bc

Sekretaris Introvert

book_age18+
1.1K
FOLLOW
6.8K
READ
billionaire
sex
family
powerful
billionairess
sweet
bxg
office/work place
addiction
like
intro-logo
Blurb

Lily tidak menyangka kebahagiaan yang dia dapat berubah menjadi duka. Kehadiran orang dari masa lalu merubah segalanya. Pernikahan rahasia, pengkhianatan dan kesalahan masa lalu semuanya semakin membuat hidup Lily semakin terasa berat.

Lily tidak pernah tau, segala kehidupan yang di jalani penuh dengan rencana, termasuk pernikahan rahasia dan pembalasan dendam yang akan orang tuanya lakukan.

Sang putri yang telah di sembunyikan kini muncul setelah kehadiran orang masa lalu yang merebut posisinya di keluarga Johnson. Lily tidak akan menyerah mengembalikan posisinya di tempat semula, dia bangkit dan mulai menunjukkan kepada dunia siapa putri Johnson sebenarnya.

"Aku putri Johnson, makhluk tiruan seperti mu tidak akan mampu mengalahkan ku,"

chap-preview
Free preview
Bab 1
Lilyana berjalan tergesa-gesa menuju lift, dia terlambat karena begadang untuk mengerjakan deadline pekerjaan yang tidak bisa dia selesaikan di kantor. Selalu seperti itu, bos nya sangat menyebalkan! tapi, entah kenapa dia tidak bisa menolak setiap permintaannya. "Gila ya! orang kayak gitu bisa jadi Sekretaris Pak Arsen juga," bisik seorang wanita yang sangat Lily kenal suaranya. Sudah menjadi kebiasaan bagaimana dia terus di bicarakan oleh orang lain di kantornya, hanya karena penampilannya yang seperti ini. Lily tidak marah, dia tau konsekuensi dari setiap keputusan yang dia ambil. "Pura-pura tuli memang!" Sindir wanita satunya. Lily hanya tidak ingin mendengar apa yang mereka katakan terkait segala hal yang terjadi, dia tidak mau jika harinya yang sudah buruk akan semakin buruk karena ocehan mereka ini. Lift terbuka, Lily segera masuk dan berada di paling ujung, dia tau bahwa mereka akan naik di lantai yang sama, Lily tidak perlu repot untuk meminta tolong kepada mereka agar menekan nomor lantai tujuannya. "Si Yana! Emang lu bego atau tuli? dari tadi di omongin diem Aja," ujar Rani yang kini mendorong bahu Lily dengan keras. Entah kenapa ini hari yang sangat sial bagi Lily, kenapa pula dia harus datang bersamaan dengan para kawanan lampir yang membuat mood nya semakin buruk? Lily semakin kesal! tapi dia hanya bisa menahan amarahnya agar tidak semakin berapi-api menghadapi perundung keji seperti mereka. Hanya ada mereka berempat di dalam lift itu, percuma saja jika Lily melawan, karena dia juga akan tetap kalah menghadapi Rani dan kawan-kawan lampirnya itu. Jika mau, bisa saja mereka di pecat! tapi Lily tidak sekeji itu, mencari pekerjaan juga susah dan dia hanya mampu mengasihani mereka walaupun dia terus diperlakukan tidak baik seperti ini. "Jangan godain Pak Bos ya! dasar Cupu," ujar Mega lalu meninggalkan Lily. Lily berjalan setelah mereka semua pergi, rasanya dia seperti terbebas dari neraka dunia yang sangat mencekik lehernya. Berbicara saja tidak bisa, apalagi melawan? Lily seperti kerbau yang di cucuk hidungnya, dia tidak bisa melakukan apapun ketika dalam penyamarannya ini. Lily mengetuk pintu meminta ijin masuk ke dalam ruangan Arsen, dia tau bahwa Arsen sudah ada di dalam karena itulah dia langsung ijin masuk untuk membawakan dokumen yang sudah dia kerjakan semalam suntuk. "Masuk," ucap suara dingin dari dalam ruangan. Walaupun sudah berkali-kali seperti ini tetap saja dia merasa gugup, entah kenapa? padahal mereka bukan orang