“Di sini saya juga korban, Mas!” Arista berteriak sembari menepuk dadanya. Netranya menatap Arka meminta pengertian. “Jawab saya, Arista! Bagaimana bisa wajah kamu ada di seluruh lukisan yang Radi buat, hah?!” Arka balas berteriak tak kalah keras. Urat lehernya mencuat, menunjukkan betapa besar amarahnya saat ini. Arista menggeleng lelah. Tak ayal, air matanya buncah sudah. Sejak tadi, sejak di hadapan puluhan lukisan dirinya yang dibuat oleh Radi itu, Arka terus menerus menuduhnya berselingkuh dengan Radi. Pertengkaran mereka hanya terpotong ketika acara penandatanganan MoU berlangsung. Dan setelah kembali ke kamar hotel, Arka langsung menyerbunya dengan tuduhan-tuduhan yang tentu tidak ia lakukan. “Saya sudah bilang… SAYA NGGAK TAHU, MAS!” jerit Arista frustasi. Entah sudah berapa kal

