“Apa ini, Sayang?” Farel mengernyit saat pulang ke rumah dan langsung disodori sebuah map cokelat. Freya tersenyum sombong sambil menyedekapkan tangan setelah Farel mengambil amplop itu dari tangannya. “Buka aja.” Farel meletakkan tasnya di atas kasur dan membuka amplop cokelat itu. Begitu ia mengeluarkan kertas yang ada di dalamnya, membaca beberapa kalimat teratasnya, kedua matanya spontan membelalak tak percaya. “Apa maksudmu, Freya?!” serunya tertahan. “Kamu nggak bisa baca?” dengus Freya sinis. “Baca tuh, surat gugatan cerai.” Telunjuknya mengarah pada tulisan yang dicetak tebal di atas kertas. Farel menggeram kesal. “Aku kira kamu cuma terbawa suasana waktu itu. Ternyata kamu beneran?” Freya mendengus kasar. “Kamu kira aku main-main? Enggak, Rel. Aku sudah bikin gugatan, kamu h