"Butik?" tanya Mey dengan nada heran.
"Iya, kamu punya butik yang cukup besar dan terkenal. Mungkin kamu gak inget, Tapi gak pa pa, Key." kata mama Key dengan raut wajah bahagia.
" Maa... aku lupa semuanya. Aku bingung ..." kata Key dengan sedih.
" Oke oke, pelan pelan saja sayang. Mas dan keluarga kamu gak keberatan meskipun kamu lupa tentang kita, kami akan tetap menerima kamu apa adanya. Jangan sedih." lanjut Arnold menenangkan.
" Key, mama akan selalu disamping kamu. Jangan sedih."
" Maaa, kalian gak ngerti. Gak enak banget seperti ini. Rasanya kehidupan aku itu penuh kebohongan."
" Key, jangan begitu, mama dan suami kamu gak menuntut apa apa. Asal kamu sehat dan baik baik saja, kalaupun ingatanmu hilang sekalipun, kami gak masalah. " jelas mama Key sambil memeluk anaknya yang kelihatan rapuh.
Mey sedih, ia gak bisa mengungkapkan identitasnya. Ia juga tahu Arnold dan keluarga Keyra menyayanginya karena dia ada di dalam tubuh Keyra.
" Sayang, mas hanya ingin kamu sehat dan bisa beraktifitas seperti biasa. Kalau kamu mau bekerja ditempat mas, juga gak apa. Ini mas lakukan supaya kamu bisa beradaptasi dengan sekitar kamu dulu. Pelan pelan saja, sayang. Gak usah terburu buru. Ingat, kami menerima kamu apa adanya." lanjut Arnold dengan suaranya yang lembut.
Ia tidak ingin Keyra merasa terbeban dengan keberadaannya yang tidak bisa mengingat apa apa. Ia ingin meyakinkan pada Keyra kalau dirinya menerima Keyra apa adanya asal Keyra akan tetap menjadi istrinya.
Mey hanya bisa menerima saja keadaan ini. Entah 6 bulan pengabdiannya itu dihitung dari kapan. Ia juga tidak tahu. Ia mesti tanyakan secara detil dengan pria berbaju putih itu.
Mestinya bukan sekarang waktunya untuk menanyakan tentang hal itu. Sekarang waktunya Mey nurut dengan keadaan dan bermain cantik sebagai Keyra.
Siapa tahu nanti dia bisa menjenguk mom Selena ibu kandungnya. Ia sangat merindukan mommynya itu. Apa yang terjadi dengan mommynya selama beberapa puluh hari tidak bertemu dengannya?
Tiba tiba tubuhnya melayang diudara. Ternyata Arnold sudah menggendongnya dan mendekapnya di d**a nya yang bidang, kemudian menurunkannya di kursi roda yang sudah disediakan oleh pengawal Arnold.
" Mas, aku bisa jalan sendiri gak usah kamu gendong seperti ini. Malu tau dilihat oleh pengawal dan mama." ujar Mey sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
" Hei, kenapa kamu malu. Kamu kan calon istri sahnya aku. Bahkan tadi papa sudah menyuruh Devon, asisten aku untuk memasukan surat nikah untuk kita.. aduhhhh!" jerit Arnold lebay saat cubitan Mey mampir di perutnya yang tanpa lemak itu.
Wajah tampan itu tampak meringis kesakitan. Padahal cubitan Mey itu tidak berasa apa apa baginya. Arnold sengaja ingin menggoda Key kecilnya supaya Key melupakan kesedihannya.
" Mas... kamu sakit betulan?" tanya Mey dengan raut wajah penuh penyesalan.
" Huum." jawab Arnold singkat sambil mendorong kursi roda milik Keyra keluar, supaya bisa secepatnya membawa istrinya itu keluar dari rumah sakit tempat calon istrinya dirawat selama hampir 2 bulan itu.
" Maaf ya, mas. Habisnya mas Arnold sih, godain aku terus." sesal Mey dengan menunjukan wajah dan puppy eyesnya, membuat Arnold tambah gemas dan serasa ingin mencium wajah istrinya yang sedang merayunya itu.
" Ayo kita segera pulang. Nanti dirumah baru mas akan menghukum kamu." bisik Arnold masih sambil mendorong kursi roda calon istrinya diikuti mama Keyra dan pengawal. Sedangkan Devon rupanya sudah selesai menyelesaikan p********n untuk administrasi di rumah sakit, tampak menunggu di pintu lobby depan rumah sakit, membawa map, kantong berisi obat obatan yang harus diminum olah Keyra. Mobil mewah milik Arnold sudah menunggu bosnya untuk naik. Supir pun sudah membukakan pintu untuk Arnold dan Keyra. Sedangkan mama Key naik mobil dibelakang mobil Arnold dimana kakak Key dan papa Key telah menunggu.
" Kamu senang ga, sayang? Bisa keluar dari rumah sakit." tanya Arnold sambil memeluk bahu Keyra.
" Senang mas. Bosan tau didalam ruangan rawat inap rumah sakit." sahut Mey sambil manyun manja. Kali ini Arnold tidak lagi bisa menahan keinginan untuk mencium bibir Key yang menggodanya.
" Hummpphh... mas! Malu dilihat pak supir." lanjut Mey sambil menolak tubuh Arnold yang sudah mendekat tanpa menyisakan jarak diantara mereka berdua.
" Kalau ga kelihatan berarti mau?" tanya Arnold sambil tersenyum smirk.
" Idihhh, mas!! Pikirannya jangan kesitu situ melulu emang gak bisa ya?" tanya Mey ketus sambil memukul d**a bidang Arnold.
" Kamu sih, buat mas puasa sampai 40 hari, dan kamu gak tau rasanya menahan sesuatu yang sudah pingin masuk ke tempatnya. Aduhhh!! Sakit sayang.." seru Arnold, lagi lagi cubitan mesra Mey mampir ke pria tampan yang sedang memeluknya.
Mey merasa bahagia memiliki pria tampan yang sangat mencintainya itu. Tapi ia juga tahu, cinta yang mereka miliki adalah cinta untuk Keyra.
Sesaat ketika ia teringat akan itu, kegembiraannya menjadi sirna. Ia kembali sedih, wajahnya auto sendu. Disisi lain, ia gak rela kebahagiaannya bersama Arnold, calon suami Keyra itu sirna.
Tapi ia juga rindu sama mom Selena. Ya Tuhan. Kenapa aku tidak bisa menikmati keduanya? pikir Mey dengan sedih.
" Kok wajahnya ditekuk? Kenapa kamu gak suka pulang ke rumah kita?" tanya Arnold dengan lembut. Entah kenapa ia merasa tambah mencintai Keyra itu.
Aura yang ada di dalam tubuh Keyra sekarang membuatnya bahagia, dan juga membuat sesuatu di tubuhnya menjadi tegang hanya dengan duduk berdampingan dengan Keyra yang sekarang.
" Aku lupa dengan rumah mas. Aku juga lupa dengan rumahku. Aku gak tahu apakah aku bisa bahagia dengan ingatan yang kosong macam ini. " jawab Mey sendu.
" Heiii, jangan sedih. Mas akan buat kamu bahagia. Walau ingatan kamu mungkin tak akan kembali lagi. Mas akan tetap mencintai kamu. Kamu akan tetap menjadi istri dan mama dari anak anak mas kelak. Kamu mau kan berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan mas, apapun yang terjadi?" tanya Arnold sambil memegang kedua tangan Mey dan mengecupnya penuh perasaan.
Mey terharu, ia merasa Keyra sangat beruntung memiliki calon suami yang sangat mencintai dirinya. Ia iri, kenapa Arnold ditakdirkan untuk menjadi milik Keyra. Dan 6 bulan lagi ia harus menyerahkan suami idaman macam Arnold ini kepada Keyra. Ada perasaan tak rela menggelayut di pikirannya. Membuat Mey tambah sedih.
" Mas, aku gak tahu. Orang yang penyakitan bahkan tak punya sebersit ingatan di dalam pikirannya apakah layak untuk memiliki cinta dan kasih dari orang sebaik kamu mas? Meski aku tidak mengingat apa apa tentang kamu. Tapi aku merasa kamu orang baik, mas! Jangan sia siakan diri kamu untuk aku yang seperti ini." sahut Mey, ia tidak mau memberi pengharapan kepada Arnold, juga kepada dirinya juga. Ia tidak mau sakit hati terlalu dalam. Ia tidak mau patah hati kalau saatnya ia menyerahkan Arnold kepada Keyra tiba.
" Apa maksudmu, Key? " tanya Arnold dengan pandangan heran.