Dengan langkah yang riang Rania berjalan menuju panti dengan perasaan yang bahagia. Akhirnya setelah usaha kerasnya selama ini menjalani pendidikan ia mendapatkan kesempatan untuk bisa bekerja di perusahaan yang besar. Dan Rania yakin jika ia diterima disana pasti akan sangat membantu keuangannya. Karena tujuannya kerja keras menempuh pendidikan hingga sampai sarjana karena memang ia mengubah kehidupannya dan kehidupan adik-adik di panti. Karena menurutnya setelah ia mendapatkan pekerjaan yang lebih baik setidaknya ia bisa membantu Ibu Irma dalam masalah keuangan panti. Dan itu sudah menjadi janji Rania ketika ia memutuskan meneruskan kuliah.
Rania membawa 2 kotak kue Bandung yang akan ia makan bersama-sama dengan adik-adik panti. Walaupun hanya kue Bandung yang sederhana tapi bagi Rania dan anak-anak panti yang lain adalah makanan yang mewah karena memang keuangan panti yang dari hari ke hari semakin sulit saja. Untung saja ia masih punya sedikit tabungan. Untuk membeli kue Bandung ini uangnya masih cukup.
"Ibu, Rania pulang." Panggil Rania ketika sampai di panti
"Kak Rania bawa makanan ya?" Teriak salah satu adik di panti
"Iya Kak Rania bawa kue Bandung buat kalian." Kata Rania dengan wajah yang sumringah
"Yeeee... Kita makan kue Bandung." Teriak anak itu senang
"Ada apa sih rame-rame. Ibu sampai dengar dari dapur loh." Kata Bu Irma yang berjalan ke arah Rania
"Ibu liat Kak Rania bawa kue Bandung buat kita." Kata anak itu girang
"Rania ada acara apa kamu beli kue Bandung segala." Tanya Bu Irma bingung
"Nanti Rania cerita sama ibu. Sekarang kita makan dulu kue bandungnya." Kata Rania bahagia
"Ya udah. Ayo kita makan kue bandungnya ramai-ramai." Kata Bu Irma antusias
Dan malam itu suasana panti jadi ramai karena seluruh penjuru penghuni panti begitu menikmati kue Bandung yang Rania bawa. Sekadau gurau pun terdengar sepanjang malam sampai adik-adik panti harus segera tidur karena besok mereka harus berangkat sekolah.
"Ibu, Rania boleh ga malam ini tidur sama ibu." Tanya Rania
Bu Irma pun tersenyum setuju dengan permintaan Rania. Rania pun segera berjalan menuju ranjang tempat dimana ibu Irma tidur.
@ kamar bu Irma
"Bu, besok Rania ada interview kerja. Padahal baru tadi pagi Rania ngasih lamarannya dan tadi siang udah di telepon untuk wawancara besok pagi. Ibu tahu ga perusahan yang Rania lamar itu adalah perusahaan terbesar di negeri. Dan Rania besok bakal interview disana." Kata Rania antusias
"Ibu ikut senang kamu bisa ikut interview itu. Karena perusahan itu pasti terkesan dengan surat lamaran kamu jadi mereka segera menghubungi kamu buat interview besok." Kata Bu Irma ikut bahagia
"Iya Bu Rania tahu. Tapi Rania takut kalau gagal di interview pertama ini. Ibu tahu kan kalau perusahaan itu adalah perusahaan besar dan Rania yakin pasti saingannya juga bagus-bagus. Sedangkan Rania cuma gadis gendut yang baru aja lulus kuliah. Dan yang pasti penampilan aku kalah sama yang lain." Kata Rania rendah diri
"Rania masih ingat kan apa pesan ibu?" Tanya ibu Irma
"Iya Bu masih. Jangan pernah menilai orang dari fisik dan selalu mengerjakan segala hal dari hati. Dan yakin kalau kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan dengan usaha dan doa." Kata Rania mengulang kata yang selalu ibu Irma katakan kepada semua anak panti
Ibu Irma tersenyum mendengar Rania masih mengingat kata-kata yang ia katakan dari ia kecil dulu.
"Dengerin ibu. Besok kamu berikan yang terbaik dalam diri kamu. Jangan pernah dengerin omongan orang yang hanya bisa menghina kamu. Harusnya kamu buktikan pada mereka kalau kamu bisa seperti mereka. Dan kalau seandainya kamu gagal kamu bisa mencari pekerjaan yang lain. Ibu yakin di luar sana pasti ada perusahan yang akan bisa melihat bakat dan kemampuan kamu. Jadi jangan pernah menyerah dan selalu lakukan yang terbaik." Kata Ibu Irma menasehati
"Ibu." Kata Rania sambil memeluk Ibu Irma
"Aduh sekarang anak ibu udah besar ya." Kata Bu Irma membalas pelukan Rania
Dan setelah itu Rania dan Bu Irma bercerita banyak hal. Setelah berbicara dengan ibu Irma membuat Rania jauh lebih tenang. Dan ia siap menghadapi interview besok.
