Dengan terpaksa Ganindra mengizinkan Hanindiya menginap di rumah Ayunda untuk beberapa hari ke depan atas permintaan orangtua angkatnya yang ingin Hanindiya menghabiskan waktu liburan sekolah bersama mereka. Meski awalnya ia sulit berpisah dari Hanindiya tapi akhirnya Ganindra mengalah dan ini ia lakukan untuk membayar dosanya ke Alexander.
"Aku mau ke Bali," ujar Sandra tiba-tiba sambil berdiri di depan Ganindra.
Ganindra yang sedang membaca buku langsung melihat ke arah Sandra. Penampilan Sandra bisa dibilang mulai sedikit membaik, tidak ada lagi baju Alexander di badannya, rambutnya pun mulai disisir rapi walau masih dibiarkan tergerai, wajah polosnya mulai terpasang makeup dan bibirnya kini memakai lipstick berwarna merah. Entah kenapa Ganindra sulit menahan diri untuk tidak mencumbu Sandra dan kali ini ia tahan agar Sandra tidak semakin muakpadanya.
"Kapan? Sama siapa?Berapa lama? Kapan pulang? Nginap di mana?" tanya Ganindra bertubi-tubi.
Sandra mendengus lalu menyatukan tangannya di d**a, ia membesarkan bola mata agar Ganindra takut dan akhirnya memberi izin. Sudah dua hari ini ia kembali ke hidup lamanya dan beberapa teman lama mengajaknya untuk pergi berlibur ke Bali dan Sandra pun menyetujuinya agar pikirannya bisa lebih tenang.
Alasan lain ia menerima ajakan itu agar ia tidak terlalu sering berinteraksi dengan Ganindra. Jiwanya rusak setiap Ganindra menidurinya. Mulutnya menolak, memaki tapi tubuhnya bereaksi lain dan ia tidak mau semakin jatuh jauh ke dalam jurang intimidasiGanindra.
"Bawel, pokoknya beliin aku tiket ke Bali dan aku juga minta kartu kredit, nggak lucu kan di sana aku numpang sama orang," Sandra tidak menjawab pertanyaan Ganindra tapi malah menjulurkan tangannya.
Setelah menikah semua keuangan dan kebutuhan Sandra di pegang Ganindra dan kapan pun Sandra butuh ia hanya perlu meminta.
"Tidak boleh," tolak Ganindra singkat dan ia kembali melanjutkan bacaannya.
Sandra langsung emosi mendengar penolakan Ganindra, ia merebut buku Ganindra lalu membuangnya kelantai.
"Kenapa tidak boleh? Aku tidak pernah minta apa-apa, aku hanya minta dibelikan tiket dan sebuah kartu kredit. Aku yakin seorang direktur utama seperti kamu tidak akan kehabisan uang membelikan istrinya tiket dan kartu kredit, lagipula aku berhak atas uang kamu karena sampai detik ini aku masih istri kamu," balas Sandra dengan nada cukup tinggi.
"Karena kamu istri aku makanya aku tidak izinkan, aku tidak bisa tidur tanpa kamu," balas Ganidra langsung dan mata Sandra langsung berkedip salah tingkah
Ya ampun, kenapa otaknya selalu mengungkit hal itu! Kenapa dia menyiksaku dengan menggunakan haknya sebagai suami! Gumam Sandra dalam hati.
Sandra mencoba untuk tetap tenang, melawan Ganindra dengan emosi dan amarah tidak akan membuahkan hasil.
"Aku butuh liburan ... gimana mau hamil kalau kamu selalu membuatku tertekan," balas Sandra mengungkit tekanan dan intimidasi Ganindra terhadapnya.
"Tertekan? Bukannya kamu menikmati juga setiap kita b******a? Jangan munafik Sandra, kamu pergi karena ingin menghindari aku kan? Dan sayangnya aku tidak mampu berpisah sedetik pun dari kamu dan aku tidak izinkan kamu pergi ke Bali," balas Ganindra dengan serius.
Ganindra sangat ingin menghabiskan waktunya bersama Sandra tanpa ada pihak pengganggu karena ia yakin Tuhan pasti akan mengujinya dengan rahasia itu dan kalau sampai rahasia itu terbongkar maka semuanya akan hancur. Ia akan kehilangan Sandra dan bisa juga kehilangan Hanindiya.
