bc

Bitter Sweet Relation

book_age16+
13.5K
FOLLOW
91.8K
READ
love-triangle
sex
family
scandal
drama
sweet
city
first love
wife
sisters
like
intro-logo
Blurb

Verlyn-Devano

Satu hal yang aku percaya bahwa tidak selamanya cinta itu harus memiliki. Mencintai, bukan berarti harus bertahan di sisinya. Sakit memang, ketika semua yang kita miliki hanya sebuah kamuflase. Maya, menyentuh, namun tak tersentuh.

Tapi ... seberapa sakitnya, kita harus bangkit. Percaya, bahwa yang sejati sudah menanti. Ya, bukankah hidup memang penuh manis dan pahit. Terasa manis karena ada si pahit, terasa pahit karena ada si manis.

This is Bitter Sweet

-Verlyn-

Cover by @honey.graphic_ (Instagram)

chap-preview
Free preview
Pernikahan yang Tertunda
“Apa ini?” tanya seorang wanita saat kekasihnya menyodorkan sebuah amplop kecil padanya. “Buka saja!” jawab si pria yang saat ini wajahnya terlihat lesu. Si wanita akhirnya menurut membuka amplop itu. Ada rasa tidak enak, tetapi ia abaikan. Begitu amplop terbuka, mulut wanita itu menganga. Keningnya berkerut, menyiratkan sebuah tanya, ‘apa maksudnya?’. “Flo, Sayang....” “Flo?” “Ya. Dia hamil.” “Lalu?” “Aku minta maaf, kita harus menunda pernikahan kita dulu. Kekasih Flo kabur. Dia tidak mau bertanggung jawab. Dan ... aku tidak mungkin meninggalkannya. Aku tidak ingin dalam kondisi ini, ada rasa iri di antara kalian jika kita menikah. Jadi, aku putuskan untuk menunda pernikahan kita. Agar aku juga sementara bisa fokus mengurus Flo.” Lagi. Kejadiannya seperti satu tahun lalu. Rencana pernikahan mereka gagal karena Flo. Jika dulu karena depresi, kali ini karena hamil. Kecewa. Hati wanita itu sangat kecewa. Namun, setidaknya dia lega karena hasil testpack itu bukan hasil dari perbuatan sang kekasih. Namanya Verlyn. Seorang wanita cantik, pekerja keras, dan mandiri. Baginya tidak ada waktu untuk bergantung hidup pada orang lain. Dia yang hanya tinggal berdua bersama sang ibu, keluarga satu-satunya yang dimiliki, membuatnya hanya memiliki satu tujuan hidup yaitu membahagiakan wanita yang sangat disayanginya itu. Dan salah satu kebahagiaan ibu Verlyn adalah melihat sang putri menikah. Namun sayang, sepertinya mereka harus menelan pil pahit kembali. “Flo lagi?” “Aku minta maaf. Tapi aku sungguh tidak bisa mengabaikan ini,” ucap pria itu penuh dengan rasa bersalah. Dia adalah Devano. Pria yang sudah tiga tahun menjadi kekasih Verlyn. Mereka adalah rekan kerja di salah satu cabang bank swasta. Di mana Devano menjadi kepala cabang, dan Verlyn menjadi salah satu teller. Sebagai pimpinan cabang, tanggung jawab Devano cukup banyak. Diantaranya, ia harus bisa mempersiapkan, mengusulkan, melakukan negosiasi, merevisi rencana kerja, membina dan mengkoordinasi unit-unit kerja di bawahnya sesuai target yang sudah direncanakan, memfungsikan semua unit kerja dalam melaksanakan tugas sesuai strategi dan memberikan pelayanan agar nasabahnya merasa puas, mengawasi semua pekerjaan bawahannya termasuk Verlyn, juga melaksanakan kegiatan pemasaran dana dan jasa serta kredit dalam rangka memperluas pangsa pasar. Sebagai teller pun tugas Verlyn tidak mudah. Sebagai bagian yang langsung berhadapan dengan nasabah, ia harus selalu terlihat segar, enak dilihat, harus selalu ramah, apa pun masalah dan kondisi yang sedang dialami dan dirasakannya. Ia pun harus teliti dalam menghitung uang. Karena memang tugasnya melayani penarikan, transfer dan penyetoran uang dari pelanggan atau nasabah. Selain itu, tugas Verlyn adalah melakukan pemeriksaan kas dan menghitung transaksi harian. Jadi, wanita itu harus selalu cermat. Tidak boleh ceroboh sedikit pun. Mereka menjalin hubungan setelah setahun mereka dekat. Verlyn yang sudah berusia matang, tentu saja sudah ingin menikah. Tahun lalu mereka juga sudah memiliki rencana. Sayang, gagal. Dan kali ini pun terancam gagal lagi. Jangan salahkan Devano yang sangat menyayangi Flo, sang adik, nyawa pun rela dia berikan. Verlyn mengembuskan napas. “Iya, aku tahu.” Meskipun kecewa, ia bisa apa selain memakluminya. “Aku janji, setelah Flo melahirkan, kita akan segera menikah.” Verlyn hanya bisa menanggapi dengan senyum yang dia paksakan. *** Cantik, cerdas, humble, penuh perhatian. Siapa yang tidak akan terpesona pada wanita sepertinya? Selain itu, dia juga mandiri, serba bisa. Rasanya, tanpa seorang pria pun ia akan tetap bisa hidup. Namanya Verlyn, empat tahun lalu, ia masih berusia 24 tahun. Empat tahun lalu juga ia memulai bekerja sebagai teller di sebuah cabang bank swasta yang Devano pimpin. “Pulang bareng, yuk, Ver!” ajak Devano untuk pertama kali setelah beberapa bulan mereka kenal. Verlyn sedang merapikan kabin teller, ia tersenyum. “Nanti saya merepotkan Bapak.” “Kalau saya merasa akan direpotkan, buat apa saya ajak kamu pulang bareng?” Verlyn mengangguk-angguk. “Bagaimana?” “Baiklah, karena Bapak paksa, saya mau pulang bareng Ba....” Belum selesai Verlyn mengucapkan kalimat, Devano memotongnya, “Apa saya memaksa kamu?” Wanita yang rambutnya dicepol itu mencebikkan bibir. “Saya ke toilet dulu. Apa Bapak mau menunggu?” “Tentu saja. Saya tunggu di parkiran, ya?” “Iya, Pak.” Verlyn ke toilet yang berada di dalam ruangan, sedangkan Devano keluar menuju parkiran. Sejak saat itulah hubungan mereka semakin akrab. Setiap hari pulang bersama. Verlyn yang selalu membawa bekal sendiri pun, tidak lupa membawanya juga untuk Devano. Devano yang merupakan seorang kakak yang menjadi pengganti orang tua, tentu saja tidak bisa mengandalkan sang adik untuk menyiapkan segala keperluannya, itu yang Verlyn tahu. Tepat setahun dekat, mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Orang yang tidak tahu, pasti akan melihat mereka seperti suami-istri. Chemistry mereka benar-benar cocok. Mereka terlihat kompak. Profesional di jam kerja, romantis saat jam kerja itu berakhir. Verlyn juga tidak pernah lupa bahwa dia memiliki calon adik ipar yang juga harus dimengerti dan disayangi. Tidak jarang, pulang kerja, Verlyn mampir ke rumah Devano hanya sekadar untuk masak dan makan malam bersama. Ibu Verlyn tidak keberatan dengan apa yang sang putri lakukan. Dia menganggap, hal itu memang penting juga. Apalagi mereka kelak akan menjadi satu keluarga.  Verlyn sedang memasak di dapur milik Devano kala itu, saat tangan pria itu memeluknya dari belakang. Wanita yang masih menggunakan kemaja dan rok sepan di balik apron yang dikenakannya, merasa kegelian saat hidung Devano mengendus leher belakangnya. “Ngapain, sih, kamu? Jangan ganggu aku, ah. Nanti masakanku gosong,” tegur Verlyn, sambil tetap memotong tomat yang akan dimasukkan ke kuah sup yang sedang ia didihkan. “Gosong, gosong, juga enak,” jawab Devano, masih tetap fokus pada leher kekasihnya. Kini bibirnya yang bekerja. “Jangan gitu, dong, Sayang. Nggak enak, kan, kalau dilihat Flo.” “Dia lagi sibuk di kamar.” Verlyn memasukkan tomat ke dalam kuah sup. Tes rasa. Setelah dirasa pas, ia membereskan peralatan masak yang sudah tidak lagi dibutuhkan. Tangan Devano masih bertengger melingkar di pinggang wanita yang memiliki tinggi 162 cm itu. Ia mengikuti ke mana sang kekasih melangkah. “Kiss me, please...,” rengek Devano. Verlyn membalik badan. “Kamu, tuh, kaya anak kecil. Tahu, enggak?” “Aku nggak sabar buat nikahin kamu.” Senyum terbit di bibir wanita yang kini mengalungkan tangan di leher pria yang begitu dicintainya. Satu kecupan mendarat di bibir pria itu. Saat Verlyn memundurkan kepalanya, Devano justru mendorong leher belakang wanita itu hingga bibir mereka kembali bersentuhan. Kali ini, bukan hanya kecupan, lebih dari itu. Cinta yang menggebu, membuat mereka lupa di mana mereka berada. Tanpa mereka tahu, ada sepasang mata milik Flo yang sejak tadi memperhatikan. *** Tepat saat usia hubungan dua tahun, mereka berencana untuk menikah. Ibu Verlyn juga sudah setuju. Verlyn sangat bahagia ketika sang pujaan hati melamarnya. Rencananya, tiga bulan lagi mereka akan menikah. Namun, sebuah kenyataan mereka dapat. Flo mendapat masalah dengan sang kekasih hingga membuatnya depresi, itu yang Verlyn tahu. Kekecewaan Verlyn dapat ketika ia harus mengalah dengan membatalkan rencananya untuk menikah. Namun, ia berusaha untuk berbesar hati. Devano adalah kakak Flo satu-satunya, pengganti orang tua mereka yang telah tiada. Wajar, jika Devano harus lebih ekstra dalam mencurahkan kasih sayangnya kepada Flo, dan menjadikan Verlyn sebagai yang kedua. “Maafkan aku, ya, Sayang,” ucap Devano penuh sesal dan rasa bersalah. Tentu saja, ia sudah sangat ingin hidup satu rumah bersama wanita yang selama ini sudah seperti istrinya, hanya saja mereka belum sekali pun berhubungan badan. Namun, nyatanya ia tidak bisa mengabaikan sang adik begitu saja. “Nggak apa-apa. Yang kamu lakukan sudah benar. Aku juga sangat menyayangi Flo. Aku sangat mendukung apa pun yang kamu lakukan untuk Flo. Lakukanlah yang terbaik. Aku sangat paham betul bagaimana perasaannya. Sudah hal yang wajar, kamu sebagai keluarga satu-satunya, berada si sisinya saat ini,” jawab Verlyn, menenenangkan prianya. Devano memeluknya. Mengecup keningnya begitu dalam. Setitik air mata keluar di sudut mata pria itu. Hanya dia sendiri yang tahu bagaimana perasaan dan hatinya saat ini. oOo

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Because Alana ( 21+)

read
360.5K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Fake Marriage

read
8.5K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.3K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

Noda Masa Lalu

read
184.0K
bc

Pengganti

read
301.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook