Amsterdam

2071 Words

“Apa-apaan kau, Cell!!” hardik Langit sembari menghela nafas perlahan. “Apa maksudmu menggugurkan kandungan? Anak ini adalah anugrah untuk kita, lantas mengapa kita harus membunuhnya? Bukankah dia juga berhak untuk hidup?” jawab Langit menatap Cellina. “Aku gak mau membebanimu, Langit. Aku gak mau kamu kepikiran hanya karena kehamilanku. Lebih baik gugurkan saja dia, toh belum terlambat…” jawab Cellina lagi. “Cell…perbuatan kita sudah salah, hingga menyebabkan dia ada. Lantas apakah kita jadi sekalap itu untuk melenyapkan kehadirannya? Kamu tahu dengan pasti, kita selalu menggunakan pengaman, toh tetap saja dia hadir, bukankah itu adalah anugrah bagi kita? Dialah pengikat cinta kita…” bisik Langit perlahan. “Lalu bagaimana jika keluargamu tau? Istrimu tahu dan semuanya tahu tentang keha

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD