "Apa?" "Jangan harap ada cinta diantara kita." Deg ! Belum menikah tapi sudah menyakitkan seperti ini. Tak boleh mencintai suami sendiri. Kenapa nasib Diandra harus seperti ini Tak bisakah Diandra bahagia. Sebentarrr saja. "Diandra, kau dengar aku?" Diandra mengangguk. Fernando tersenyum dan mengulurkan tangannya. Diandra memperhatikan jemari itu. Besar dan panjang. Diandra dengan ragu menjabat tangan Fernando. "Kita sepakat akan menikah tanpa cinta dan takkan pernah bercinta. Paham?" Diandra bengong. Sulit untuk dia mengerti arti ucapan Fernando. Cinta dan bercinta? Sama kah atau beda arti? Tapi Diandra mengangguk saja menyetujui apa yang diucapkan Fernando.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD