bc

NODA, Sayap Patah Sang Malaikat

book_age12+
41
FOLLOW
1K
READ
dark
BE
family
second chance
heir/heiress
drama
tragedy
lighthearted
like
intro-logo
Blurb

“Aku bukan ingin dikasihani, aku hanya ingin dicintai... bukan karena dibutuhkan, tapi karena keberadaanku berarti.” - Icha -

Ischia Anissa Wijaya, atau Icha, gadis pintar yang lahir dari luka yang tak pernah diminta, hasil dari malam gelap dalam kerusuhan yang merenggut segalanya dari sang ibu, Felicia Wijaya. Dibuang sejak lahir, Icha dibesarkan Simbok di sebuah desa kecil, tumbuh dengan menyimpan rindu tanpa nama dan luka yang tak pernah sembuh.

Kini, di usia 21 tahun dan menjelang kelulusan dari Fakultas Farmasi UGM, hidup Icha berubah saat sang mama tiba-tiba muncul, bukan untuk memeluk, tapi untuk memohon. Adik tiri yang tak pernah dikenalnya sekarat dan hanya sumsum tulangnya yang bisa menyelamatkan.Dihadapkan pada kasih yang tak pernah dia rasakan, penolakan yang menyakitkan, dan rahasia hidup yang tidak ia bagi dengan siapa pun, Icha memilih memberi, meski tubuhnya sendiri perlahan menyerah.

Yang dia inginkan hanyalah meninggalkan dunia ini dengan tenang, tanpa membuat siapa pun merasa bersalah.

Sebuah kisah tentang luka yang diwariskan, tentang pengorbanan, kasih yang terlambat datang, dan keberanian untuk memberi meski tak pernah menerima, ketika waktu hampir habis.

NODA adalah novel yang akan mengaduk hati, menampar kesadaran, dan membuatmu bertanya: apakah cinta sejati harus menunggu waktu hampir habis untuk bisa mengungkapkan diri?

