Bukan hal sulit untuk Arista mencari tahu tempat tinggal Radi. Selain karena kantor sudah memiliki data lengkap para karyawannya, juga karena orang yang sejak tadi ia cari-cari baru saja mengangkat teleponnya. “Lo di mana, hah?!” sembur Arista kesal. “Hei, ada apa, Ta?” balas Radi bingung. “LO DI MANA, RADI?!” Arista berteriak marah. Ia melangkah lebar keluar dari lift. Amarahnya sudah sampai di ubun-ubun. Ia tak lagi memedulikan rasa lelah yang menyergap tubuhnya akibat perjalanan pulang-pergi Jakarta-Bandung. “Ta, tenang dulu. Lo kenapa nyari gue?” Radi masih terdengar cukup tenang. Dan ini membuat Arista semakin geram. “Lo masih bisa nyuruh gue tenang? Cepet bilang lo di mana sekarang!” “Gue… di rumah. Kayaknya gue udah izin nggak masuk karena sakit. Apa—“ “Gue ke sana sekarang.

