Greta menatap laut di kejauhan, ombak tampak berkilau memantulkan sinar bulan. Angin malam Bali yang lembut menerpa wajahnya, membuat ujung rambutnya berayun pelan. Ia berusaha menenangkan debar di dadanya, tapi tatapan Novan yang begitu dalam itu justru membuatnya semakin kehilangan arah. "Kenapa kamu ngomong kayak gini, Van?" suara Greta pelan, hampir seperti bisikan. “Kamu tahu konsekuensinya, kan? Kamu tahu ini bisa menghancurkan banyak hal …" Novan tidak langsung menjawab. Ia hanya memandangi wajah Greta dengan ekspresi yang lembut tapi pasti. "Aku tahu, Greta. Tapi aku juga tahu rasa ini nyata. Aku nggak bisa pura-pura mencintai Nadiva hanya karena dia anakmu. Aku sudah berusaha. Tapi setiap kali aku menatapnya … yang ada di pikiranku malah kamu." Greta terdiam. Hatinya terasa ses