Sandra menatap Ganindra bingung, tujuh tahun mereka menikah dan baru kali ini ia mendengar Ganindra merayunya dan jujur baru kali ini Sandra tidak ingin memaki Ganindra atau sejujurnya ia suka mendengar gombalan Ganindra.
Oke fokus Sandra! Jangan terbuai! Gumam Sandra dalam hati.
"Tapi ... ya sudah, aku bisa beli sendiri dan aku tidak butuh kartu kredit dari kamu. Teman-temanku pasti mau membantuku yang sedang
ditindas suaminya," sindir Sandra.
Ganindra kembali menatap Sandra, wajah Sandra terlihat sedikit mengiba walau setelah itu ia kembali menunjukkan sikap angkuhnya.
"Kalau begitu aku ikut ke Bali sama kamu," tawar Ganindra.
"Heh, ya ampun! Kamu benar-benar menyebalkan Ganin! Aku mau refreshing dengan teman-temanku dan kamu mau ikut? Mending aku tidak jadi pergi!" gerutu Sandra dengankesal.
"Ya sudah, batal."
Sandra mengepalkan tangannya dan ingin memukul Ganindra tapi ia tahan, usahanya meminta izin pun akhirnya gagal total dan Sandra pun kembali ke kamarnya dengan membantingpintu.
Ganindra membuang napasnya dan menatap pintu kamar Sandra.
Aku belum siap jauh dari kamu, maafin aku Sandra.
****
Atas bujukan teman-temannya akhirnya Sandra memutuskan pergi ke Bali secara diam-diam saat Ganindra sedang tidak ada di rumah. Ia hanya meletakkan secarik kertas berisi pemberitahuan tentang kepergiannya ke Bali. Lagipula Ganindra tidak akan mungkin menyusulnya sampai ke Bali.
Aku pergi, wekssss Sandra B. Utomo
Sesampainya di bandara Sandra akhirnya berkumpul lagi dengan teman-teman lamanya, mereka saling berpelukan melepas rasa rindu setelah tujuh tahun Sandra memutus pertemanan mereka dan sibuk menangisi kematian Alexander.
"Aman?" tanya teman Sandra bernama Winda Sekartaji saat melihat Sandra datang hanya membawa tas punggung dan baju yang melekat di badannya. Sandra memberikan tanda oke dengan jarinya.
"Aman ... dia kerja dan baru akan pulang sore nanti," balas Sandra.
Teman Sandra lainnya bernama Jenny, Siska dan Tari pun langsung bersorak gembiramerayakan
berkumpulnya mereka setelah tujuh tahun lamanya Sandra menutup diri.
"Tiket gue?" tanya Sandra.
Siska mengangkat tangannya dan menunjukkan tiket ke arah Sandra. Setelah itu mereka berlima langsung masuk ke dalam airport. Mereka saling melepas rindu dengan menanyakan kabar masing- masing.
"Kabarnya Tari mau married ya?" tanya Sandra saat mereka berlima menunggu di ruang tunggu VVIP.
Tari mengangguk lalu ia mengeluarkan rokoknya, terlihat jelas wajah Tari tidak menunjukkan kebahagiaan. Tari menyodorkan rokok ke arah teman- temannya termasuk Sandra.
"Nggak, gue lagi program hamil. Nggak boleh merokok," tolak Sandra.
Winda menatap Sandra dengan tatapan penasaran, "Kayaknya elo sudah jatuh cinta ya sama suami tampan elo itu?" tanya Winda penasaran.
"Apaan sih, bukan gue yang harus kalian interogasi tapi si Tari. Mau manten kok cemberut
banget," ujar Sandra mengalihkan perhatian teman- temannya.
"Ciyeeee yang salting," balas mereka berempat," tapi jujur laki elo emang cuakep gila. Hot daddy banget dan lucunya bisa ya Hanin bisa mirip banget sama dia, padahal kan mereka nggak ada hubungan darah," sambung Siska.
