Langit London malam ini terasa begitu suram. Rintik hujan membasahi rambut Killian yang sudah agak panjang. Biasanya Lika akan berisik ketika melihat rambut kekasihnya sedikit panjang, karena gadis itu menyukai laki-laki yang rapi.
Tatapan Killian terlihat sangat kosong, langkahnya gontai dan sekujur tubuhnya mati rasa. Dunianya hilang, tujuan hidupnya musnah. Yang tersisa sekarang hanyalah rasa bersalah dari seorang laki-laki yang tidak termaafkan.
Seandainya dia datang tepat waktu ketika Lika mengajak bertemu. Seandainya dia tidak marah secara kekanakan sebelum mendengarkan penjelasan detail dari Lika. Dan banyak seandainya lain yang sekarang sudah tidak lagi ada artinya, karena Lika sudah tidak ada.
Killian sekarang memahami bahwa hal yang paling menyakitkan di dunia ini adalah bukan saat tubuhnya dipenuhi luka, tapi ketika hatinya dipenuhi oleh cinta tapi takdir tidak mengijinkannya untuk bersatu.
Dipisahkan oleh jarak masih bisa dia tahan selama beberapa tahun ini, tapi apa yang harus dia lakukan saat yang memisahkannya dengan Lika bukan hanya jarak lagi, melainkan dunia. Killian hilang arah. Dia bingung harus bagaimana melanjutkan hidup sementara dunianya sudah hilang.
"Jika ada kehidupan selanjutnya, tolong cintai aku lebih besar. Karena mencintai seseorang ternyata melelahkan." kalimat terakhir Lika yang sampai detik ini masih terngiang-ngiang di kepala Killian.
"Jika memang ada kehidupan selanjutnya, aku akan mencintaimu dengan hebat sampai kamu tidak bisa menemukan cinta sehebat cintaku." Killian berbisik lirih sambil menatap langit, seolah Lika ada disana. Air matanya kembali jatuh ketika batu nisan baru dengan ukiran nama Lika mulai terlihat mata Killian. Langkah gontai nya terhenti, dadanya sesak dan kepalanya berat. Tidak pernah terpikirkan sedikitpun di benak Killian kalau akan ada hari dimana senyuman cantik Lika dan suara manjanya akan menghilang dari dunia ini. "Padahal aku bilang akan mencintaimu dengan hebat, tapi nyatanya aku justru datang terlambat ke pemakamanmu. Aku tidak sanggup Lika. Ternyata aku selemah ini tanpa kamu. Sekarang aku harus bagaimana menjalani hidup? Karena tujuanku bekerja keras selama ini sudah tidak ada." Tangisan Killian pecah begitu langkah kakinya sampai diatas makam Lika yang masih sangat baru. Dia menangis sesenggukan sampai punggungnya bergetar hebat. Dari kejauhan Damian menyaksikan kehancuran adiknya sekali lagi.
Killian bukan anak yang tumbuh dengan bahagia. Masa kecilnya sangat suram sampai dia kesulitan untuk percaya pada siapapun. Pernah hampir diperkosa oleh teman-teman adik tirinya yang membuat dia kesulitan menjalin hubungan dengan seorang wanita. Dan ketika akhirnya dia berhasil membuka hatinya untuk seorang wanita, pihak keluarga tidak memberikan restu dengan mudah. Lalu ketika Restu akhirnya di dapatkan, Lika tertimpa musibah dan membuat keadaan jadi kacau. Mereka akhirnya bertemu kembali dengan tidak sengaja dan pergolakan perasaan yang dipendam kembali naik ke permukaan. Tapi belum sempat cinta yang mereka simpan tumbuh kembali, Tuhan mengambil Lika dengan cara paling tragis yang bahkan tidak pernah Killian bayangkan.
Damian tidak tahu bagaimana harus menghibur adiknya kedepannya. Karena jika dia ada di posisi Killian, hidupnya juga pasti akan hancur berantakan. "Dunia rasanya tidak adil." Alana terisak pilu sambil meremas lengan suaminya melihat adik iparnya hancur oleh takdir yang kejam. Tapi di samping pasangan suami istri yang sedang sama-sama menangis ada Kamila yang justru tersenyum.
"Bersamaan dengan kehilangan, akan ada kehidupan baru yang kita masih belum tahu akan bagaimana. Tuhan tidak pernah memberikan cobaan yang tidak bisa ditangani oleh makhluknya." ucap Kamila kemudian mengajak Damian dan Alana pulang karena hujan semakin deras dan Killian juga perlu waktu sendiri untuk menumpahkan segala emosinya atas kehilangan hebat yang kembali harus dia lalui.
***
Hawa dingin yang menusuk setelan Jas basah yang dikenakan oleh Killian tidak membuat laki-laki itu beranjak dari gundukan tanah dimana Lika berada sekarang. Sudah satu jam dia ada disana dan membicarakan segala hal sampai dia lelah, tapi masih belum ingin meninggalkan pujaan hatinya yang sekarang sudah tiada itu.
Suasana Makam cukup suram karena hari sudah malam. Hujan masih berjatuhan seolah alam semesta ikut merasakan kesedihan yang sedang di tanggung oleh seorang laki-laki yang kehilangan belahan jiwanya.
Kepala Killian nyeri hebat, matanya panas dan tubuhnya terasa remuk redam. Tapi yang paling menderita adalah hatinya yang terasa tidak ada lagi yang tersisa. Tubuhnya hampir jatuh ketika Killian berusaha untuk berdiri. Matanya yang sayu menatap ukiran nama Lika di batu nisan. "Aku pulang Lika, karena hari sudah pagi. Rambutku sudah panjang, tapi aku tidak ingin memotongnya karena kamu sudah tidak ada. Aku akan datang lagi besok sambil membawa bunga Lily kesukaan kamu. Sampai jumpa lagi pacar aku yang paling cantik di dunia." Killian melangkahkan kakinya dengan berat, meninggalkan tempat peristirahatan terakhir Lika. Tapi baru beberapa langkah dia menjauh, Killian kembali menangis sesenggukan sampai kepalanya pusing. Kemudian sebuah pukulan keras menimpa kepalanya dan Killian kehilangan kesadarannya.
"Likaaa!" Killian berteriak kemudian membuka mata dengan bingung karena tiba-tiba saja dia berada di kamar miliknya yang ada di kediaman Adrian. Beberapa menit kemudian ponselnya berdering, tapi Killian mengabaikannya karena dia masih kebingungan. Di panggilan yang keempat, Killian akhirnya mengangkat panggilan dari Mikha itu.
"Lo dimana sialan! Gue udah nunggu di Bandara dari dua jam lalu!" Mikha terdengar sangat murka. Karena biasanya anak itu tidak pernah menggunakan panggilan lo dan gue jika tidak sedang murka.
"Bandara? emangnya kita mau kemana Mik?" Jawab Killian bingung sambil melirik jam dinding yang menunjukkan sudah pukul delapan pagi. "Bukannya gue baru aja datang ke pemakaman Lika?"
"Sialan anak ini udah gila!" Mikha mendengus kesal. "Gue tahu hubungan lo sama Lika nggak berlangsung baik Kill, tapi kalau lo sampai mendoakan dia mati, lo benar-benar gila sih. Gue aduin sama bapaknya baru tahu rasa." Omel Mikha jengkel. "Pesawat bakalan datang satu jam lagi, kalau dalam lima belas menit lo belum di Bandara gue tinggal. Lo pasti abis sama Felix kalau gue tinggalin Kill." Mikha mengomel kesal kemudian mematikan sambungan telponnya begitu saja. Sementara Killian mengerjap kan matanya beberapa kali karena masih belum memahami situasinya. Begitu dia melihat tanggal dan tahun yang tertera di ponsel, matanya membulat.
Killian beranjak dari kasur kemudian berlari ke luar dan menghampiri Lisa yang sedang membuat Kue, untuk menanyakan bulan dan tahun sekarang. Lisa mengerutkan dahinya bingung sambil menjawab sesuai tanggal dan tahun yang tepat. Killian kemudian menangis sambil memeluk Lisa dan membuat wanita itu kebingungan. "Apa yang terjadi? Kamu kenapa Lian?" tanyanya khawatir.
"Nggak papa nenek. Aku sayang nenek!" Ucap anak itu kemudian mengecup pipi Lisa dan meluncur masuk kembali ke kamarnya untuk mandi. Dalam dua puluh menit, Killian sampai di Bandara dimana wajah Mikha sudah terlihat sangat murka.
"Lo pasti nonton drama kan semalam makanya nggak bisa tidur dan akhirnya kesiangan huh? Gue udah bilang sama lo jangan tidur malam-malam karena pesawat kita pagi." Mikha kembali menggerutu sambil menggeret kopernya.
"Maaf. Gue habis nonton drama tersedih di dunia sampai ketiduran." balas Killian asal. Mikha mendengus kesal sambil mengerutkan dahinya. Ciri khas anak itu kalau jengkel. Ketika pesawat lepas landas, Killian mendesah sambil tersenyum. "Aku tidak akan melakukan kesalahan lagi karena kehidupan kedua yang kamu harapkan akhirnya datang Lika. Aku akan mencintaimu dengan hebat kali ini." bisik Lian sambil tersenyum. Masih tidak percaya kalau dia benar-benar kembali ke satu tahun sebelum pembunuhan Lika terjadi. Setelah diingat-ingat, seharusnya setelah Meeting nanti di Theia, dia akan di tugaskan ke Afrika.
Akhirnya tibalah Killian di hadapan Felix. Laki-laki itu sedang menjelaskan tugasnya di Afrika. Killian terlihat banyak pikiran karena itu Felix menghentikan ucapannya. Melihat Kilian diam saja dan tidak menanyakan penjelasan selanjutnya, Felix mendengus kesal. Karena berarti sejak tadi Killian tidak mendengarkan penjelasan Misi yang diucapkan oleh Felix sampai berbusa sejak tadi.
"Killian!" Felix memanggil laki-laki itu sekali tadi Killian diam saja, hingga suara Felix semakin keras barulah Killian tersadar dari pikiran beratnya. "Kamu tidak mendengarkan penjelasan Misi yang sedang aku bacakan sejak tadi?"
"Maaf pak, saya sedang banyak pikiran. Tapi saya sudah mengerti mengenai misi di Afrika." balas Killian terlihat merasa bersalah.
"Ada masalah dengan misinya atau ada masalah pribadi? Kamu seharusnya paham kalau pekerjaan ini bukan main-main." ucap Felix tegas.
"Sebelumnya saya tidak pernah meminta sesuatu secara pribadi pada anda. Bolehkah kali ini saya memohon permintaan pribadi?" tanya Killian hati-hati.
"Permintaan Pribadi? Apa yang kamu inginkan?" tanya Felix penasaran.
"Saya ingin berhenti menjadi Agen Ganda setelah misi saya di Afrika dan tolong pindahkan saya ke Divisi lapangan lalu kirim saya ke Paris." ucapan Killian tentu saja membuat Felix kaget karena murid Favoritnya itu digadang-gadang akan menjadi Captain di Departemen baru yang dibentuk oleh Theia.
"Apa yang kamu bicarakan sekarang Killian? Kamu sendiri sudah setuju untuk ikut ujian Captain beberapa bulan ke depan. Kenapa tiba-tiba kamu ingin mengundurkan diri dari Agent Ganda?" Felix terlihat kesal.
"Ada hal-hal yang sulit untuk dijelaskan, tapi sekali saja dalam hidup saya ingin bersifat egois. Selama ini, saya selalu totalitas dalam mengemban misi, tapi ada sesuatu yang hilang dan tidak bisa berjalan beriringan dengan pekerjaan ini, seiring berjalannya waktu. Saya tahu anda pasti kecewa karena saya adalah kandidat Captain yang paling anda beri harapan besar. Tapi seseorang kehilangan mimpinya demi membuat saya tetap bersinar di bidang ini, sementara saya dengan egoisnya malah melepaskan dia demi mempertahankan pekerjaan ini. Kali ini, saya tidak ingin hanya di cintai saja tanpa usaha. Saya harap anda mau memahami keinginan saya kali ini." balas Killian dengan mata yang memerah. Felix tidak mengerti kenapa Killian bisa se emosional ini karena laki-laki di hadapannya adalah orang paling rasional yang pernah felix kenal. Tapi Felix tahu Killian sedang sangat serius sekarang.
"Apakah ada sesuatu yang terjadi dengan Lika atau kamu sedang mengalami depresi akibat patah hati?"
"Tidak pak, saat ini saya sepenuhnya waras dan sadar." balas Killian sambil tersenyum.
"Kamu tahu kalau hal ini akan membuat kamu tidak memiliki kesempatan untuk menjadi captain lagi bukan?"
"Saya tahu." Killian menjawab tanpa ragu sedikitpun.
"Sebagai seorang guru dan juga seorang paman, aku menyayangkan keputusanmu yang bersifat egois ini. Tapi sebagai seorang laki-laki, aku setuju kalau cinta memang perlu di perjuangkan. Dan aku setuju Killian, pekerjaan ini tidak bisa berjalan beriringan dengan cinta karena resikonya sangat besar. Kamu sendiri pernah mencobanya dan berakhir dengan sangat buruk. Sekarang kamu pergi dulu ke Afrika, selesaikan misinya dengan baik sambil berpikir pelan-pelan. Jika sepulang dari misi ini keputusan kamu sudah bulat, saya akan bicarakan masalah ini dengan para petinggi." Keputusan Felix diangguki oleh Killian. Laki-laki itu keluar dari ruangan atasannya itu dengan senyuman lega. Di Kesempatan kali ini, dia akan mencintai Lika dengan lebih besar sekaligus melindunginya.
Killian hanya butuh waktu tiga bulan untuk menyelesaikan misi di Afrika dan itu menjadi pencapaian paling cemerlangnya tahun ini. Felix menepati janjinya untuk membebas tugaskan Killian dari posisinya sebagai pemimpin Agent Ganda. Mikha menjadi pemimpin selanjutnya setelah berdebat panjang dengan Killian yang tetap keras kepala ingin membuang kesempatannya menjadi kaptain.
Dan setelah mencapai proses yang lumayan panjang selama satu bulan ini, Killian akhirnya sampai di Paris. Pilihan pekerjaan yang akan dia gunakan sebagai alibi dalam pengumpulan informasi tidak di tentukan, karena itu Killian berencana mencari posisi CEO sesuai dengan rencananya.
Air matanya nyaris jatuh dan tubuhnya kaku begitu matanya melihat seorang wanita yang sangat dia rindukan. Killian tidak menyangka akan bertemu dengan Lika di Bandara. Tapi ada yang aneh dengan penampilan Lika. Rok mini dan atasan Tang Top yang seksio serta sepatu Boot berwarna coklat. Jangan lupakan rambutnya yang di potong pendek.
"Lika!" Killian memanggil gadis itu dan menghampirinya. Niatnya dia ingin memaksa gadis itu untuk mengaku kalau dia tidak benar-benar lupa dengan Killian. Tapi melihat tatapannya yang terlihat seperti menapat orang asing, membuat senyuman di bibir Killian pudar.
"Siapa? kamu ingin meminta nomor telponku? Maaf tapi aku memiliki kekasih." balasnya ketus sambil menatap Killian tidak suka. Debaran di jantung Killian menggila dan perasaanya campur aduk. Apalagi ketika melihat gadis yang dia sukai itu berlari dan memeluk Steve yang baru saja keluar dari pintu kedatangan Internasional.
"Itu siapa?" Steve terlihat bertanya sambil menatap Killian.
"Nggak kenal. Tiba-tiba dia manggil nama aku dan kelihatan kaya mau peluk aku. Di dunia ini memang banyak banget orang mesum." balas Lika sambil melenggang pergi bersama Steve, meninggalkan Killian yang terlihat bingung dan juga terluka.
"Apakah aku di lupakan?"
***