"Ini kerjasama ya, jangan bikin masalah." Ujar Dita kesal
"Boleh saja aku anggap selesai, asal kamu mau menikah dengan ku," ujar Devan yang membuat Dita terkejut mendengar keinginan Devan untuk menikah dengan dirinya. Bukan apa-apa, selain karena Dita tidak mengenal gigolo tersebut, Dita juga baru kemarin bercerai dengan Andi.
" Kamu jangan ngaco ya, ini hanya sebatas kerjasama semalam. "ujar Dita yang tidak mau menikah dengan Devan.
" Ya sudah. Kalau begitu Nikmati saja kehidupan kamu yang baru di kantor polisi. "Ujar Devan yang semakin membuat Dita kesal.
"Kamu tidak bisa menjebloskan aku ke penjara, karena sampai kapanpun polisi tidak akan percaya dengan gigolo sepertimu. "Ujar Dita berusaha tidak takut, namun dengan cepat Devan menujukan layar ponselnya, sebuah bukti transaksi 200 juta dari Dita, hingga membuat Dita semakin kesal. Disaat Dita dan Devan Tengah berdebat, tiba-tiba polisi menghampiri mereka berdua membuat Devan langsung maju beberapa langkah untuk mendekati polisi tersebut.
"Aku melihat Tuan dan Nyonya sejak tadi bertengkar, Bagaimana kalau. ..
" Pak, saya ingin melaporkan...
dengan cepat Dita langsung membekap mulut Devan dan mencoba untuk tersenyum pada Pak polisi tersebut, hingga Devan tidak bisa meneruskan kalimatnya.
"Maaf, Pak. Kami salah tempat. Sebenarnya kami ingin ke kantor pernikahan, bukan ke kantor polisi. "Ujar Dita segera memotong ucapan Devan, dan langsung menarik Devan untuk masuk ke dalam mobil secara paksa, meninggalkan polisi yang tengah kebingungan.
"Huft, baru kemarin aku cerai, dan sekarang nikah kilat. Sangat diluar kepala. " Gumam Dita sambil melihat buku nikahnya dengan Devan.
Dita memilih pulang, dan memutuskan untuk merahasiakan pernikahannya dengan Devan.
Sesampainya di rumah, Dita melihat Arina sedang duduk di ruang tamu bersama Herman.
Arina yang melihat kedatangan Dita langsung memutar bola matanya malas untuk Melihat Dita.
"Mentang-mentang bisa alasan kerja, bisa seenaknya pulang pergi dengan bebas ke rumah Kak Andi. Kemana Kak Andi, kok datang sendiri? " ujar Arina dengan nada yang terdengar sangat jelas kalau Arina tidak suka pada Dita.
"Oh, yang habis bersenang-senang, mesra sekali ya kedengarannya nanyain Andi. " Ujar Dita mengejek Arin, dan berlalu begitu saja meninggalkan Arina, membuat Arin kesal karena merasa belum selesai bicara.
"Dita, kamu datang? " tanya Herman
"Ada apa Papa nyuruh aku kesini? " tanya Dita karena memang Dita tidak tinggal bareng dengan Herman sejak Herman menikah lagi dengan mamanya Arin, bahkan setelah mamanya Arin meninggal sebulan yang lalu, Dita tetap memilih tidak tinggal di rumah, dan tinggal di rumah Andi. Dan sekalipun Dita bercerai dengan Andi, Dita tidak ada niatan untuk tinggal di rumahnya.
"Kamu urus kontrak kerjasama dengan perusahaan Chan, karena hanya kamu yang bisa datang ke sana. " Ujar Herman seraya menyerahkan map tersebut pada Dita.
Dita mengambil map tersebut, dan membukanya sebentar.
"Andi tidak ikut? " tanya Herman karena sejak tadi tidak melihat Andi ikut dengan Dita. Dita masih meneliti isi map tersebut, dimana dalam map itu ada du berkas penting, soal kontrak kerjasama dan soal perjanjian untuk dirinya.
"Setelah syarat pertama ini kamu bereskan, kamu bisa melanjutkan untuk syarat yang kedua, biar papa bisa menyerahkan aset mama kamu menjadi hak kami seutuhnya. " Ujar Herman lagi yang membuat Dita langsung tersenyum, dan tidak jadi memberitahu Herman kalau sebenarnya pernikahannya dengan Andi telah usai. Tapi, mendengar ia akan mendapatkan hak almarhum mamanya, Dita jadi memilih menyembunyikan soal perceraiannya dengan Andi, karena menurut Dita, perjanjian itu akan di batalkan kalau sampai Herman tau dirinya sudah bercerai dengan Andi. Mengingat terjadinya pernikahannya dengan Andi dulu karena permintaan Herman, jadi menurut Dita, bisa saja nanti Herman membatalkan perjanjian tersebut jika tau soal perceraiannya.
"Baiklah. Kalau begitu, aku pergi dulu. Kebetulan juga, Andi tadi katanya lagi sibuk, dan dia bakal kesini setelah menyelesaikan pekerjaannya. " Ujar Dita sambil berdiri untuk segera pergi. Tanpa Dita sadari, Andi mendengar ucapan Dita tadi yang memberitahu kalau dirinya sedang sibuk, dan Andi tau kalau itu hanya alasan Dita untuk menutupi atau merahasiakan soal perceraian mereka.
"Aku tau kamu masih tidak ingin lepas dariku, Dita, makanya kamu tidak ingin siapapun tau soal perceraian kita. " Gumam Andi tersenyum singkat dibalik tembok yang dijadikan sebagai tempat persembunyian agar tidak diketahui Oleh Dita kalau dirinya mendengar apa yang tadi Dita katakan pada Herman, lalu Andi melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam rumah Herman, setelah Andi melihat Dita sudah pergi.
Dita dengan penuh semangat menuju ke gedung perusahaan yang menjulang tinggi, dan sudah pasti untuk memenuhi syarat dari Herman.
Baru Dita tiba, sudah mendapat intruksi kalau pemilik perusahaan Chan sudah tiba, tanda kalau semua orang harus memberi penghormatan terhadap bos besar mereka.
Dita mendengar bisikan para staff kalau pemilik perusahaan Chan sangat tampan, hingga membiat Dita penasaran, setampan apa dia.
Sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di dekat karpet merah sebagai penyambutan sang bos besar. Seorang pria tampan, gagah dan begitu berwibawa turun dari mobil mewahnya, masuk melewati jejeran para staff dengan penuh penghormatan.
Niat Dita untuk memberi penghormatan seperti yang lainnya langsung terhenti saat melihat siapa pemilik perusahaan tersebut.
Degh
"Dia kan...
Dita langsung membalikkan badannya dengan pelan untuk lari dan mencari persembunyian, namun belum sempat Dita bersembunyi, suara sang pemilik perusahaan Chan itu berhasil menghentikan niat Dita untuk kabur.
" Tunggu...