" Bu, gimana penampilan aku?" Tanya Rania
Pagi ini Rani memakai celana kain hitam serta kemeja warna pink. Tak lupa ia memakai sepatu pantofel yang ia beli bekas di tukang loak. Rania terkadang membeli beberapa barang di tukang loak. Karena ia tak bisa membeli baju baru ia sudah cukup senang bisa membeli barang di tukang loak. Menurut Rania barang-barang yang ada di toko loak masih layak di pakai. Jadi Rania tak pernah mempermasalahkannya.
"Aduh anak ibu cantik banget sih. Sini kamu duduk biar ibu sisir rambutnya." Kata Ibu Irma menyuruh Rania duduk di meja rias milik ibu Irma
Bu Irma langsung menyisir rambut panjang Rania dengan telaten. Lalu ia menguncinya dengan kuncir kuda. Ibu Irma juga membantu memoles wajah Rania agar terlihat cantik. Hanya memakai bedak dan lipstik aja penampilan Rania jauh lebih cantik.
"Udah lama ibu ga nyisir rambut aku. Terakhir ibu nyisir rambut aku ketika aku SD deh." Kata Rania mengingat masa lalu
"Iya ibu jadi ingat. Dulu ibu selalu kuncir rambut kamu aneh-aneh. Dan kamu sempat sebal waktu ibu kuncir yang aneh-aneh karena teman sekolah kamu ngecek cara kamu kuncir rambut." Kata Ibu Irma tertawa
"Iya ibu benar. Aku sampai ngambek ga mau sekolah gara-gara di ejek sama temen-temen." Kata Rania ikut tertawa
"Selesai. Wah kamu memang Princess ibu. Sekarang kamu berangkat aja. Ibu doain semua berjalan lancar." Kata Ibu Irma memberi pelukan pada anak panti yang ia anggap seperti putrinya sendiri
"Iya bu. Makasi ya Bu buat semuanya. Kalau gitu aku berangkat dulu takutnya nanti telat." Kata Rania berpamitan
Rania pun segera bersiap menuju perusahan untuk melakukan interview. Hari ini ia sudah minta izin untuk tidak berangkat ke coffe shop. Jadi ia bisa fokus untuk mengikuti interview ini.
"Rania Wulandari kamu pasti bisa. Semangat." Kata Rania menyemangati dirinya sendiri
Sementara itu Reynold baru saja sampai di kantor dan jam masih menunjukkan pukul 8 pagi. Ini salah satu rekor Reynold untuk datang ke kantor pagi-pagi begitu. Biasanya jika ia ingin ke kantor ia lebih memilih berangkat setelah jam maka siang. Tapi hari ini adalah hari yang spesial bagi Reynold. Hampir semalaman ia tak bisa tidur menunggu esok hari tiba. Hari dimana ia bisa bertemu dengan gadisnya. Dan untuk pertama kalinya seorang Reynold Johson penasaran dengan seorang gadis. Jadi ia memutuskan untuk datang lebih awal agar bisa melihat gadisnya lagi.
Tok.... Tok....
Suara ketukan pintu terdengar.
"Masuk." Kata Reynold
"Selamat pagi tuan muda." Sapa Maxi
"Pagi. Max apa sudah kamu persiapkan semuanya?" Tanya Reynold
"Sudah saya persiapkan semuanya. Saya sudah memasang beberapa kamera sesuai permintaan tuan muda." Jawab Maxi
"Good job Max. Thanks." Kata Reynold memuji
"Itu sudah menjadi tugas saya tuan muda. Kalau tuan muda butuh sesuatu saya siap." Kata Maxi patuh
"Ok Max. Thanks." Kata Reynold
Yapps semalam Reynold meminta Maxi untuk memasang cctv di tempat interview dimana gadisnya berada. Reynold ingin melihat bagaimana gadisnya menjalankan interview. Reynold sudah membaca CV yang gadisnya berikan dan ia terkesan dengan gadisnya. Gadisnya ternyata seorang yang pintar. Dan Reynold pun penasaran bagaimana gadisnya menjalani interview ini.
Sembari menunggu gadisnya melakukan interview, Reynold pun juga mengerjakan pekerjaan yang sangat banyak. Ia sudah bisa menyelesaikan masalah yang Orion timbulkan. Dan dengan segera ia akan membuat perusahaan papanya kembali berjaya.
Jam menunjukkan pukul 9 ketika Rania masuk di tempat interview. Reynold yang baru saja membaca beberapa dokumen langsung terpesona dengan penampilan gadisnya. Pakaian yang gadisnya kenakan bisa dikatakan sangat sederhana di bandingkan dengan pelamar pekerjaan yang lain. Tapi entah kenapa aura kecantikan yang di pancarkan begitu membuat Reynold terpesona. Bahkan Reynold bisa tahu jika gadisnya hanya memakai make up yang sangat sederhana.
Tiba-tiba saja juniornya Reynold seperti berontak di dalam celana kain milik Reynold. Hanya dengan melihat gadisnya sudah membuat juniornya mengeras. Dan Reynold hanya bisa menggerakkan menahan hasratnya.
"Babe, you must be mine! Now, later, and forever." Janji Reynold pada dirinya