asing, tapi Lily selalu takut jika dia melakukan kesalahan seperti ini. Dia tidak mau jika Arsen marah, karena itulah dia selalu melakukan tugasnya dengan baik dan selalu membuat Arsen puas dengan segala hal yang dia kerjakan. "Telat lagi?" tanya Arsen. "Gara-gara siapa coba?" tanya balik Lily yang kini mulai tenang karena Arsen berkata dengan nada ejekan andalannya. "Sayang sini," pinta Arsen pada Lily. Lily lalu berjalan mendekati Arsen, kebiasaan Arsen tidak pernah bisa diubah sedikitpun. Dahulu dan sekarang tetap sama, dirinya tidak pernah absen untuk meminta jatah setiap kali ada kesempatan. Lily terkejut karena Arsen menariknya dengan tiba-tiba, Arsen membuka kacamata Lily dan mengambil kacamata yang hanya sebagai pelengkap dalam penyamarannya. Wanita yang ada di pangkuannya ini sangat sempurna dan cantik, Arsen merasa sangat beruntung bertemu dengan wanita yang baik dan setia seperti Lily. Arsen mulai mengecup bibir Lily, tak hanya sekali karena Lily tau pasti bagaimana kebiasaan yang dilakukan oleh kekasihnya ini. Arsen selalu saja melakukan segalanya dengan menuntut, dia tidak pernah bisa tidak tergoda jika sudah ada Lily di dekatnya, bahkan juniornya kini sudah mengeras di bawah sana meminta untuk di puaskan. "Udah," bisik Lily ketika dia berhasil bebas dari kungkungan Arsen. "Lagi sayang," ucap Arsen parau, terlihat nafsu dimata Arsen belum pudar. Lily mencium Arsen dengan lembut, dirinya tidak ingin Arsen menguasainya! tapi itu hanya ada di angannya karena lagi-lagi dia dikalahkan oleh Arsen, tenaganya tidak sebanding dengan kekuatan Arsen. "Argh." rintih Lily kesakitan ketika Arsen memegang bahu Lily terlalu kuat. Arsen kalang kabut, dia takut menyakiti kekasihnya karena terlalu terbawa nafsu. Arsen langsung meminta maaf atas apa yang telah dia lakukan, jujur saja Arsen kelewatan dan dia menyadari itu. Gairah yang dirasakan kini berubah menjadi rasa panik karena rintihan kekasihnya. "Sakit yang mana sayang? Maaf Mas kelewatan," ucap Arsen panik. "Enggak karena kamu, tadi ke tatap dinding lift," jawab Lily yang tidak berani memandang Arsen. Arsen tau, pasti ada yang tidak beres dengan ini. Dengan perlahan dia lalu membuka kancing kemeja Lily, bodo amat dengan penolakan Lily! dia hanya ingin melihat lukanya, dia tidak mau jika Lily menahan kesakitan sepanjang hari ini. "Mas jangan," ucap Lily menahan kancing ketiga yang akan dibuka Arsen, setengah dari payudaranya bahkan terlihat karena dua kancing teratas sudah di tanggalkan oleh Arsen. "Aku mau melihat lukanya sayang," bisik Arsen. Terhipnotis dengan apa yang Arsen katakan, pada akhirnya Lily membiarkan Arsen membukanya. Arsen melihatnya, bahu Lily memar dan dia yakin hal ini karena dorongan keras yang Lily dapatkan tadi. "Mereka masih suka ganggu kamu?" tanya Arsen yang masih menatap luka Lily. Lily hanya diam, sejak awal dia tidak ingin memperpanjang masalah, jika Arsen akan memecat mereka maka Lily harus berani go publik atas hubungan yang mereka miliki, Lily masih belum siap! dia tidak ingin semua orang tau siapa dia sebenarnya, dia hanya ingin terus hidup sederhana seperti orang lainnya. "Sayang!" Arsen mulai menahan amarahnya. "Mas jangan marah, aku nggak papa,"ujar Lily. "Jika sekali lagi mereka memperlakukan kamu seperti ini, maka mereka harus keluar dari perusahaan ini!" ujar Arsen. Siapa yang ingin mempertahankan karyawan yang minus akhlak seperti mereka? dia juga tidak mau anak buahnya tidak memiliki perasaan, dia tidak ingin memiliki pekerja yang tidak punya hati seperti mereka. "Udah, aku nggak papa, Mas." Lily berusaha menenangkan Arsen yang mulai tersulut emosi. Arsen mencium luka Lily, setelah itu dia kembali mengancingkan kemeja Lily seperti semula, sejak awal dia tau jika Lily terus mendapatkan gangguan dari orang kantornya, tapi tiap kali dia akan bertindak, Lily selalu menahannya karena kasihan dengan mereka. Tapi yang dikasihani sama sekali tidak memiliki hati, hal itulah yang membuat Arsen sangat jengah. "Dokumennya udah lengkap, aku balik ke depan ya Mas?" pamit Lily. "Nanti makan siang bareng ya sayang, mas rindu makan siang bersama," ucap Arsen. Lily mengangguk, jika dia akan makan siang bersama mereka akan makan di tempat yang lebih privat setidaknya tidak di lihat oleh orang lain, Lily juga membawa banyak dokumen agar orang lain mengira mereka akan mengadakan pertemuan bisnis, mungkin jika Lily mau jika hubungan mereka di publish segalanya tidak akan serumit ini, tapi Arsen menghargai apa yang menjadi keinginan kekasihnya karena itulah dia mengikuti segalanya dari awal sampai saat ini hanya demi wanitanya. *** Suara high heels terdengar di lorong sepanjang jalan menuju ruangan Arsen, Lily sudah menghela nafasnya dia tau jika hanya Sabrina yang selalu seperti ini. Kadang Lily kesal, sudah jelas jika Arsen menolak Sabrina, tapi tetep aja dia bersikeras untuk memperjuangkan Arsen. Salah Lily memang karena dia tidak mau dipublish oleh Arsen, karena itulah sampai sekarang banyak orang menganggap jika Arsen masih jomblo dan belum ada wanita yang beruntung memenangkan hatinya. "Mas Arsen, Ada?" tanya Sabrina dengan ketus. "Pak Arsen ada di dalam, katanya tidak menerima tamu karena akan ada rapat dengan klien," ujar Lily. "Bodo Amat, kenalin nih calon istrinya. Awas ya! kalau kamu berani goda Mas Arsen, habis di tanganku kau."ancam Sabrina lalu berjalan dengan angkuh dan meninggalkan Lily. Astaga, Lily bisa kena lagi karena ulah nenek sihir ini. Arsen tipe orang yang tidak ingin di ganggu ketika sedang mempelajari presentasi, apalagi dia sedang mempersiapkan hal ini untuk tender besar yang dia incar, Lily saja yang notabennya sebagai kekasih tidak berani mengganggu apalagi Sabrina? dia yakin dalam hitungan ke tiga akan terdengar suara Arsen marah lalu memanggil namanya. "Lilyanaaaa, saya sedang tidak ingin menerima tamu!" teriak Arsen membuat Lily tergesa-gesa menuju ruangan Arsen. "Maaf Pak, Bu Sabrina memaksa masuk walau sudah saya peringatkan," ucap Lily. "Keluar, saya tidak ingin di ganggu!," ujar Arsen. "Mari Bu, mohon maaf, Pak Arsen tidak ingin diganggu." Lily takut jika Arsen semakin marah. "Awas! saya akan datang lagi. Jangan kegatelan kamu jadi sekretaris!" ancam Sabrina lalu mendorong Lily keras hingga membuatnya jatuh tersungkur. Lily tau bagaimana watak Sabrina, dia sama seperti Arsen yang keras kepala. Sudah dua kali Lily menerima perlakuan seperti ini, dia sangat kesal! dia pikir Sabrina bisa semena-mena kepadanya? perusahaan keluarganya saja masih bergantung dengan perusahaan keluarga Lily, tapi dengan beraninya dia melakukan seperti ini. Sabrina jauh dari kata baik, dia hanya pencitraan di depan orang hingga terlihat anggun dan polos, padahal yang ada dia seperti penyihir jahat yang bahkan tidak memiliki hati sedikitpun. "Tunggu saja, ini belum waktunya," ucap Lily setelah Sabrina berjalan pergi. Sabrina menghentikan langkah kakinya lalu