Part 3

800 Words
" Tunggu... Teriak Devan dengan penuh ketegasan, membuat Dita langsung memejamkan matanya setelah menghentikan langkahnya, serta raut wajah yang mulai terlihat takut, karena ia mengenal Siapa pemilik suara tersebut. " Tuan Devandra, Saya akan menunggu Anda di ruangan anda. "Ujar Bara asisten Devan. "Devandra? Dia Devandra pemilik perusahaan ini. Artinya aku terlibat kerjasama dengan dia. " Gumam Dita dalam hati, karena Dita tidak percaya orang yang ia nikahi tadi pagi itu adalah pemilik perusahaan yang akan menjalin kerjasama dengannya, dan dengan perlahan Dita membalikkan badannya berhadapan dengan Devan, dan berusaha memperlihatkan senyum keramahannya. "Selamat siang, Tuan Devan. "Sapa Dita dengan penuh keramahan, dan tentunya diiringi dengan senyum paksaan. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Devan langsung menarik tangan Dita masuk ke dalam Ruangannya, di mana di ruangannya sudah ada Bara yang menunggu Devan. " Kebetulan sekali Tuan datang bersamaan dengan Nona Dita, karena. .. " Kamu bisa menungguku di luar! "ujar Devan dengan penuh ketegasan memotong ucapan Bara, meminta Bara untuk keluar dari ruangannya. Dengan patuh, Bara keluar dari ruangannya, tanpa merasa curiga. " Tuan Devan, saya ke sini. .. Dita langsung menghentikan kalimatnya saat Devan mengangkat tubuhnya dan duduk di meja kerja Devan. Devan menyentuh paha Dita yang masih menggunakan dress, membuat Dita panik dan langsung menahan tangan Devan, membuat Devan tersenyum. "Aku hanya ingin memastikan kalau itu baik-baik saja, karena permainan kita semalam merupakan permainan yang sangat liar dan tentunya kamu hari ini jauh dari kata baik-baik saja. Jadi aku ingin memastikan kalau kamu benar-benar baik-baik saja. "Ujar Devan ambigu yang membuat Dita dengan perlahan menyingkirkan tangan Devan, dan kembali memperlihatkan senyum paksanya. " Tuan Devan tidak perlu mengkhawatirkan Saya. Saya cukup kuat dan seharusnya sampai sekarang saya tetap baik-baik saja. "Kata Dita mencoba untuk tetap terlihat tenang, meski tidak dipungkiri Dita tidak merasa tenang. " Oh bagus kalau begitu. Berarti cuma saya yang merasa badan sakit semua, bahkan kaki saya tidak bisa digerakkan hanya karena permainan kita yang sangat.... Lagi-lagi Dita membekap mulut Devan, dan langsung melihat ke sembarang arah, takut ada orang yang Mendengar pembicaraan mereka yang mengarah ke ranjang. "Hati-hati. Jangan sampai ada orang lain yang Mendengar pembicaraan kita." Ujar Dita dengan penuh keberanian membekap mulut Deva, dan dengan perlahan Devan melepaskan tangan Dita. "Ini di ruanganku. Mana ada yang berani masuk." Ujar Devan yang diakhiri dengan gerakan cepat untuk membuat tubuh Dita merapat pada tubuhnya, hingga Dita terkejut Saat Devan ingin mendekatkan wajahnya pada wajah Dita, karena Entah kenapa Devan merasa dihantui oleh bibir Dita, hingga Devan merasa ingin kembali menikmati bibir Dita. Tapi sayang, Devan tidak bisa melakukannya saat mendengar suara pintu ruangannya diketuk. Tok tok tok " Tuan Devan, saya Andi. saya ingin bertemu dengan Anda. "Ujar Andi sebelum masuk ke dalam ruangan Devan, dan dengan cepat Dita yang mendengar suara Andi langsung bersembunyi di bawah meja kerja Devan, karena Andi tiba-tiba masuk tanpa dipersilakan oleh Devan. Devan hanya tersenyum saat melihat Dita berusaha menyembunyikan dirinya. Ternyata Andi tidak datang sendiri, ada paman Dhani, orang kepercayaan Devan juga yang menemaninya dari belakang. Dhani yang memang diberi kepercayaan berbeda, dan cukup akrab dengan Devan memanggil dengan cukup akrab juga. "Nak Devan, dia ini juga kenalan dari grup Mahen, Satu-satunya pewaris keluarga Halim. " Ujar Dhani menjelaskan siapa Andi, namun fokus Devan malah ke jari manis Andi yang terdapat cincin pernikahan. "Senang bertemu dengan anda, Tuan Devan. " Kata Andi seraya menyodorkan tangannya ke hadapan Devan. "Bukannya Tuan Andi sudah bercerai dengan istrinya, masih setia juga memakai cincin pernikahan Tuan Andi. "Ujar Devan seraya menerima uluran tangan Andi, untuk berjabat tangan tanpa memperdulikan ucapan penuh keramahan Andi tadi. Andi yang mendengar ucapan Devan tentu saja susana hatinya mulai tidak nyaman. " Yang namanya rumah tangga, sudah biasa ada pertengkaran Tuan Devan. Istri saya hanya ngambek pada saya, saya bisa mengatasinya. " Ujar Andi seraya memperlihatkan senyum paksanya. "Oh, hanya ngambek, bukan karena adanya pengkhianatan kan, " ujar Devan yang membuat Dita langsung menarik kain celana Devan di bagian bawahnya, memberi kode agar tidak mencampuri urusannya dengan Andi, namun Devan yang mengerti hanya tersenyum saja tanpa menuruti keinginan Dita. "Apa maksud Tuan Devan. Tuan Devan jangan mencampur kan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan, " kata Andi dengan tegas "Oh, tidak! Tuan Andi datang ke sini hanya sebuah penyambutan, bukan karena urusan pekerjaan. Jadi kalau Tuan Andi butuh bantuan mengenai istrinya, bisa katakan pada saya. " Ujar Devan yang membuat Andi langsung menangkap gerakan aneh di balik meja kerja Devan. Wajar saja Andi seperti curiga ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Devan, karena Devan bergerak seperti ingin menghindari sesuatu, yang ternyata Dita menggigit dan bahkan berulang kali mencubit paha Devan, membuat pergerakan Devan dicurigai oleh Andi. Dita langsung berdoa agar Andi tidak menyadari keberadaannya, karena kalau sampai Andi tau alasan dirinya menyembunyikan perceraiannya dengan Andi hanya sebuah rencana, bisa saja Andi merusak rencananya. "Apa Tuan Devan menyembunyikan seseorang....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD