Apakah itu dia?

1270 Words
Hari ini adalah hari dimana orang-orang di kota besar akan berkata "I don't like Monday", karena kemacetan yang mereka lalui dan hari dimana orang males untuk beraktifitas karena kesibukan yang dimulai setelah hari libur. Sheila terlihat tergesa-gesa karena takut terlambat datang ke sekolah. Karena hari ini ada upacara bendahara. Sebagai guru tentu saja dia harus memberikan contoh yang baik dengan datang tepat waktu. Pukul setengah tujuh kurang Sheila sudah sampai di sekolah tempat dia mengajar. Setelah memarkirkan mobilnya dia langsung menuju ruang guru untuk bersiap-siap upacara. "Selamat pagi Bu Sheila..." sapa seorang laki-laki yang berprofesi sebagai guru olahraga, pak Marwan namanya. Sudah rahasia umum kalau pak Marwan suka dengan Bu Sheila, tapi Sheila hanya bersikap biasa saja. "Pagi juga pak Marwan!" balas Sheila sambil tersenyum. "Bu Sheila sudah sarapan belum, saya bawakan nasi goreng seafood kesukaannya Bu Sheila nih!" kata pak Marwan dengan senyum manis. "Maaf pak bukan saya menolak tapi saya sudah sarapan tadi di rumah, gimana dong! tolak Sheila halus. "Kalau begitu buat saya aja pak, saya belum sarapan!" tiba-tiba Bu Tari datang merampas kotak makanan yang ada di tangan pak Marwan. "Tapi Bu Tari itu buat Bu Sheila!" pak Marwan berusaha untuk menolak untuk memberikan ke Bu Tari. "Sama aja pak, kan yang penting dimakan" Sela Bu Tari agar makanan tersebut diberikan padanya. "Ya pak kasih Bu Tari aja, lagi pula beliau belum sarapan dari pada mubazir" timpal Sheila sambil tersenyum melihat perdebatan Pak Marwan dan Bu Tari. "Ya pak gak boleh pelit sama calon jodoh" kata Bu Tari yang membuat Sheila tertawa sedangkan pak Marwan cemberut. "Ya sudah, kalau Bu Sheila sudah sarapan buat Bu tari aja, gak apa-apa" akhirnya Marwan pun mengalah, karena Sheila tidak akan mau menerima makanan darinya kalau sudah ada Bu Tari yang menyabotase. "Kalau begitu saya duluan, mau ngontrol anak-anak dulu" pamit Sheila meninggalkan mereka berdua. Sekolah sudah mulai terlihat ramai satu persatu siswa dan guru berdatangan. Upacara bendera akan dimulai tepat pukul tujuh. Siswa sudah mulai berjalan menuju lapangan sekolah tempat dimana upacara biasa dimulai. Beberapa anggota OSIS sibuk menyiapkan alat-alat untuk upacara. Upacara pun dimulai semua berjalan lancar, tanpa halangan apapun. **** Upacara selesai pukul setengah delapan, siswa kembali ke kelas masing-masing untuk memulai pelajaran. Para guru pun bersiap-siap untuk mengajar ke kelas sesuai jadwal. Hari ini Sheila masuk ke kelas delapan B, kebetulan Sheila wali kelasnya. Kelas delapan B berhadapan dengan kantor guru dan kepala sekolah. "Bu Sheila yang cantik maukah kamu jadi kekasihku !" tiba-tiba seorang murid dari kelas delapan A berlutut di depan Sheila sambil menyerahkan setangkai bunga mawar merah dan di belakangnya juga ada empat orang murid laki-laki dari kelas yang sama. "Sudah jangan becanda ibu sibuk, ibu mau ngajar dulu" jawab Saviena santai. "Tapi ibu belum menjawab pernyataan dari saya" kata anak laki-laki yang bernama Rafael itu. "Belajar dulu yang rajin, jangan kebanyakan nonton konten romantis" kata Sheila sambil melipat tangannya di dada. " Tapi Bu ...!" jawab Rafael. "Kalau mau cari pacar, cari yang seumuran, jangan ibu yang kamu modusin" potong Sheila cepat karena gak mau jadi tontonan satu sekolah. "Balik ke kelas kamu sekarang, gak ada bantahan!" perintah Sheila dengan tegas sambil memasang muka datar. Tak urung kelima anak laki-laki tersebut balik ke tempatnya. "Itu Bu Sheila guru matematika di sekolah ini, dia seolah memberi warna untuk sekolah ini, dia masih single ada aja siswa yang melakukan aksi seperti tadi setiap hari" jelas kepala sekolah kepada seseorang yang memperhatikan Sheila. "A...maaf...!" seru seseorang yang dimaksud. "Apa kabar pak ?" sapa orang tersebut yang bernama Farid yang ternyata alumni sekolah itu juga. "Alhamdulillah baik, kamu apa kabar nak Farid?" balas pak Indrawan kepala sekolah di sekolah tersebut sambil mengulurkan tangannya.. "Alhamdulillah ...seperti yang bapak lihat" jawab Farid menyambut uluran tangan pak Indrawan sambil tersenyum tipis. "Ayo silahkan masuk....kita ngobrol dulu sambil nunggu Faris datang! ajak pak Indrawan. Farid pun mengangguk dan mengikuti pak Indrawan ke dalam ruangan yang di atas pintunya