menoleh ke arah Lily yang sudah berdiri dengan tegak, dia melihat Lily dengan pandangan meremehkan. "Kamu ngomong apa?"tanya Sabrina kepadanya. Lily menggeleng, belum waktunya dia membiarkan jati dirinya Ter ekspos, dia hanya butuh waktu sedikit lagi dan setelah dia jengah dia akan mengubah keputusan untuk menerima segala tawaran Arsen, termasuk mempublikasikan hubungan mereka. Sabrina lalu berjalan menghampiri Lily, dia mendengar apa yang Lily katakan. Sabrina tidak tuli dan bodoh, dia yang kesal lalu menghampiri Lily dan memakinya dengan keras. "Kamu ngomong apa? Tunggu waktunya? waktu apa? Ha? Kamu pikir aku bodoh? atau tuli? jangan belagu deh! kamu cuma sekretaris cupu! mana mungkin bisa bersanding dengan Arsen!" Sabrina mendorong kepala Lily dengan telunjuknya, hal itu membuat Lily semakin berjalan kebelakang dan akhirnya tersungkur kembali karena Sabrina terlalu keras mendorongnya. "Jangan Mimpi!"Maki Sabrina lalu berjalan meninggalkan Lily. Malu dan sedih, Lily rasanya sudah tidak sanggup lagi jika di hadapkan dengan Sabrina yang semakin brutal, wanita itu selalu melakukan hal yang dia inginkan tanpa memperdulikan dimana dia berada. Lily mulai berjalan dan duduk di kursinya kembali, sudah menjadi kebiasaan dia akan mendengar Anggun menggosipkan dirinya, dia tersenyum sinis ketika mendengar Lily di marahi, selama ini Lily selalu sabar dia yakin suatu saat nanti, mereka yang akan mengemis maaf kepada Lily atas segala hal yang pernah dia lakukan kepadanya. "Rasain ga tuh! Haha." Mega tertawa melihat perlakuan Sabrina pada Lily. Lily sama sekali tidak menggubris apa yang mereka katakan, dia butuh bekerja ya itulah yang ingin dia lakukan, masalah hubungannya itu masalah pribadi yang tidak bisa dia campur adukkan dalam masalah pekerjaan. Arsen dan Lily cukup profesional, mereka akan berlaku seperti pasangan di pagi hari dan akan menjadi atasan dan bawahan di waktu kerja, mereka sudah sepakat untuk itu karena itulah Arsen marah memanggil Lily, dia tau Arsen marah pada Sabrina tapi dia terlampau kesal hingga tidak bisa mengontrol dirinya. bunyi pesan masuk kedalam ponsel Lily, pesan dari asisten Pak Lucas yang akan mengadakan kerja sama dengan perusahaan milik Arsen. "Ly, bisakah rapat diadakan di Resto Gula Jawa di daerah pahlawan? Pak Lucas tidak mau datang ke perusahaan karena ada suatu hal yang harus dia bicarakan di sini. Ada pengkhianat di perusahaan kalian, Pak Lucas ingin memberitahu semuanya secara langsung kepada Pak Arsen." Pesan dari Pak Ginanjar selaku asisten dari Pak Lucas. Lily tergesa-gesa masuk kedalam ruangan Arsen tanpa mengetuknya, dia pikir Arsen harus segera tau perihal ini dia tidak ingin jika Arsen mempresentasikan apa yang sudah dia kerjakan sebulan ini hanya untuk di ambil idenya oleh pengkhianat dan di jual di perusahaan pesaing hanya demi uang. "Kenapa?" tanya Arsen bingung. "Pak Ginanjar, kirim pesan ke aku katanya presentasi berubah di resto aja, ada pengkhianat yang mau mengambil ide kerjaan Mas, katanya nanti akan dijelaskan pak Lucas," ujar Lily. "Apa? mereka ga salah ngomong?" tanya Arsen. "Ayo," ajak Lily. Lily sudah menyiapkan segala persiapan di tas kerjanya, dia dan Arsen segera pergi menuju tempat rapat tanpa memberi tahu orang yang ada di dalamnya, untung saja Arsen belum membagikan hasil penemuannya jika sudah maka semua akan sia-sia karena akan terjadi pencurian karyanya. "Kemana pak?" tanya salah satu karyawan yang akan ikut meeting nanti. "Ada Perlu," ucap Arsen. "Bukankah ada meeting nanti?" tanya orang itu tapi Arsen sudah menjauh pergi dan tidak menjawab pertanyaan orang itu. Jika sudah begini dia tidak boleh mempercayai orang lain di kantornya kecuali kekasihnya, dia tau pasti jika Lily tidak akan melakukan hal itu buat apa dia melakukan hal buruk di saat keluarganya sudah lebih dari cukup? bahkan kekayaan keluarga mereka sebanding dan keluarga Lily pun memiliki perusahaan yang sama besarnya dengan perusahaan Atkinson. "Tenang Mas, aku takut jangan terlalu kencang," ucap Lily yang berpegangan pada pintu mobil. Arsen terbawa emosi, dia sudah penasaran siapa yang menjadi penyusup di perusahaan miliknya, selama ini dia selalu memperlakukan pekerja dengan sangat baik, dia tidak membedakan mereka berdasarkan tingkatan pekerjaan tapi jika masih ada yang melakukan pengkhianatan maka hal itu tidak akan bisa Arsen tolerir lagi. "Mas, Aaaa!" Teriak Lily ketika mereka hampir saja menabrak mobil yang berhenti karena lampu merah. "Sialan!!!" umpat Arsen. Lily ketakutan, emosi Arsen memang seperti ini, dia tidak suka di bohongi apalagi sampai dikecewakan seperti ini karena itulah dia tidak pikir panjang dan melakukan semua hal ini. "Maaf sayang, aku kelepasan," ujar Arsen menatap Lily. "Tenang Mas, pasti ada jalan keluar," ucap Lily dan membuat Arsen perlahan menenangkan dirinya. Lily juga tidak mau jika Arsen ketemu Pak Lucas dalam kondisi marah, tidak baik jika hal itu terjadi karena Pak Lucas berniat baik tapi emosi Arsen tidak mudah dikendalikan dengan mudah. "Tenang, bentar lagi sampai," ucap Lily yang kini menggenggam satu tangan Arsen yang bebas dari kemudi. Mereka sudah sampai di resto tersebut, sesuai dengan reservasi mereka langsung diantar oleh waiters ke tempat Pak Lucas berada. "Hallo Sen," sapa Pak Lucas. "Hallo Pak Lucas," ujar Arsen yang kini mulai duduk. Pembicaraan mereka dimulai, entah kenapa Arsen semakin emosi setelah mendengar apa yang Pak Lucas ceritakan, Arsen tidak habis pikir ada pekerja yang menukar kesetiaan hanya demi uang yang sementara, apalagi orang tersebut adalah orang yang lumayan dekat dan selalu ikut dalam setiap projects baru yang dia miliki. "Saya mendengarnya sendiri, jika tidak percaya ini ada rekamannya, dia berbicara dengan salah satu pekerja dari perusahaan pesaing, jika bukan karena loyalitas dengan keluarga Atkinson saya pasti sudah tergiur karena mereka selalu menawarkan harga yang lebih murah dengan hal yang sama dengan kamu tawarkan, tapi kesetiaan antara perusahaan kita tidak main-main karena itulah dengan berani mengatakan segala hal yang saya tau," jelas Pak Lucas. "Terima kasih atas informasinya Pak, saya akan menyelidiki lebih lanjut dan ya ini informasi yang sangat penting bagi kemajuan perusahaan kami." Arsen berterima kasih atas informasi yang diberikan oleh Pak Lucas karena dengan ini dirinya bisa lebih berhati-hati dengan orang lain. "Kamu nggak usah presentasi, kami akan tetep bersama keluarga Atkinson, mana surat perjanjian nya saya kasih tanda tangan," ujar Pak Lucas. Arsen mengangguk, walaupun ada berita buruk tapi ada pula berita baik, dia harus tetap bersyukur untuk semua ini. "Jika boleh tau siapa orangnya Pak?" tanya Lily. "Dia adalah

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
189.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.0K
bc

My Secret Little Wife

read
94.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook