Part 4

952 Words
"Apa Tuan Devan menyembunyikan seseorang? Sepertinya Ada seseorang dibalik meja kerja Anda. " Ujar Andi yang membuat Dita langsung memejamkan matanya, berharap ia tidak ketahuan. "Demi Mama, semoga Andi segera pergi. " Gumam Dita dalam hati, berharap Andi segera pergi. "Kalau penasaran, lihat saja. Biar Tuan Andi tidak merasa penasaran. " Ujar Devan yang membuat kedua mata Dita melotot saat Devan mempersilahkan Andi untuk melihat sendiri. Dita benar-benar kesal dengan tingkah Devan. Andi langsung ke luar dari ruangan Devan tanpa permisi. Andi memang tidak begitu menghormati Devan, karena Andi tidak tau siapa Devan yang sebenarnya. Yang Andi tau, Devan hanya CEO bisa saja, bukan orang yang berpengaruh. Dita yang Mendengar suara pintu sudah ditutup, langsung keluar dari persembunyiannya, dan menatap Devan dengan kesal. "Aku ada meeting. Malam ini, pindah ke rumahku, karena aku tidak mau statusku yang sudah beristri di cap sebagai pria single. " Ujar Devan tegas, dan sudah tidak terlihat lagi wajah menyebalkan seperti tadi. "Aku tidak mau. Aku masih bisa tinggal sendiri. " Kata Dita menolak "Aku tidak menerima penolakan. " Ujar Devan tegas, lalu berdiri untuk keluar dari ruangannya, namun dengan cepat Dita langsung memeluk Devan dari belakang, sambil menyodorkan sebuah map di depan wajah Devan. "Tanda tangan dulu, baru setelah itu aku pindah ke rumahmu. " Ujar Dita yang tidak ingin gagal di syarat pertama. Dita ingin menyerahkan tanda tangan Devan pada Herman, agar Herman bisa memberitahu dirinya apa syarat kedua untuk bisa memiliki apa yang menjadi hak almarhum mamanya. Devan mengambil map tersebut dan langsung membubuhkan tanda tangannya, lalu kembali menyerahkan pada Dita, jingga Dita dengan senangnya melepaskan pelukannya dari Devan. Devan langsung ke ruang meeting, sedangkan Dita ingin langsung menuju ke rumah Herman. Saat Dita ada do lobby kantor Devan, tangan Dita di tarik paksa oleh Andi. "Andi, lepas! " bentak Dita dan menepis tangan Andi "Dit, jangan bertingkah seperti anak kecil. Hanya masalah sepele ngambeknya lama banget. Ayo pulang. Nanti malam adalah acara ulang tahun Mama. kita harus datang. " Ujar Andi setelah tangan Dita lepas dari tangannya. "Aku bertingkah anak kecil? Masalah sepele kamu bilang? Sorry, kita sudah cerai dari kemarin, dan kamu tidak bisa lagi menyimpulkan kalau aku hanya ngambek. " Ujar Dita yang langsung pergi begitu saja, membuat Andi benar-benar kesulitan untuk membuat Dita kembali pada dirinya. Dita langsung ke rumah Herman, dan kebetulan di rumah hanya ada Herman seorang, jadi Dita bisa dengan cepat menyelesaikan misi keduanya untuk mendapatkan hak almarhum mamanya. "Hebat kamu Dita. " Ujar Herman senang karena Dita bisa ia andalkan. "Katakan apa syarat keduanya, Pah. " Kata Dita yang sudah tidak sabar. "Syarat kedua, kamu harus hamil. Memberikan keturunan untuk keluarga Halim, dan juga papa. Setelah kamu hamil, kami tidak hanya menjadi ratu satu-satunya di keluarga Halim, tapi kamu juga pemilik semua apa yang menjadi milik almarhum Mama kamu. " Ujar Herman yang membuat Dita langsung terdiam. "Bagaimana bisa aku memberitahu papa kalau sebenarnya hubunganku dengan Andi sudah berakhir. Kalau sudah berakhir, bagaimana aku bisa hamil. Tapi kalau aku tidak bisa memenuhi syarat kedua, berarti aku gagal untuk... " Papa, kak Andi datang! " teriak adik tiri Dita, membuat Dita langsung menyerahkan kertas perjanjiannya dengan Herman, untuk ditandatangani oleh Herman. "Baiklah. Papa tanda tangani saja dulu. Aku sangat setuju. " Ujar Dita meminta Herman untuk segera menandatangani perjanjian tersebut, yang dengan cepat Herman mencoret kertas perjanjian itu dengan lancar, membuat Dita tersenyum senang. "Selamat datang kembali Mama. " Gumam Dita dalam hati sambil memandangi tanda tangan Herman dengan penuh kesenangan, sebelum Andi datang Menghampiri mereka. "Andi, kamu datang. " Ujar Herman yang berhasil membuyarkan lamunan Dita. "Iya, Pah. Aku hanya ingin memberitahu Papa, agar Papa tidak lupa nanti malam." Ujar Andi meminta agar Herman tidak lupa datang ke acara pesta di rumah orang tuanya. "Pasti. Papa pasti akan datang." Ujar Herman, dan Andi melirik Dita sekilas, lalu menarik tangan Dita pergi, dan Herman membiarkan Dita dibawa pergi oleh Andi, karena Herman mengira kalau Andi akan membawa Dita pulang seperti bisanya, bukan karena ada masalah. "Aku rasa, sudah cukup waktu yang aku kasih untuk bermain-main. Ingat, nanti malam kita harus sama-sama ada di pesta Mama. " Ujar Andi yang membuat Dita langsung menepia tangan Andi secara kasar, lalu pergi meninggalkan Andi tanpa menanggapi ucapan Andi tadi. Dita memilih pergi ke apartemennya, membereskan semua barang-barangnya, untuk pindah ke rumah Devan. Dengan penuh kesenengan dan terlihat begitu sangat takjub dengan kemewahan rumah Devan, setelah Dita berada di rumah Devan. "Entah mimpi apa aku. Wau banget rumahnya. " Teriak Dita dengan penuh kegembiraan saat melihat rumah mewah Devan. Dita memberitahu Devan kalau ia sudah ada di rumahnya, dan Devan tersenyum saat mendapat pesan dari Dita kalau Dita sudah ada di rumahnya. Dita yang masih ingat dengan pesta di rumah mantan Mama mertuanya, mulai bersiap berangkat ke pesta tersebut. Saat Diva sampai di rumah Mama mertuanya, Andi yang melihat kedatangan Dita langsung membawanya ke belakang rumah, lebih tepatnya ke tempat yang sepi. "Kamu sengaja ingin mempermalukan aku dengan datang terlambat! " bentak Andi karena sebelum Dita datang sempat terjadi sedikit masalah, dimana semua orang menanyakan keberadaan Dita. "Yang penting aku sudah datang, kan. " Ujar Dita bodoamat, dan reaksi Dita semakin membuat emosi Andi tak Terkendalikan, hingga keduanya berdebat cukup lama. Dita juga mengungkitnya tentang pengkhianatan Andi dengan Arina, karena Andi melempar semua kesalahan pada Dita hanya karena Dita datang terlambat. "Sudahlah. Lebih baik kamu nikmati acara di rumahmu. Aku mau pulang. " Ujar Dita yang membuat Andi langsung mencengkram kuat pergelangan tangan Dita, hingga Dita merasa kesakitan, terlebih Dita juga betontak. "Kenapa kamu ngotot tidak ingin rujuk, Hah? " tanya Andi dengan penuh kemarahan. "Karena aku sudah menikah. " Jawab Dita yang membuat Andi terkejut sekaligus tidak percaya, tidak percaya kalau Dita akan menikah dalam waktu dekat ini. "Sudah me-menikah...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD