“Cepetan Galih! Kamu bisa ngebut, enggak? Sakit ini perut aku!” Trisha berseru di antara ringisan rasa ngilu di perutnya. “Iya sebentar, ini udah kecepatan maksimal … enggak mungkin aku tabrak mobil di depan, kan?” Galih menanggapi dengan suara serendah mungkin meski panik melanda. “Sakit banget Galih, gara-gara anak sialan kamu ini tuh.” Mata Trisha mulai basah, dia menangis mengkhawatirkan si o***g tidak ingin sampai terjadi sesuatu dengan janinnya. Karena sudah bisa Trisha bayangkan, kalau sampai si o***g tidak selamat maka Galih akan menceraikannya. Tidak, Trisha tidak ingin itu terjadi. Dia telah mencintai Galih tidak ingin kehilangan pria itu. Trisha telah menemukan partner di ranjang yang pas dan sebanding dengannya. Dia tidak ingin yang lain, hanya ingin bersama Galih s