Wajah Sandra entah kenapa langsung memerah dan panas mendengar pujian teman-temannya, berbeda saat mereka bertemu dengan Alexander yang ceria.
"Cakep dari Hongkong, kalian pada buta makanya ketipu wajah tanpa dosanya. Selama ini gue makan hati dan tersiksa," balas Sandra.
"Tersiksa tapi pengen banget dihamilin, gimana sih elo." sela Jenny.
Sandra kehabisan kata-kata membalas ledekan teman-temannya dan meminum air es agar salah tingkahnya hilang.
"Sekarang giliran elo ... kok wajah elo nggak ceria sih?" tanya Winda.
"Gue nggak suka sama dia, bokap gue maksa- maksa. Ih nyebelin banget, mana udah tua dan jelek lagi," gerutuTari.
"Tapikaya beb, apapun yang elo mau pasti dikasihnya. Ya elo manfaatin aja dan setelah itu elo bisa cari laki-laki yang elo suka," ujar Siska yang terkenal playgirl.
"Sialan lo!" maki Tari.
Dan mereka kembali tertawa sambil bercerita tentang kehidupan masing-masing.
Jenny yang sibuk dengan anak kembarnya tapi akhirnya bisa me time setelah seuaminya berbaik hati mengambil cuti untuk mengurus si kembar. Siska yang masih hidup dalam dunia malam dengan laki-laki hidung belang untuk membantu orangtuanya yang sedang sakit dan sebagai teman mereka tidak pernah menjauhi Siska bahkan memberikan support untuk bisa keluar dari kehidupan nakal itu, Tari dengan pernikahan terpaksanya , Winda yang memilih tidak menikah lagi setelah suaminya selingkuh dan meninggalkan virus HIV di tubuhnya dan lagi-lagi tidak ada pengucilan dari mereka karena Winda adalahkorban.
Setelah asyik berbincang akhirnya panggilan untuk masuk ke pesawat terdengar. Mereka berlima pun meninggalkan ruang tunggu VVIP untuk segera masuk ke dalampesawat.
"Mau ke mana nyonya Sandra Bakti Utomo?"
Sandra langsung kaget melihat Ganindra berdiri di depan pintu keluar ruang VVIP sambil memegang kertas yang ditinggalkannya.
Sandra dan teman-temannya langsung ketakutan melihat Ganindra menatap mereka dengan tatapan tajam dan menusuk.
"Aku ... Aku ... Kenapa kamu di sini? Bukannya kerja malah keluyuran, kalau dipecat aku makan apa?" oceh Sandra gugup. Teman-teman Sandra tersenyum malu sekaligus kagum dengan sikap posesif Ganindra.
Mereka tahu bagaimana dulu Ganindra dijajah Sandra dan sabar menghadapi sikap Sandra.
"Ikut kamu ke Bali ... Boleh kan?" tanya Ganindra ke arah teman-teman Sandra.
Mereka berempat saling melirik dan salah tingkah, menolak berarti Sandra batal ikut ke Bali tapi
menerima berarti mereka harus mengizinkan Ganindra ikut.
"Nggak boleh! Apaan sih Ganin ... Aku cuma mau berlibur dengan mereka. Kenapa kamu harus ikut sih!" oceh Sandra lagi.
"San, nggak apa-apa deh suami elo ikut tapi dengan satu syarat," sela Tari.
"Syarat apa?" tanya Ganindra.
"Kamu yang bayar semua pengeluarkan kami di sana, oke?" tawar Tari.
"Oke, nggak masalah," balas Ganindra.
Sandra melihat Tari tajam, Tari mendekati telinga Sandra dan berbisik pelan.
"Manfaatin saja laki elo San, entar elo kelonin dulu sampai nggak kuat jalan baru deh kita happy- happy berlima," bisik Tari asal.
"Yeeee, enak di dia dong!"
"Elo juga enak kali ... Buktinya bekas cupang di leher elo belum hilang bahkan tambah banyak," ledek Tari.
Sandra semakin salah tingkah dan menutupi lehernya dengan syal pemberian Ganindra.
Sandra menatap tajam Ganindra dan dibalas Ganindra dengan mengangkat bahunya.
Sudah dibilang jangan di leher, ishhhh Ganin menyebalkan!
****