38. murahan

1178 Words

“Kenapa?” Wisnu sadar gelagat aneh yang semakin ditunjukkan Dheana. Wanita itu kerap menghindar, membalas pesan lebih lama dari biasanya bahkan menolak apapun segala bentuk perhatiannya. “Marah?” Tanyanya. Setelah beberapa hari menghindar, Wisnu berhasil mencegatnya. Tepat di depan pintu gerbang rumah kos. Entah sudah berapa lama ia menunggu, sebab Dheana pulang sekitar pukul sebelas malam. Seperti biasanya. “Nggak, kenapa harus marah.” Tentunya Wisnu tidak mudah percaya begitu saja. Tatapannya semakin tajam, menatap ke arah Dheana. “Kenapa? Cerita dong.” Bujuknya. “Nggak apa-apa, akhir-akhir ini capek aja. Kerjaannya banyak banget, cafe yang selalu ramai, toko bunga juga.” Dheana tidak berbohong, cafe dan toko bunga beberapa hari terakhir memang lebih ramai dari biasanya.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD