“Makasih banyak ya, Nek.” Arista memeluk nenek Nola erat. Tersenyum lembut menatap wajah keriput yang bersahaja itu. “Nanti saya sering-sering mampir, tapi kalau nganggurnya lama atau dapet kerja yang nggak sepadat sebelumnya.” “Iya, terserah kamu saja. Tapi ingat selalu pesan nenek yang tadi ya?” Arista mengangguk mantap. “Ya udah, Nek, kita balik dulu ya? Nenek baik-baik di rumah. Kalau ada apa-apa langsung telepon aku, oke?” Nola memberi pesan terakhir sebelum masuk taksi. Sang nenek mengangguk diiringi senyuman lembut. Nola dan Arista masuk ke mobil, melambaikan tangan perpisahan, kemudian sekali lagi menguluk salam. “Nenek gue bilang apa aja? Kok muka lo jadi lebih cerah sekarang? Pas berangkat kayaknya kusut banget.” Nola membuka percakapan begitu mobil melaju. “Hm… cuma naseh

