Ben meringis pelan saat dokter bedah mengganti kasa yang menutupi bekas luka operasi di perutnya. Sementara Kaia mencengkram lengan Ben erat saat bekas luka operasi itu perlahan-lahan terlihat olehnya. Luka itu sudah tertutup sempurna, tapi rasa bersalah masih menghuni hati Kaia. “Sakit, Pak?” lirihnya sambil meringis. Ben tersenyum tipis, menggeleng. Dokter bedah menekan-nekan area di sekitar luka, memastikan tidak ada darah atau nanah yang keluar dari luka sayatan itu. “Oke, lukanya aman, ya. Ini satu atau dua minggu lagi sudah bisa beraktivitas normal kecuali olahraga berat, Pak.” Dokter itu menjelaskan. Kaia menghela nafas lega. “Untuk sekarang olahraga apa yang boleh, Dok?” Ben bertanya. “Olahraga ringan, seperti jalan kaki, peregangan ringan untuk area leher dan bahu, itu bol