terdapat bacaan ruang kepala sekolah. Mereka berdua pun membicarakan tentang persiapan acara amal yang diadakan di sekolah ini. "Assalamualaikum....maaf terlambat!" intrupsi seseorang. "Waalaikum salam...datang juga yang ditunggu!" seru pak Indrawan. "Apa kabar Om?" sapa Faris ke Indrawan sambil mengulurkan tangannya dan disambut Indrawan kemudian dia mencium tangan Om nya tersebut. Pak Indrawan memang Om Faris lebih tepatnya adik kandung ibunya. "Alhamdulillah...baik!" "Apa kabar papa dan mama kamu?" tanya Indrawan. "Baik Om!" kemudian menoleh kepada sahabatnya yang duduk di sebelah Omnya. "Apa kabar bro, kapan pulang dari Australia" tanya Faris sambil mengulurkan tangannya. "Baru tiga hari yang lalu!" jawab Farid sambil menjabat tangan Faris. Pembicaraan pun berlanjut tentang persiapan acara amal yang akan dilaksanakan. Tak terasa bel istirahat berbunyi. Pak Indrawan mengangkat telpon yang ada di atas mejanya dan menelpon seseorang. Tok Tok "Masuk...!" seru pak Indrawan. Dan Sheila pun masuk membawa proposal yang di minta pak Indrawan. "Silahkan pak!" kata Sheila sambil menyerahkan proposal tersebut. "Terima kasih Bu Sheila!" "Oh ya kenalkan ini alumni sekolah kita dan mereka juga yang akan menjadi donatur untuk kegiatan amal di sekolah nanti" jelas pak Indrawan kepada Sheila. Sheila pun menganggukkan kepalanya tanda mengerti. "Perkenalkan nama saya Faris" kata Faris memperkenalkan diri sambil tersenyum dengan ramah kepada Sheila.. "Dan ini Farid " lanjut Faris sambil menoleh ke arah Farid, tapi yang dikenalkan hanya memasang wajah datar sambil memandang Sheila tanpa berkedip. "Salam kenal saya Bu Sheila sekaligus ketua penyelenggara acara amal tahun ini" balas Sheila sambil menangkupkan tangannya di depan dada sambil tersenyum memperkenalkan dirinya juga. "Saya undur diri Pak, mau masuk kelas!" pamit Sheila kepada Pak Indrawan karena dia risih diperhatikan oleh Farid. Pak Indrawan pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Sheila pun keluar dari ruangan tersebut sambil membungkukkan sedikit badannya sedikit sebagai tanda hormat. "Tampang loh biasa aja dong bro liatin anak orang, takut tuh dia sama loh, segitunya loh terpesona sama Bu Sheila" ledek Faris ke Farid. Farid hanya memutar mata malas tanpa menjawab ledekan Faris. "Masih single dan cantik lagi" timpal pak Indrawan sambil tersenyum. " Tapi sayang....!" kata pak Indrawan menggantung katanya. "Tapi apa Om...! "Tapi apa pak...! Tanya mereka berdua kompak ingin tahu dan mereka berdua pun saling memandang. "Kabarnya dulu empat tahun yang lalu Bu Sheila pernah punya kekasih, tapi sepertinya orang tua kekasihnya itu tidak suka dengan bu Sheila, bahkan dia dihina di depan umum, sejak saat itu Bu Sheila bertekad merubah nasibnya menyelesaikan kuliahnya dengan nilai terbaik dengan predikat cumlaude dan melanjutkan S2 nya dengan biaya sendiri tanpa campur tangan orang tuanya sampai ada orang baik yang memberikan beasiswa kepadanya Sampai lulus S2" jelas pak Indrawan. "Tapi kenapa orang tua kekasihnya gak suka dengan Bu Sheila Om.. emang Bu Sheila punya salah apa ?" tanya Faris penasaran. Begitu pun dengan Farid tapi dia enggan untuk bertanya. "Karena Bu Sheila bukan dari kalangan mereka!" jelas pak Indrawan lagi. Faris dan Farid pun menganggukkan kepala tanpa mengerti. Farid pun melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. "Mohon maaf, saya undur diri dulu pak karena ada hal yang mendesak yang harus saya kerjakan" pamit Farid kepada pak Indrawan sambil bangkit dari duduknya. Pak Indrawan pun menganggukkan kepalanya dan berdiri menghampiri Farid "Terima kasih atas partisipasinya!" Kata pak Indrawan sambil menjabat tangan Farid yang diulurkan oleh yang punya. "Untuk dana saya tunggu utusan bapak ke kantor saya" kata Farid . "Baik nanti akan saya sampaikan ke Bu Sheila untuk mengutus seseorang ke kantor nak Farid" kata pak Indrawan dan mengantarkan Farid sampai depan pintu kantornya. Farid pun menganggukkan kepalanya sebagai respon dan berlalu pergi. Ketika sampai didekat mobilnya sebelum masuk Farid menelpon seseorang orang. "Tolong selidiki Bu Sheila guru di sekolah SMP saya dulu, dia atau bukan?" kata Farid kemudian dia masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan sekolah tersebut menuju kantornya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD