“Angga?” Kaia mengangkat kedua alisnya saat mendapati Angga berdiri di depan pintu laboratorium mikrobiologi tempat Kaia bekerja. “Ngapain ke sini?” Angga tersenyum manis. “Kamu diajak makan sama Pak Ben di ruangannya. Terus … Aria ada?” Ia celingukan ke dalam. Kaia memicingkan mata curiga. “Ngapain nyari Aria?” “Mau ngajak makan siang.” Angga masih tersenyum. Tatapan Kaia semakin memicing. Kecurigaannya makin menjadi-jadi saat Aria muncul di belakangnya dengan senyum lebar. “Hai, udah nungguin dari tadi?” tanyanya riang. “Enggak kok, baru aja.” Angga menjawab dengan senyum semanis gula. “Tunggu, tunggu.” Kaia menyedekapkan tangan, berdiri di antara Angga dan Aria. “Sejak kapan kalian jadi dekat gini? Aku baru nggak masuk kerja seminggu loh. Apa yang aku lewatkan?” “Nggak ada kok.”