8. Pulang

1057 Words
"Jadi calon istri saya sudah boleh pulang dok?" tanya Arnold dengan nada suka cita, bagaimana tidak, Keyra sudah koma 1 bulan, ditambah perawatan pasca terbangun dari koma, kira kira dia sudah tidur di ruang rawat inap rumah sakit itu selama 40 hari. " Iya pak. Tapi jangan lupa obat dan terapi harap tetap dilakukan ya. Kalau sudah tidak ada pertanyaan yang lain, saya akan pamit undur diri dulu. Semoga sehat selalu ya, nona Keyra. " kata dokter sambil berlalu dari ruang rawat inap Keyra. Keluarga Keyra pun saling pandang dengan raut suka cita yang tidak dapat mereka sembunyikan. Papa, Mama, dan kakak Key tersenyum sumringah, mendapati bagian keluarga mereka sembuh dari perjuangan hidup atau mati. Mereka ingat, teman teman Key bahkan hanya tinggal nama. Selama ini mereka belum bercerita tentang kondisi teman teman Key kepada Keyra. " Pa, Ma, maaf aku belum ingat apa apa tentang kalian." ujar Key sambil menunduk. Ia bukannya tidak ingat, ia emang ga tau apa apa tentang mereka. Mey tidak jngin mengecewakan tapi ia emang bukan Keyra kan? " Key, papa tidak keberatan kamu tidak ingat apa apa tentang kami, asalkan kamu masih bersama kami. Kami tidak bisa kehilangan kamu, sayang. Kamu mungkin tidak ingat, tapi kamu itu adalah kesayangan kami, kami selalu ingin yang terbaik buat kamu. Jangan pernah tinggalkan kami ya?" pinta papa Kevin dengan wajah sendu. " Benar, Key. Kakak sampai kayak orang gila, saat orang suruhan kakak bilang kamu kecelakaan di Gunung Lawu. Kakak ikut mencari kesana sampai menemukan kamu dalam kondisi koma. Kakak dan Arnold bener bener merasa senang karena bisa nemuin kamu dalam keadaan hidup, sedangkan teman kamu yang lain..." " Ehmm sebaiknya kita segera bersiap. Kita lanjutkan obrolan kita dirumah saja. " Arnold segera memotong percakapan Alvin, kakak laki laki Keyra yang sudah menikah dan mempunyai seorang anak laki laki usia 1 tahun bernama Alvino Wijaya. Arnold takut kalau Keyra akan pingsan dan merasa terpukul karena teman teman yang mereka temukan rata rata dalam kondisi meninggal dunia, dan sisanya masih hilang. "Iya, kamu keluar dulu aja, Vin sama Papa. Mama akan nemenin Keyra beberes. " Mama tau maksud menantunya, Arnold. Mama juga khawatir kalau Keyra menanyakan masalah teman temannya. Mama langsung mendorong tubuh Papa dan Alvin keluar dari kamar itu, sambil mengedipkan matanya memberi kode supaya mereka tidak lagi membicarakan masalah kecelakaan di Gunung Lawu dihadapan Keyra. Papa rupanya mengerti kode dari mama dan merangkul Alvin untuk segera berlalu dari kamar itu sebelum Keyra bertanya. Tapi terkadang Alvin emang gak peka, ia masih saja ngeyel ingin di kamar bersama adiknya. Papanya yang sudah tidak sabar langsung menyeret tubuh Alvin keluar dari kamar. Arnold hanya menggelengkan kepalanya melihat kakak ipar yang usianya masih jauh dibawahnya itu. Sejujurnya Mey juga ingin bertanya tentang kondisi teman temannya, ia juga penasaran bagaimana dengan jasadnya. Kalau ternyata jasadnya sudah ditemukan dan sudah dikuburkan, tentu dia tidak bisa lagi kembali ke tubuhnya. Bagaimana nasib mom Selena ibunya. "Key.." panggil Arnold. Anak buah Arnold sudah siap membawa barang barang Keyra. Arnold mengulurkan tangannya ingin merangkul tubuh istrinya yang dilihatnya masih lemas. Mey langsung mendekatkan tubuh Arnold yang tegap dan perkasa. Arnold langsung mendekap tubuh istrinya, mama keyra menatap anak dan menantunya dengan pandangan bahagia. Ia bahagia, walau Arnold dan Keyra itu dijodohkan tapi ternyata mereka bisa saling menyayangi. "Mas, kita langsung pulang kan?" "Iya dong. Kamu sudah ingat rumah kita?" tanya Arnold, Mey hanya menjawabnya dengan gelengan kepalanya.Arnold menghembuskan nafasnya. Ia tahu kalau calon istrinya pasti belum ingat apa apa. "Ya sudahlah, kamu gak usah paksa ingatan kamu. Kamu gak ingat pun gak apa. Kita akan mulai semuanya dari awal. Kamu gak keberatan kan?" tanya arnold lembut. "Iya, Key. Mama juga gak keberatan kalau harus menceritakan kepadamu satu satu, dan mengenalkan kamu kepada saudara saudara kita satu per satu. Asal kamu tetep disamping mama dan papa. Tetep mendampingi Arnold yang sangat menyayangi kamu." "Ma, tapi kalau Key tidak bisa mengingat kalian untuk selamanya bagaimana?" tanyanya sambil menampilkan wajahnya yang sendu. Tentu saja ia tidak mungkin akan dapat mengingat apa apa. Dia bukan Keyra. "Gak masalah buat mama! Sudahlah, kamu harus cepet sehat, trus bikin pesta pernikahan. Kamu harus bikinkan mama, cucu yang banyak." canda mama Keyra dengan tersenyum. "Mama ihhhhhh" kata Keyra dengan wajah yang merah merona, dia malu. Ia melirik mas Arnoldnya. Arnold hanya menampilkan muka biasa, malah tersenyum tipis, membuat Mey tambah malu. 'Ya Tuhan, aku masa suka sama mas Arnold? Masa aku harus melahirkan keturunan mas Arnold yang notabene adalah calon suami Keyra. Mungkin aku menyukainya karena tubuh ini adalah tubuh Keyra jadi pikirannya adalah pikiran Keyra? Eh tapi aku gak ingat apa apa, berarti ini pikiranku sendiri.' serangkaian perdebatan di otaknya membuatnya memijat keningnya sendiri. Sinyal piijatan dikening itu ditangkap oleh Arnold sebagai pusingnya kepala Keyra. "Sayang, kamu pusing lagi?" tanya Arnold khawatir. "Enggak, mas. Aku masih kuat kok." jawab Mey dengan menggelengkan kepalanya. Ia sedang berdebat dengan pikirannya sendiri, bukan sedang pusing. "Tunggu sini. Aku akan mengambilkan kursi roda, supaya kamu gak usah berjalan." "Tapi mas, kaki aku kan gak sakit." seru Mey dengan cepat, ia malu kalau harus didorong di kursi roda. " Kamu pilih mana kugendong sampai mobil atau duduk di kursi roda " tanya Arnold dengan nada memaksa. "Yaudah, bawel ihh" sahut Mey yang langsung disambut senyuman oleh Arnold dan mama Key penuh harap. Setidaknya kalau dia boleh kuliah dia akan bisa menemui mommynya. " Ayolah, kamu pasti seneng kalo sudah sampai dirumah kita. Disana banyak sekali makanan kesukaan kamu, kamu juga bisa beristirahat dan bersenang senang disana." ujar Arnold dengan nada bahagia. "Lalu kuliahku bagaimana?" tanya Mey dengan nada penuh harap. Setidaknya kalau dia boleh kuliah dia akan bisa menemui ibunya, atau menyelidiki kejadian yang ada di Gunung Lawu. "Sayang, aku mengajukan cuti buat kamu. Karena kamu gak mungkin kuliah dengan kondisi seperti ini apalagi kamu sudah koma selama 1 bulan." argumen Arnold masuk akal di pikiran Mey. Yah, dia gak akan bisa kemana mana dong inih. Gimana mengurus jasadku yang di Gunung Lawu. "Lalu aku ngapain dong?" rajuk Mey dengan nada manja seperti dia biasanya dengan ibu dan teman temannya. "Kamu kerja aja ditempatku, atau kamu bisa urus butik kamu yang kamu buat dengan mami kamu itu." kata Arnold memberi saran. "Butik?" tanya Mey dengan nada heran. "Iya, kamu punya butik yang cukup besar dan terkenal. Mungkin kamu gak inget, Tapi gak pa pa, Key." kata mama Key dengan raut wajah bahagia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD