Bab 2

2181 Words
Pak Lucas memandang Lily dan Arsen secara bergantian, mungkin mereka tidak akan percaya dengan apa yang akan dia katakan, tapi Pak Lucas memiliki bukti untuk mempertanggungjawabkan apa yang dia yakini. "Siapa dia, Pak Lucas?" tanya Arsen semakin penasaran. Pak Ginanjar langsung menunjukkan bukti foto setelah mendapat perintah dari Pak Lucas, mana mungkin Pak Lucas membiarkan Arsen rugi karena satu orang seperti itu? lebih baik Arsen segera tau agar perusahaan tidak terpengaruh hanya karena karyawan yang minus etika seperti Harvi. "Harvi," ucap Arsen dan Lily secara bersamaan. Pak Lucas menganggukkan kepalanya, benar apa yang Arsen katakan, dirinya tidak salah dalam mengenali orang karena mereka pernah bertemu dalam meeting terakhir sebelum final dalam menentukan kerjaan yang Arsen garap. "Dia anak Pak Robin Kan? bahkan bapaknya saja orang kepercayaan dari Papa kamu, tapi kenapa anaknya bahkan tergiur dengan uang yang tidak seberapa itu?" tanya Pak Lucas tidak habis pikir. Arsen sangat kecewa, Harvi adalah salah satu orang kepercayaan yang selalu dia ajak dalam proyek pengembangan, tapi dia tidak habis pikir ternyata kecolongan yang terjadi selama ini karena Harvi. "Apa yang akan kamu lakukan Pak?" tanya Lily. "Aku harus mendiskusikan semuanya dengan Papa." Arsen bingung akan melakukan apa yang pasti dia akan mendiskusikan semuanya dengan Papanya agar dia tidak salah dalam mengambil Langkah. "Kamu selesaikan semuanya dengan baik, sesuai prosedur hukum jangan biarkan dia bisa bebas! seharusnya Pak Robin tidak akan menghalangi, karena sejak awal dia tau keluarga Atkinson tidak pernah mentolerir yang namanya pengkhianatan," Titah Pak Lucas. Arsen mengangguk, Pak Lucas pamit karena dia harus ke Bandara sekarang. Pak Lucas akan ke Kalimantan untuk mengecek proyek yang sedang dia garap. Arsen sangat lemas setelah kepergian Pak Lucas dan asistennya, Lily tau, Arsen sangat kecewa dengan kenyataan yang mereka ketahui. Tapi walaupun begitu, dia dan Arsen tidak boleh gegabah dalam mengambil langkah untuk penyelesaian masalah internal perusahaan seperti ini. "Mas," panggil Lily yang kini menggenggam tangan Arsen yang terasa dingin. Tangannya dingin tapi otaknya mendidih karena kemarahan yang dia rasakan, Arsen bisa lepas kendali ! tapi ada Lily di sampingnya, dia tidak mau melihat Lily semakin tertekan karena masalah ini. Dalam perusahaan tidak ada yang bisa di percaya kecuali diri sendiri, tapi Lily berbeda hanya dia yang bisa Arsen percaya untuk saat ini. "Sayang, jangan diam." Lily memeluk Arsen yang masih mematung. Arsen sedih, hanya Lily yang tau kelemahannya dan hanya bersamanya dia bisa lemah seperti ini. Selama ini dia selalu terlihat kuat tapi di sisi lain Arsen tidak sekuat itu, dia memegang perusahaan yang keluarganya bangun dari nol dan rasanya dia memiliki tekanan untuk terus membuat perusahaan semakin berkembang, dia tau semuanya tidak semudah yang dia bayangkan, semuanya memerlukan kerja keras dan air mata di dalamnya. "Jangan tinggalin aku," bisik Arsen mempererat pelukannya. "Pulang dulu aja Ya? aku batalkan semua agenda kamu untuk hari ini," bujuk Lily. Arsen mengangguk, dia hanya merasa lelah. Mengerjakan proyek besar membutuhkan waktu yang lumayan lama dan keringat serta waktu dia korbankan untuk itu, hal ini mungkin akan menjadi pelajaran agar dia tidak terlalu percaya kepada orang lain. "Aku yang bawa mobilnya ya?," bujuk Lily. "Enggak sayang, Mas bisa kok kamu nggak usah khawatir." Arsen lalu mencium kening Lily dia hanya ingin kekasihnya sedikit tenang dan tidak khawatir atas kondisinya. Mereka langsung keluar dari Resto dan menuju mobil dimana mereka parkir, disisi lain mereka tidak sadar jika ada seseorang dengan mata tajamnya yang terus mengawasi kedua orang itu, seseorang dengan penuh dendam dan amarah dihatinya yang tidak pernah padam. “Aku akan merebut semuanya darimu, termasuk kebahagiaan sekecil apapun itu,” ucap orang itu lalu pergi dari tempat ini. *** Mereka sudah sampai di tempat parkir, Arsen pusing tapi dia tidak mau kekasihnya yang akan menyetir mobil. Arsen sangat menyayangi Lily, apapun yang terjadi dia akan terus berusaha menjaga Lily dia tidak mau ada orang yang menyakiti kekasihnya jikalau Lily bersedia sejak awal pasti dia akan mengumumkan hubungan mereka agar tidak ada yang menyakiti Lily, tapi dia bisa apa? dia hanya bisa menuruti apa yang Lily katakan karena dia tidak ingin kekasihnya marah jika dia menghancurkan segala rencana yang sudah dia putuskan sejak awal. "Kamu temenin aku ya? jangan pulang sayang," mohon Arsen. Tidak ada yang bisa Lily lakukan jika Arsen sudah memohon seperti ini, keluarga Arsen sudah tau jika Lily menginap pasti Arsen dalam kondisi yang tidak baik dan butuh Lily di sampingnya. Kedua keluarga sudah sangat dekat dan perbincangan mengenai pertunangan pun sudah dibicarakan tapi mereka masih mencari waktu yang tepat terlebih Lily tidak mau jika semua penyamaran yang dia lakukan sia-sia. "Semalam saja ya?" bujuk Lily. "Sayang...ih," rengek Arsen, mana mungkin dirinya puas jika hanya semalam Lily bersamanya? sebulan ini dia fokus menggarap proyek besarnya dan kini waktunya dia istirahat, tidak salah bukan jika dia ingin bersama Lily saat ini?. "Aku harus bolos gitu? Mas ih ngajarin nggak baik!" kesal Lily. "Yang punya perusahaan siapa?" tanya Arsen dengan seringainya. Sombong sekali memang satu orang ini, memang benar Arsen yang memiliki perusahaan tapi di sini Lily hanya bekerja sebagai bawahan karena itulah dia tidak bisa berlaku seenaknya sendiri karena perusahaan juga memiliki aturan yang harus di tepati, dia juga ingin bekerja dengan baik sebagai pegawai. "Sombong kali Bah, anak siapa ini?" tanya Lily. Obrolan mereka terpotong karena ada telepon masuk di ponsel Lily, Arsen terpaksa diam karena Lily sangat serius dengan obrolannya, dia tau jadwalnya sangat padat dan menggeser semua jadwal pasti bisa jadi ada beberapa orang yang tidak mau karena bertemu Arsen tidak semudah yang dibayangkan mereka harus membuat janji temu karena Arsen tidak mau jika mereka seenak hatinya datang dan pergi tanpa janji terlebih dahulu. Tolong sampaikan permintaan maaf kepada Pak Direktur. Pak Arsen memang sedang tidak enak badan, mungkin dua hari akan off dari kantor terlebih dahulu. Setelah mengatakan itu Lily menghela nafasnya lega, astaga hal inilah yang harus dia hadapi tiap kali kekasihnya seperti ini. Dia harap kedepannya segala permasalahan akan segera di selesaikan agar Arsen bisa hidup dengan baik. "Udah kan? dua hari ya? Aku mau kamu di sisi aku, nggak ada penolakan." Arsen mengatakan dengan tegas tanpa ingin di bantah. "Iya Sayang." pasrah Lily pada akhirnya. Lily melihat senyum Arsen mengembang, mungkin keputusan yang dia ambil benar, Arsen sudah bekerja keras dan saat ini waktunya dia harus beristirahat tanpa memikirkan masalah pekerjaan, Arsen juga harus Konsultasi kepada Papanya untuk langkah selanjutnya, dia tidak bisa gegabah karena hal ini bisa menjadi masalah yang besar jika dia sampai salah langkah, Harvi orang yang licik dia bisa saja melakukan banyak hal untuk menyelamatkan dirinya sendiri. *** Pukul dua siang mereka sudah sampai di rumah Arsen, rumah yang sangat besar dengan beberapa penjaga di luar sana. Sudah menjadi kebiasaan memang keluarga Atkinson mempekerjakan banyak orang untuk keamanan keluarga nya, Robert