“Freya di mana?” tanya Ben begitu tiba di UGD RSUD Ciawi. Wajahnya mengeras, tapi wajah Kaia yang berdiri di sebelahnya tampak panik. “Mari ikut kami, Pak.” “Tunggu sebentar,” ucap Ben pada Hans, menahan langkah polisi itu. Kemudian ia menoleh pada sang istri. “Kai, kamu nggak usah ikut, ya?” “Kenapa?” Kaia mengernyit, tak terima. “Freya itu kan ….” Ben bingung bagaimana mengungkapkannya. Ia hanya memasang wajah serius pada Kaia, berharap Kaia mengerti apa yang ia maksud. “Hamil?” sergah Kaia kemudian. Ben menahan nafas, khawatir Kaia tiba-tiba histeris. Namun hingga hampir satu menit berlalu, Kaia masih baik-baik saja. “Kamu udah nggak apa-apa denger kata hamil?” “Kayaknya sih gitu.” Kaia terdiam sesaat, seolah mencoba merasakan gejolak emosi di dadanya. Tapi tidak ada, ia tak mer