"Karena aku sudah menikah. " Jawab Dita yang membuat Andi terkejut sekaligus tidak percaya, tidak percaya kalau Dita akan menikah dalam waktu dekat ini.
"Sudah me-menikah? Kamu sudah menikah? " tanya Andi dengan nada terbata, dan diakhiri dengan tawa kencangnya.
"Kenapa tertawa? Tidak ada yang lucu kan hanya karena aku menikah. " Ujar Dita dengan nada datarnya.
"Sejak kapan kamu menikah? Kita juga baru bercerai. Ngelawak kamu. " Ujar Andi tetap tidak percaya.
"3 hari yang lalu. " Jawab Dita tegas dan Andi langsung mengingat, kalau perceraiannya dengan Dita baru 4 hari yang lalu.
"Hahaha. 24 jam bercerai, dan 24 jam kamu menikah? Dita Dita. Kamu bisa pake logika gak? Kalau mau menghindariku, coba pake alasan yang masuk akal." Ujar Andi meremehkan Dita karena Andi memang tidak percaya kalau Dita sudah menikah, bahkan Andi menganggap Dita terlalu bodoh dalam mencari alasan hanga ingin mencari alasan agar tidak bisa rujuk.
Karena Andi tidak mempercayainya, akhirnya Dita membuka tasnya, dan menunjukkan buku nikahnya dengan Devan, membuat kedua mata Andi merah karena marah. Andi memang tidak melihat siapa foto yang ada di samping foto Dita, tapi Andi tau kalau buku nikah itu asli.
"Ternyata kelakuan kamu mewarisi kelakuan Mama kamu. Bisa jadi, apa yang dikatakan Arin itu benar, kalau kamu anak hasil dari setoran banyak pria demi uang. " Ujar Andi menghina almarhum mamanya Dita, membuat Dita langsung menampar Andi keras karena kelemahan Dita memang tidak lain hanya mamanya seorang.
"Kamu tidak pantas membicarakan mamaku. Mulutmu terlalu kotor. Dan hatimu, tidak jauh berbeda dengan hati hewan yang tidak punya akal. Jadi sejelek apapun mamaku, masih jauh lebih sempurna dibandingkan kamu. "Ujar Dita menekan setiap kalimatnya, agar Andi mengerto berapa kecewa dan sakit hatinya saat mendengar hinaan Andi.
"Kalau memang kamu tidak memiliki kelakuan yang sama dengan Mama kamu, tidak mungkin kamu bisa menikah dalam waktu dekat ini. Memangnya siapa yang mau dengan janda, apalagi janda sepertimu. Murahan. Kalau bukan kamu yang kegatelan dan menggoda pria itu untuk menikahimu, pria itu juga tidak akan menikahimu. Padahal, tanpa harus menikah dengan pria itu, kamu bisa menjadi orang kaya jika kamu mau rujuk denganku. "Ujar Andi panjang lebar, yang ternyata penghinaan Andi masih berlanjut meski tau Dita murka saat menghina mamanya.
Pyar
Dita langsung menampar pipi Andi kuat, karena sudah kehilangan kesabarannya. Air mata Dita lolos begitu saja, bahkan suara Dita bergetar karena menahan emosi.
"Jangan terlalu lancar menghina orang, kalau kamu sendiri tidak bisa melihat keburukan diri sendiri." Ujar Dita yang langsung pergi meninggalkan Andi, dan tidak jadi menikmati bergabung merayakan pesta mantan Mama mertuanya, hingga membuat Andi marah.
Dita yang merasa lelah berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh dari rumah Andi, langsung menjatuhkan tubuhnya di pinggir jalan, dan duduk di trotoar sambil menangis.
Dita menangis bukan karena penghinaan Andi pada dirinya, tapi karena penghinaan Andi terhadap mamanya. Dita sangat tidak rela ada orang yang menghina mamanya, karena bagi Dita, mamanya adalah seorang ibu yang paling sempurna, dan tidak bisa dibandingkan dengan siapapun kebaikannya.
Ditengah kesedihan Dita di pinggir jalan, Tiba-tiba hujan turun tanpa adanya petir terlebih dahulu, atau tanda-tanda yang menandakan akan hujan. Dita memilih tetap diam saja menangis, menganggap kalau hujan itu adalah sebuah tanda kalau di dekatnya ada sang Mama yang menyaksikan kesedihannya.
"Aku berjanji, aku tidak akan membiarkan siapapun menghina Mama. Aku juga berjanji, aku akan mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik Mama, hak Mama. Aku akan merebut perusahaan yang didirikan oleh mama sendiri sejak dulu. Aku tidak akan membiarkan papa menyerahkan perusahaan itu pada Arina. " Ujar Dita dengan nada lirihnya, bahkan mengabaikan tubuhnya yang sudah basah karena hujan.
Dita tetap membiarkan tubuhnya basah kuyup, hingga Dita terpaksa mendongak saat merasa tiba-tiba ada yang menghalangi hujan yang tengah membasahi seluruh tubuhnya.
"Ngapain disini? " tanya Dita setelah melihat ada seorang pria tampan yang tengah menahan payung hitam agar tidak membasahi tubuh Dita lagi.
"Sayang kan kalau wanita sepertimu hanya dinikmati hujan." Ujar Devan yang membuat Dita tersenyum, apalagi saat melihat Devan berjongkok, meminta agar Dita naik ke punggungnya. Dita tersenyum lalu naik ke punggung Devan untuk gendong, serta salah satu tangan yang memegang payung Devan. Yah pria yang datang itu adalah Devan. Devan membawa Dita pulang ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, Devan meminta Dita untuk mandi lebih dulu, karena tubuh Dita basah kuyup.
Setelah Dita selesai mandi, barulah Devan masuk ke kamar mandi untuk mandi juga.
Dita menunggu Devan keluar dari kamar mandi dengan perasaan yang senang, bahkan seperti sengaja menunggu Devan. Dita ingin segera memenuhi syarat kedua yang diajukan oleh Herman, yaitu hamil. Menurut Dita, yang terpenting hamil dulu, dan mendapatkan tanda tangan Herman, tidak harus anak andik, karena Herman juga tidak tau kalau dirinya sudah bercerai dengan Andi, di tambah Herman juga tidak tau kalau dirinya sudah menikah lagi.
Ceklek
Saat Dita melihat Devan keluar dari kamar mandi, Dita dengan semangat langsung turun dari ranjang dan mendekati Devan, lalu memeluk Devan sambil menyingkap jubah mandi Devan.
"Aku menginginkan tubuhmu. Hanya sampe jam 1, cukup kok. Yuk. " Ajak Dita yang langsung membawa langkahnya ke ranjang dengan posisi masih memeluk Devan.