7

1424 Words
Jangan sekali-kali engkau (lelaki) melukai atau bahkan sengaja melukai hati istrimu karena sekali retak kamu tidak akan bisa memberbaiki lagi **** Dengan ciri khasnya yang berwibawa Arkan keluar dari kamar membawa jas serta tas kerjanya menuju meja makan. Akibat terlalu pulas tertidur dia sampai melupakan kalau ada janji dengan seorang klien penting yang akan dia temui pagi ini. Arkan menyapa kedua orang tuanya dan mengambil duduk di samping Zahira yang sedang sibuk menyiapkan sarapan untuknya. Gadis belia itu tampak cekatan dan sangat terampil saat berusaha melayaninya. Sebenarnya dia tidak membenci Zahira, dia hanya tidak suka Zahira yang akhirnya bersanding dengannya di pelaminan bukan Rosalia yang selalu dia harapkan. Dia sudah mengenal Zahira sejak mereka masih sama-sama kecil. Dulu, gadis itu sangat cerewet dan sangat berani padanya tapi setelah bertahun-tahun berpisah dan tidak pernah berjumpa lagi Zahira berubah seratur delapan puluh derajat. Tidak ada suara cempreng yang selalu memarahinya saat dia tidak bangun saat subuh, tidak ada Zahira yang berusaha mencari perhatiannya dengan segala tingkah konyol, dan tidak ada Zahira yang berpawakan mungil dengan rambut panjang yang selalu terurai. "Mas?" Arkan langsung tersadar saat tangan Zahira menepuk bahunya pelan. "Hmm ... apa belum puas semalaman lihatin wajah Rara?" Goda Maya dengan senyum jenaka. Arkan menggaruk kepalanya dan berusaha menetralkan suasana yang tiba-tiba canggung karena dia kepergok sedang memperhatikan Zahira. "Mama apa sih," ucapnya pelan dan bersiap menyantap hidangan pagi ini yang cukup menggugah selera makannya. Ayam bumbu kuning dengan kuah kental dan aroma rempah-rempah yang cukup kuat. "Gimana Ar, enak nggak masakannya?" Arkan mendongak dan menatap sang Mama. "Enak, aku suka tumben Mama masak." Celetuknya asal. "Ishh! ini bukan masakan Mama tau, ini masaka Rara katanya spesial buat kamu." Arkan menghentikan kunyahannya dan menoleh ke arah Zahira yang terlihat tersenyum malu-malu. "Mama bisa aja. Kalau semuanya suka besok dan seterusnya aku bakalan masak," ucap Zahira dengan penuh percaya diri. "Pasti suka lah apalagi suami kamu, suka banget tuh sampai lahap banget makannya." Arkan berusaha bersikap biasa saja dan kembali melanjutkan sarapannya. Masakan Zahira memang sangat lezat, dia tak menyangka gadis itu semahir ini mengolah berbagai bumbu-bumbu dan menciptakan cita rasa yang sang luar biasa. Selesai sarapan dia langsung berpamitan kepada semua orang yang berada di meja makan untuk berangkat terlebih dahulu karena akan ada pertemuan setelah ini. *** Arkan tersenyum sumringah saat melihat wanita yang siang ini datang mengunjungi kantornya. Wanita yang tak lain dan tak bukan adalah sang pujaan hati yang sudah beberapa minggu tidak dia temui. Arkan merentangkan tangannya dan bersiap memeluk erat tubuh Rosalia. "I miss you so much." Bisik Arkan disela-sela pelukannya dengan sang kekasih. "Miss you too," jawab Rosalia dengan bibir manyun. Arkan melepas pelukan mereka namun tangannya tertap melingkar dipinggang Rosalia. "Hey kok cemberut gitu sih?" "Aku masi bete sama kamu! kenala coba telfonnya semalam tiba-tiba dimatiin terus aku telfon lagi kamu nggak aktif." Arkan tersenyum dan mengecup bibir ranum Rosalia sekilas. "Sesuai rencana yang kita buat, baby. Aku akan membuat Zahira luluh dan orang tuaku percaya kalau pernikahan kita baik-baik saja. So, aku bakal mudah dapat izin buat keluar dari rumah itu dengab Zahira dan kita bisa bebas berduaan tanpa harus sembunyi-sembunyi lagi." Rosalia langsung tersenyum sumringah dan kembali memeluk tubuh kekasihnya. "Aku beruntung banget bisa mendapatkan cinta kamu, Ar.” "Aku lebih beruntung lagi bisa mendapatkan kamu, baby." Arkan membawa Rosalia ke sofa dan menarik tubuh sintal itu untuk duduk di atas pangkuannya. “Jadi kapan kamu akan pindah, aku udah nggak tahan lihat kamu deket-deket sama wanita kampungan itu!” “Sabar dulu, aku harus ngobrol sama orang tuaku dulu.” Rosalia bergelayut manja sambul memainkan kancing kemeja Arkan. “Apa selamanya hubungan kita akan seperti ini?” Tentu saja tidak, Arkan akan mencari berbagai cara agar dia tetap bisa menikah dengan Rosalia. “Kamu ingat kan gimana janji aku waktu itu? apapun yang terjadi dan apapun halangannya aku akan tetap menikahimu.” “Bagaimana dengan poligami? aku siap menjadi yang kedua.” Arkan menatap Roslia dengan tampang terkejut. Bagaimana bisa Rosalia bisa memiliki pikiran seperti itu, baginya poligami bukanlah persoalan yang mudah dn juga bukan jaln keluar yang terbaik. “Sungguh, Ar, aku siap kalaupun harus menjadi yang kedua,” ucap Rosalia lagi tetap kekeh meyakinkan Arkan untuk berpoligami. “Aku yang nggak bisa, Lia. Poligami bukan hal yang mudah dan orang tuaku pasti akan menolak mentah-mentah keputusan ini.” Arkan langsung menarik tubuh Rosalia yang akan beranjak dari atas pangkuannya. Dia paham bagaimana perasaan kekasihnya saat ini tapi dia juga masih berada di posisi yang sulit. “Empat tahun, Ar, kamu cuma kasih aku janji-janji doang, sedangkan aku sudah kasih seluruhnya buat kamu!” Wajah Rosalia memerah menahan tangis yang sebentar lagi akan meledak. “Sayang ....” “Apa!! kamu mau kasih janji apa lagi, hah?!” “Dengerin dulu Lia!” Rosalia yang sudah emosional meronta saat Arkan mulai mendekap tubuhnya. “Aku capek Ar, terus-terusan seperti ini. Aku pengen bahagia.” Perasaan bersalah semakin nenggelayuti hati Arkan. Harusnya dia bisa lebih tegas pada pendiriannya dan menolak pernikahannya dengan Zahira agar hati Rosalia tidak menjadi korban. Dari dulu dia dan Rosalia memang sudah merencanakan pernikahan mereka bahkan Arkan sudah membangun rumah untuk dia tempati bersama Rosalia. “Kita akan bahagia sayang. Cuma kamu satu-satunya wanita yang aku cinta, tolong sabar sebentar kita pasti akan menikah.” “Kapan Ar, kapan?! dari dulu kamu cuma bilang begitu dan buktinya sekarang kamu lebih memilih menikah dengan wanita lain!” Rosalia melepas dekapan Arkan secara paksa dan beridiri tegak di hadapannya dengan emosi yang sudah menguasai jiwanya. “Aku bilang sabar Lia! toh meskipun Zahira istri aku seluruh waktu dan cintaku cuma buat kamu.” “Bohong! setiap hari mungkin kamu bersenang-senang dengan dia dan bermain ranjang semalaman penuh!” Arkan langsung memandang Rosalia sinis. Saat marah dia selalu berpikiran sangat negatif dan selalu lepas kontrol padahal sebelumnya mereka sudah sering mengibrol tentang kelanjutan hubungan mereka bahkan kemarin Rosalia sendiri yang meminta dirinya untuk bersikap lebih baik pada Zahira agar orang tuanya tidak terlalu mengurusi urusan rumah tangga mereka lagi karena sudah percaya penuh. “Cukup Lia, aku nggak mau kita berantem lagi.” “Aku kasih waktu kamu dua minggu buat minta izin sama orang tua kamu buat pindah ke rumah baru! aku udah males terus-terusan sembunyi.” Arkan meraih tangan Rosalia dan mencium punggung tangannya berkali-kali agar dia bisa merasakan ketulisannya. “Zahira hanya anak kemarin sore, dia nggak ada apa-apanya dibanding kamu sayang,” ucap Arkan dengan suara rendah dan terdengar lembut. Dari raut wajahnya Rosalia terdengar mulai luluh kembali. “Ayolah jangan marah-marah lagi, apa perlu aku berlaku kasar lagi sama Zahira?” “Selama kamu belum keluar dari rumah orang tua kamu jangan dulu, bersikaplah sesuai dengan rencana kita!” Arkan terkekeh dan kembali membawa Rosalia ke posisi semula karena dia masih sangat rindu berduaan seperti ini. “Kemarin jalan-jalan kemana aja?” “Cuma di hotel.” “Loh kenapa? udah di Lombok kok cuma di hotel aja?” “Aku maunya sama kamu, kalau sendiri mending aku di hotel aja!” Arkan terkekeh dan mengecup pipi Rosalia gemas. “Sabar ya, kalau ada waktu luang atau kunjungan ke sana aku ajak kamu.” “Ahh pasti masih lama.” “Enggak kok, kayanya bulan depan aku ada kunjungan kesana karena aku baru menandatangani proyek yang ada disana.” “Romannya bakal lama nih di Lombok kalau kamu ada proyek disana.” Arkan tersenyum dan mengangguk. Pertemuannya pagi tadi memang untuk membicarakan tentang proyek baru yang berada di lombok. Prediksinya dia akan menetap kurang lebih satu bukan disana juka tidak ada halangan. “Ajak aku jangan ajak wanita kampungan itu!” “Pasti dong, nggak mungkin banget aku ajak Zahira buat apa juga aku ajak dia.” “Nggak penting! dia cuma cocok jadi babu mirip sama ibunya.” Arkan sedikit tidak terima saat Rosalia mencela Zahira dan Bi Sumi karena sampai sekarang Arkan masih sangat menghormati Bi Sumi yang dari dulu ikut merawatnya dan ikut menyayanginya layaknya putranya sendiri. “Udah ya.” “Udah apanya?” tanya Rosalia kebingungan. “Aku pengen makan siang sama kamu abis itu kita jalan-jalan.” “Emang kamu nggak sibuk?” “Hari ini aku free sampai malam jadi kita bisa jalan-jalan sampai kamu puas.” Rosalia terlihat langsung sumringah dan mengangguk cepat. “Ayoo kita jalan-jalan sekarang.” “Sebentar aku beresin berkas-berkas aku dulu.” “Nanti malam nginep apartement aku ya?” “Aku temenin sampai kamu tidur, kalau aku sampai nggak pulang Mama dan Papa aku bisa murka.” Rosalia hanya mengumgumam dan menunggunya sambil bermain ponsel.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD