“Ada kalanya, kejujuran itu sangat menyakitkan. Meskipun untuk alasan kebaikan sekalipun.” _ Ana Khairunnisa _ Aku pergi menemui Fuad, usai berperang dengan Fara. Moodku tidak berubah jelek karena manusia menyebalkan satu itu. Sebab, aku yang menjadi pemenang dalam perdebatan kami. Aku menjadi sangat bangga pada diriku sendiri. Setidaknya, aku tidak kalah dari seseorang yang sok suci sepertinya. Good job, my self. Sesekali, dia memang harus diberi pelajaran agar nggak sembarangan menilai orang. Di matanya, mungkin, Inayah adalah seorang korban, tetapi di mataku, Inayah hanyalah seorang pengganggu. Dia seharusnya, tidak perlu mempertahankan pernikahan yang sudah tidak lagi ada cinta di dalamnya. Fuad hanya mencintai, hanya aku, Ana. Bukan dia. Dasar wanita tidak peka! “Maaf, lama.” Aku