chap-preview
Free preview
1. Hari Terlaknat
Semua yang ada di cerita ini hanyalah fiksi belaka. Jika ada kesamaan kejadian, nama tokoh, tempat atau yang lainnya, itu bukanlah kesengajaan penulis dan tidak bermaksud untuk menyengaja. Suatu sore di sebuah kota di negeri yang - kabarnya - aman, tentram dan damai, di akhir tahun sembilan puluhan. “Pak, ada apa? Apa yang terjadi? Kenapa ada asap hitam membumbung dan teriakan?” seorang gadis sekira berumur delapan belas tahun, membuka mata karena mendengar keriuhan, hiruk pikuk seperti ada demonstrasi. Saat ini dia berada di jok bagian belakang mobil sedan mewahnya yang nyaman. Dia sangat terkejut saat matanya terbuka, tapi malah melihat kerusuhan yang baru kali ini dilihatnya. Biasanya hanya dia lihat di film-film Hollywood saja, tapi kali ini benar-benar nyata dia lihat. Tadi pagi saat berangkat kuliah, kondisi kota kelahirannya ini baik-baik saja. Tapi kenapa dalam beberapa jam terjadi kerusuhan seperti yang dia lihat sekarang. “Nona, segera telpon Tuan dan ceritakan kejadian ini! Sekarang juga, Nona!” teriak sopir setia keluarganya, Pak Atmo, yang mengabdi pada keluarganya sedari bujang. “K-kenapa Pak Atmo? Tidak bisakah kita keluar dari kekacauan ini pak?” tanya gadis itu, melihat ke arah belakang dan kanan kirinya. Dia menangis tersedu, membayangkan hal buruk yang akan terjadi pada mereka. “Kita terjebak Nona, kita tidak bisa ke mana-mana. Nona segera telepon Tuan minta bantuan!” Pak Atmo kembali berteriak, mengingatkan nona mudanya. Di depan mobil sedan mereka, ada segerombolan lelaki yang beringas, beberapa di antaranya membawa s*****a tajam, ada juga yang membawa tongkat kasti. Keringat dingin membasahi wajah Pak Atmo, terbayang wajah bapak ibunya di kampung yang menanti kedatangannya. Terbayang wajah istri yang baru saja dia nikahi. Pak Atmo tahu, umurnya akan segera terputus hari ini. “Mak, bapak, maafkan Atmo yang belum bisa bahagiakan kalian, belum bisa membanggakan kalian,” desis Pak Atmo, “Nona Feli, maafkan bapak yang tidak bisa melindungi Nona.” Pak Atmo menoleh ke arah belakang, melihat ke arah nona muda cantiknya yang sudah gemetar dan menangis ketakutan. “Pak, kenapa Pak Atmo berkata seperti itu? Ayoo Pak, tancap gas saja, kita pergi dari sini hu… hu… Pak Atmo tolong Feli…” Baik Pak Atmo maupun Felicia sebenarnya tahu bahwa mereka tidak mungkin bisa keluar dari situ dalam keadaan seperti semula. Kerusuhan semakin menjadi, kebakaran, penjarahan, pencurian toko sudah tidak bisa terkendali. Terdengar teriakan yang bernada rasisme, semakin menambah panas suasana. “Aaaahh…” Felicia menutup mulut saat melihat mobil SUV di sisi kiri depannya dipecah kacanya oleh gerombolan lelaki beringas yang tidak lagi berakal. Tubuh mereka kekar berotot, bak terlatih secara fisik. Hanya saja yang aneh, mata mereka tampak merah dan wajah beringas. Tiba-tiba Felicia dan Pak Atmo mendengar teriakan seorang lelaki dan darah muncrat ke kaca mobil yang tersisa kemudian jerit tangis seorang perempuan yang tidak dapat mereka gambarkan. Felicia sungguh ketakutan, dia tidak mau itu terjadi padanya! Tidak! Dia tidak mau dinodai oleh siapa pun! Dia ingin memberikan kesuciannya hanya pada lelaki yang akan menikahinya secara resmi, memintanya pada mama papanya. “Pak Atmo tolong Feli!” mata sipit Feli yang bengkak karena terlalu banyak menangis, semakin panik karena melihat ada gerombolan lain yang menuju ke arah mobilnya. Pak Atmo membuka laci mobil di sebelah kirinya dan mengambil sesuatu dengan panik. “Nona, gunakan pisau ini untuk keselamatan Nona. Maafkan Bapak karena tidak bisa lindungi Nona! Bapak sayang Nona.” air mata tulus mengalir di pipi Pak Atmo, membayangkan nona muda cantiknya akan menjadi korban rudapaksa lelaki-lelaki tak bermoral. Dia sungguh menyesal, karena tidak akan mampu lindungi nona mudanya ini. Tapi dia berjanji akan membela kehormatan sang nona dengan nyawanya sendiri. “Pah… papah tolong Feli… hu.. Hu… Papa di manaaaa??!!” belum juga terdengar jawaban dari sang papa, terdengar kaca mobil sedan mewah itu dipecah. Pak Atmo yang sudah berjanji akan melindungi kehormatan nona mudanya, berusaha sebisa mungkin mengusir gerombolan itu. Tapi apalah dayanya, Pak Atmo tersungkur tak berdaya saat sebilah pisau menusuk d**a dan perutnya, membuat darah muncrat ke beberapa tempat dan usus terburai. Felicia menjerit histeris melihat hal ini. Dia menutup mulutnya tanda ketakutan teramat sangat. Pak Atmo hembuskan nafas terakhir dengan senyuman, sudah sedari tadi dia lirih ucap syahadat agar kalimat terakhir yang keluar dari bibirnya adalah kalimat tauhid. “Allahu Akbar…” sungguh, itu adalah kalimat yang terakhir terdesis dari bibir Pak Atmo, yang diiringi kekehan tawa penuh kepuasan bak kerasukan setan, dari orang-orang yang telah merenggut nyawanya. Felicia menjerit semakin histeris saat melihat kondisi Pak Atmo yang kemudian tidak lagi bergerak. Sayangnya ini merupakan kesalahan, karena akhirnya para lelaki tidak bermoral yang sudah hilang nurani ini bertindak bagai serigala melihat anak domba empuk yang menjadi target makan siang mereka, sudah terpojok dan tidak mungkin lagi kabur. “Waah bang, adalagi mangsa untuk kita kerjain nih. Mana cantik banget, mulus pisan bang! Gue yang pertama dong!” terdengar suara salah seorang yang Felicia tidak mau tahu siapa. Dia sudah terlalu takut dan gemetar, terpojok di jok belakang mobil. “M-mau apa kalian? Pergi! Pergi!!! Jangan sentuh aku!” teriaknya dengan linangan air mata. Tentu saja ini menambah keriaan lelaki-lelaki tidak bermoral yang malah terkekeh melihat ketakutan Felicia. “Yaah bang, dia nanya kita mau apa?! Ha.. ha…, biar dia tahu kita mau apain dia ya Bang?!” kekeh salah satunya tapi dibentak oleh si pemimpin gerombolan. “Enak aja, gue yang pertama dong! Mangsa mulus gini mah harus gue yang pertama kali ngerasain! Minggir kalian! Nanti kalian bakal dapat jatah kok setelah gue puas hahaha!!” Tawa membahana namun terdengar mengerikan terdengar di telinga Felicia. Dia pegang erat pisau kecil yang tadi diberikan Pak Atmo untuk perlindungan dirinya. Tepat pada saat lelaki b*****t itu menyentuh pipi mulusnya, Felicia menusukkan tajamnya belati dengan target di pipi kiri di bawah mata lelaki itu. Sayangnya, karena panik dan gemetar, belati meleset tidak tertusuk sempurna ke pipi, tapi tetap saja ujungnya yang tajam membuat luka yang cukup dalam dan membuat tetesan darah mengalir dari pipi lelaki itu. Si pemimpin gerombolan itu menjerit marah karena merasa kesakitan. Dia ambil belati dari tangan kanan Felicia, membuangnya sembarang arah. Matanya berkilat penuh amarah, dia meludah sembarang arah dan menarik paksa kemeja Felicia. Tentu saja Felicia berontak. Dia menendang perut lelaki b******n itu sekuat tenaga sambil menangis, berharap keajaiban akan datang menolongnya. “Dasar perempuan s****n! Beraninya kamu melukaiku hah?!” kemudian lelaki itu menampar Felicia dengan kalap membuat Felicia pingsan hingga tidak tahu apa yang terjadi setelah itu. * Beberapa bulan kemudian di suatu tempat di sebuah rumah sakit swasta di belahan benua lain, di negeri nun jauh di bumi belahan utara yang terkenal dingin dengan suhu yang membekukan, terdengar tangisan, tepatnya rintihan, yang terdengar sangat memilukan. Siapapun yang mendengarnya pasti akan langsung teriris hati karena bisa merasakan betapa pilu dan sakitnya penderitaan yang dirasakan oleh orang yang menangis ini. Itu suara seorang perempuan. Para pengunjung rumah sakit itu sesekali berpandangan pada temannya, seperti bertanya ada apa gerangan, kenapa suara tangisan itu terdengar sangat menyentuh hati? Hanya saja, beberapa saat kemudian terdengar teriakan, jeritan yang memekakkan telinga. Raungan kemarahan, kekecewaan juga kesedihan bercampur baur menjadi satu. “TIDAAAKKK! Aku tidak mau hamil bayi ini!! Gugurkan dia!! Gugurkan!!” selalu, selalu teriakan itu yang terdengar. Sebuah penolakan akan hadirnya janin di rahim seorang perempuan yang dari suaranya terdengar masih belia. Jika si pasien sudah tantrum dan menyakiti diri sendiri, maka tenaga paramedis akan datang menenangkannya, memberinya obat penenang berdosis aman untuk ibu hamil agar tidak mengganggu perkembangan janin. Tapi… kenapa perempuan belia ini ingin menghilangkan nyawa bayi tidak berdosa yang ada di rahimnya?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
153.4K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.9K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
176.2K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
297.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
216.7K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.8K
bc

TERNODA

read
193.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook