“Iya, Angel. Ini Mas,” jawab Alex dengan suara bergetar, matanya mulai berkaca-kaca, memantulkan penyesalan yang sulit disembunyikan. “Angel...” Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Namun, keraguan dan rasa bersalah yang mendesak membuat suaranya terdengar gentar. “Mas temuin kamu di sini karena ada sesuatu yang sangat penting yang harus kita obrolkan,” ucapnya perlahan, seolah memilih kata-kata dengan hati-hati, setelah delapan tahun lamanya mereka berpisah. Angel mematung sejenak, memproses kata-kata itu. Namun, senyum kecil yang pahit perlahan merekah di wajahnya, sinis dan penuh luka yang sudah lama ia pendam. “Apa Mas bilang?” tanyanya dengan nada rendah namun menusuk, senyumnya kini menjadi senjata tajam yang ia arahkan langsung ke hati Alex. “Ada sesuatu