Tanda Terlarang.

1099 Words

​Pagi itu, udara terasa berat dan lembap, membawa sisa aroma hujan semalam yang membuat aspal jalanan berkilau saat matahari naik. Lalu lintas mulai memadat di jalur-jalur utama menuju pusat bisnis, klakson bersahutan, menciptakan simfoni kekacauan khas ibu kota. Namun, di dalam kabin mobil hitam mewah yang melaju tenang, seolah terisolasi dari dunia luar, suasananya justru tegang—hening yang padat oleh sesuatu yang tak terucap. ​Luna duduk di kursi belakang, di sisi kiri. Tangannya terkunci di pangkuan, dingin. Ia sesekali melirik ke arah kaca jendela, berpura-pura sibuk mengamati gedung-gedung pencakar langit yang berkejaran, berusaha keras agar tidak bertemu pandang dengan pria di sebelahnya. Sejak mobil bergerak meninggalkan halaman megah kediaman Ludwig, pikirannya tidak pernah berhe

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD