Andra berlutut di samping adiknya, rasa cemas bercampur marah segera memenuhi dirinya. “Angel, apa yang baru saja kamu lakukan?!” Suaranya terdengar keras, bukan hanya karena marah, tapi juga karena takut dan kecewa melihat keadaan adiknya yang begitu kacau. Sintia segera berjongkok di sebelah Angel, memeriksa keadaan adik iparnya dengan penuh kekhawatiran. Namun, perhatiannya tiba-tiba tertuju pada jaket yang dipakai Angel. Matanya menyipit, berusaha mengenali jaket itu. “Tunggu… tunggu sebentar! Jaket ini… bukankah ini jaket…?” Ia menggantungkan kalimatnya, ragu sejenak sebelum buru-buru merogoh ponselnya dari saku dan diam-diam memotret Angel beserta jaket yang dikenakannya. Andra menatap Sintia dengan cemas. “Ayo, Sayang! Bantu Mas bawa Angel masuk ke dalam!” serunya, tak ingin mem