“Kamu tenang, ya? Wahyu sudah mengurus semuanya. Bela dan siapapun yang mengunggah video itu pertama kali akan diurus secara hukum.” Suara Ben terdengar menenangkan di ujung telepon. Kaia menggigit bibirnya gelisah, menelungkupkan kepalanya di atas meja. Ia tak ingin membebani Ben dengan masalahnya mengingat Ben sekarang sedang sibuk mengurus persidangan kasus korupsi Pak Tambun itu. “Kai?” Suara Ben terdengar lagi. “Kamu mau ke ruanganku aja? Atau aku yang ke sana?” Lebih dari apapun, Kaia ingin berada di pelukan Ben sekarang. Merasakan hangat tubuh itu melingkupi tubuhnya, lengan kekarnya seperti perisai yang melindunginya dari dunia yang keras dan kejam. Tapi Kaia lebih dari tahu bahwa jika ia berani menginjakkan kaki ke gedung kantor itu, ia takkan berhenti mendengar semua orang me