sebagai kepala keluarga tidak ingin kecolongan tentang keamanan keluarga kecilnya. "Lily, Arsen kenapa? tumben udah pulang?" tanya Tiffany, dia adalah Ibu dari Arsen. "Em... nanti Lily ceritakan Tante, aku bawa Mas ke kamar dulu." ujar Lily Tiffany bingung, entah apa yang terjadi pada anaknya karena tidak biasanya dia seperti ini. Arsen hanya akan pulang cepat jika ada hal yang mendesak dan ada masalah yang serius mengenai perusahaan. "Sayang, jangan pergi." larang Arsen yang berubah semakin manja. "Mau ambilin kamu minum," jawab Lily. "Jangan lama-lama," pesan Arsen. Lily mengangguk, dia menuju dapur dan tak lama kemudian Tiffany datang. Lily tau pasti Mama Arsen akan bertanya tentang masalah yang terjadi tapi untuk saat ini dia tidak bisa mengatakan cerita lengkap karena Arsen pasti akan semakin kesal jika dia terlalu lama jauh darinya. "Ada masalah Apa?" tanya Tiffany. "Pak Harvi, ternyata dia yang selama ini membocorkan pekerjaan yang Arsen garap," ucap Lily. "Anaknya Robin?" tanya Tiffany dan langsung diangguki oleh Lily. Tiffany bahkan tidak menyangka di balik sikap polos yang Harvi perlihatkan ternyata dia orang yang jahat, keluarga Atkinson tidak suka di khianati dan itu pasti akan di tindak tegas karena dirinya merugikan perusahaan. "Tante, aku nemenin Arsen dulu ya? dia agak ga enak badan," pamit Lily. "Ya sayang, jaga Arsen aku telpon Robert dulu." Setelah mengatakan itu Tiffany lalu meninggalkan Lily. Lily berjalan menuju kamar Arsen, kadang Lily kesal kekasihnya terlalu manja di saat seperti ini tapi dia bisa apa? Arsen membutuhkan dirinya dari pada dia menggila karena amarah lebih baik dia menemani Arsen agar emosinya lebih terkendali. "Sayang," panggil Arsen meminta agar Lily segera berbaring di sampingnya. "Pengen ganti baju dulu, Mas aja udah pakai kaos aku masih pakai baju kerja ga enak Mas," keluh Lily. "Yaudah sayang, ganti baju terus temenin Mas," ucap Arsen pada akhirnya karena tidak ingin membuat Lily semakin kesal. Keseringan menginap akibat Arsen membuat dirinya memiliki banyak baju di kamar ini, bagaimana tidak? Arsen lah yang menyiapkan semua baju termasuk pakaian dalam untuknya. Entahlah Lily tidak pernah mengatakan ukuran pakaian dalam tapi kekasihnya itu tau dan hal ini masih menjadi teka-teki di dalam pikirannya. Sementara itu, Tiffany kini langsung menelpon suaminya yang berada di kantor dia mengatakan apa yang Lily katakan kepadanya, bagi mereka masalah internal lebih berbahaya dibandingkan masalah eksternal karena itulah jika ada masalah mereka akan mencoba menyelesaikan sebaik mungkin, karena mereka tidak ingin permasalahan akan semakin berlarut-larut. "Papa pulang! Arsen sepertinya sedang kalut." Nada bicara Tiffany terdengar khawatir. pembicaraan di telepon usai, Tiffany kembali menonton drama terbaru di kamarnya sembari menunggu suaminya pulang, Tiffany tau saat ini yang Arsen butuhkan adalah Lily karena itu dia tidak ingin mengganggu mereka. Walaupun mereka terus bersama setiap hari tapi tidak memiliki kesempatan untuk bermesraan karena mereka benar-benar profesional dalam bekerja. "Seger," ujar Lily yang baru selesai mandi. Awalnya dia akan berganti baju tapi dia tergoda dengan bathtub di kamar Arsen yang cantik itu, bukan kali pertama dia masuk tapi tetap saja sepertinya tubuhnya perlu air hangat agar lebih refleks setelah banyak hal yang dia lalui di dalam kantor. Arsen terlihat tenang dalam tidurnya, dia seperti anak bayi yang sangat manis.Entah apa yang membuatnya begitu mencintai Arsen tapi yang pasti dia berjanji untuk tidak meninggalkan orang yang mencintai dirinya dengan sepenuh hati. "Tidur yang nyenyak sayang," bisik Lily lalu mencium pipi Arsen. *** Robert sampai rumah pukul tiga, dia langsung menemui istrinya dan meminta penjelasan atas apa yang telah terjadi hari ini. "Papa ganti baju dulu, nanti nunggu Arsen bangun," ucap Tiffany. "Dia syok?," tanya Robert. "Mungkin dia terlalu kecewa karena memberikan kepercayaan pada Harvi sebesar itu," ujar Tiffany. "Aku tau, Arsen sangat kecewa karena kita sama tidak suka di kecewakan masalah kepercayaan," timpal Robert lalu menuju walk in closet mereka. Tiffany mengangguk, apa yang suaminya katakan memang benar dan bahkan Arsen tidak mau lagi bertemu dengan orang yang sudah mengkhianati dirinya, Robert pasti bimbang karena Harvi adalah anak dari orang kepercayaannya karena itulah dia tidak boleh gegabah dalam menentukan langkahnya. pukul 16.10 Arsen terbangun dari tidurnya dia memandangi wajah polos kekasihnya yang terlihat sangat cantik, tak tahan rasanya untuk tidak mengecup bibir merah tanpa lipstik itu. Cup, ciuman lembut yang membuat perasaan Arsen lebih enak dari sebelumnya, setelah tidur kini pikirannya lebih tenang tidak seperti siang tadi yang selalu di liputi oleh amarah karena Harvi. "Sayang, bangun, " bisik Arsen di telinga Lily. "enghh." lengguh Lily yang mencari posisi ternyaman dalam tidurnya. "Cantik sekali sayang," puji Arsen. Arsen sangat beruntung mendapatkan wanita secantik Lily, dia bahkan tidak pernah menyangka jika Lily mau dengannya, perjuangan mendapatkan Lily tidak semudah yang di bayangkan dan kini bisa menjadi bagian dari dirinya adalah suatu kebahagiaan yang tiada tara baginya. Arsen yang sangat gemas dengan kekasihnya kini langsung menciumi seluruh wajahnya, dia sangat suka menghabiskan waktu seperti ini mereka sudah dewasa dan kedua orang tuanya yakin segala perbuatan yang mereka lakukan akan dipertanggungjawabkan keduanya. "Mas, Ih!" kesal Lily pada kekasihnya, kapan lagi dia bisa tidur siang dengan nyenyak jika tidak sekarang ini?. "Bangun sayang, Mas Lapar," ucap Arsen yang kini memandang Lily dengan penuh cinta. Menunggu Lily bangun membuatnya geram, dirinya lalu merubah posisi dan kini berada di atas Lily. Bodo amat, sekali-kali dia harus memberikan hukuman bagi kekasihnya yang membangkang, lagi pula memberikan hukuman adalah suatu hal yang sangat dia suka. Seringai jahil pun muncul di sudut bibir Arsen, tangannya yang jelalatan pun kini sudah masuk kedalam kaos yang Lily kenakan, Haha dia tertawa dalam hati akhirnya bisa kembali menyentuh dua benda favorit yang selalu dia rindukan itu. Kapan lagi dia bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan? kekasihnya memilih kembali tidur hal inilah yang harus dia terima. Arsen kembali melakukan apa yang sudah dia mulai, respon Lily pun kini tak di hiraukan lagi olehnya. Dia bahkan tidak mendengar kalimat penolakan yang Lily katakana karena dia terlalu terbawa nafsu, semua hal yang berkaitan tentang rasionalitas kini hilang berganti dengan hasratnya yang membara. Lily tidak bisa melawan tenaga Arsen yang sangat kuat, dirinya hanya bisa pasrah dengan segala hal yang Arsen lakukan. "Jangan." tolak Lily ketika Arsen akan membuka celana yang Lily Pakai. "Sayang," mohon Arsen yang sudah diliputi nafsu. Arsen bahkan sudah melepas kaosnya dia kini sudah bertelanjang dada, dia memang tidak pernah kelepasan sebelumnya tapi kini entah setan apa yang merasuki dirinya hingga dia seperti ini. "Sayang," bisik Arsen yang kini memeluk Lily, menggodanya agar Lily menerima apa yang dia lakukan. Arsen sangat bernafsu, dia bahkan memegang kendali saat ini. sebentar lagi dia akan memiliki Lily seutuhnya hingga akhirnya terdengar teriakan yang tidak dia harapkan. "Arsennnnn!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD