Hening. Suara lantunan musik romantis tak terdengar mengalun indah seperti tadi, bahkan suara kicauan burung di area terbuka yang terpenuhi mawar merah dan putih itu seakan terasa enggan untuk menyelimuti keheningan di sana. Hanya terdengar suara napas tercekat dari para tamu undangan, itu pun tidak bisa menyaingi napas memburu Aldrian yang teramat menyeramkan saat ini. Bukan maksud ingin membuat pesta pernikahannya hancur berantakan karena dirinya sendiri, hanya saja d**a Aldrian saat ini terasa merintih kesakitan, ketika pandangannya tertuju kepada sang ibu mertua yang sedang membereskan piring dan gelas kotor dari para tamu undangan. Hingga amarah yang berada di ujung kepalanya pun meledak begitu saja. Bagaimana ia tidak marah. Walaupun ibu Ariani bukanlah ibu kandungnya