19. Erik Turun Tangan

1029 Words
Kantin kantor siang ini cukup ramai karena dipenuhi oleh para karyawan dan karyawati yang sedang beristirahat sembari menikmati makan siang mereka. Yuri dan Tania berjejer pada barisan bersama para karyawan yang lainnya sedang mengantri untuk mengambil makanan. Harus bersabar meski perut sudah terasa lapar. Tadi pagi Yuri tidak sarapan banyak hanya segelas s**u hangat dan juga omlet sosis. Menu makan yang dia temui di rumah barunya. Yuri tak berani protes karena mungkin kebiasaan di rumah orang kaya yang menu makanan harus setara gizinya. Bukan yang seperti dia makan selama ini jika sarapan menunya nasi uduk atau bubur ayam. Bisa saja sebenarnya Yuri meminta pada koki untuk memasak menu yang dia inginkan hanya saja Yuri memang tidak enakan orangnya. Tidak mau juga terlalu bangga menjadi Nyonya. Hidupnya yang selama ini sederhana tetap dia terapkan di rumah baru yang kini menjadi tempat tinggalnya. Tubuh Yuri terdorong ke belakang pun halnya Tania dan beberapa karyawan yang sedang mengantre makanan. "Minggir!" Suara yang membuat Yuri memanjangkan lehernya dan yah dia melihat jika Malika tak hanya bersama Desi tapi ada tiga orang lagi wanita bersama mereka menyerobot antrian di depan sehingga yang antri di belakang-belakang harus mengalah dan mundur beberapa langkah. Beberapa ada yang menggerutu, beberapa lagi memilih diam tidak mau membuat masalah. Begitu pula dengan Yuri yang hanya mengembuskan napas panjang tanda jika ia sedang kesal dengan keadaan. Tania menolehkan kepala ke belakang berbisik di depan wajah Yuri. "Mereka siapanya Malika sih? Kok kayak yang jadi prioritas gitu di sini?" Yuri hanya mengedikkan bahunya. Bersabar lebih lama untuk mengantri makanan hingga setengah jam berlalu barulah Yuri dan Tania mendapatkan tempat duduk yang dekat dengan jendela kaca. "Huft! akhirnya bisa makan juga. Tubuhku sudah gemetaran sejak tadi. Lihat ini." Tania menunjukkan lengannya yang memang getar-getar tanda jika perempuan itu tengah lapar. Yuri terkikik. "Memangnya kamu saja yang lapar. Aku juga." "Eh, Yur. Tapi ngomong-ngomong Malika kok belagu banget. Memangnya dia siapa?" "Mana aku tau. Katanya sih anak direktur." "Coba deh nanti aku cari tau. Sepet tahu nggak lihat dia sok begitu. Sudahlah sok cantik, sekarang malah sok jadi orang penting. Padahal hanya karyawan baru sama seperti kita." "Sudah biarkan saja. Nggak usah ngurusin dia. Buruan makan. Jam istirahat kurang tiga puluh menit lagi." "Iya." Keduanya mulai menyantap makanan di piring masing-masing. "Yur. Tentang karyawan baru yang dikurung di ruang arsip ... kamu tahu nggak siapa?" "Tahu." "Siapa?" "Aku." "Apa!" Tanpa sadar Tania malah berteriak hingga menarik perhatian orang lain yang ada di sekitar mereka. "Jangan teriak-teriak, Tan. Tuh, pada ngeliatin kita." "Habisnya, aku beneran nggak nyangka kalau itu kamu." "Kok kamu bisa tau? Apa berita sudah menyebar?" "Papa yang kasih tahu semalam. Entahlah mungkin ada yang laporan sama papa. Tapi, Yur. Kok bisa sih kamu kekunci di dalam ruang arsip. Siapa yang ngunciin kamu?" "Aku nggak tau, Tan. Nggak mau nuduh siapa-siapa juga." "Nggak mungkin kan tiba-tiba kamu bisa masuk ke dalam ruangan itu?" Dan meluncurlah cerita dari mulut Yuri mengenai apa yang terjadi dengannya. "Gila mereka berani sekali membully karyawan baru," decak kesal Tania. "Sudahlah biarkan saja. Aku juga nggak mau ambil perduli akan itu semua. Yang penting buatku kerja ya kerja kalau ada yang nggak suka biarkan saja. Dan mulai sekarang aku juga harus waspada sama orang-orang yang nggak suka sama keberadaanku di sini." "Kalau terjadi apa-apa sama kamu katakan saja padaku. Biar aku ngadu ke papa Bayu." "Nggak usah, Tan. Meksi kenal papa Bayu, tapi kan kita di sini jadi diri sendiri jangan apa-apa ngelibatin papa Bayu. Nggak enak nanti. Apalagi kalau ada yang tau kamu adalah anaknya papa Bayu. Bisa heboh kantor ini." "Tapi aku juga nggak bisa membentak tindakan orang-orang itu. Untung aja ada yang nyelamatin kamu. Kalau tidak? Kamu bakal terkurung di sana sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Untungnya lagi kamu bawa hape. Kalau tidak ... tamatlah riwayatmu, Yuri!" "Sudah nggak papa. Aku akan lebih berhati-hati." Tania menganggukkan kepalanya. Dalam hati gadis itu tak akan membiarkan siapapun juga menyakiti sahabat baiknya. Jika perlu melibatkan papa Bayu, maka Tania juga tetap akan lakukan itu untuk membuat efek jera pelakunya. ••• Di dalam ruang kerjanya, Bayu Candra sedang menerima telpon dari adik lelakinya. "Apa kau sudah menindak pelaku yang mengunci karyawan baru di dalam ruang arsip itu?" Seolah diingatkan, Bayu pun menepuk keningnya. "Astaga, kenapa aku bisa lupa tentang masalah itu. Rencananya hari ini aku baru akan melakukan investigasi apakah benar sekiranya ada karyawan yang kekunci di dalam ruang arsip?" "Itu bukan kekunci tapi sengaja dikunciin." Erik keukeh mengatakan itu karena mendapat laporan dari Zakwan. "Kamu tau dari mana jika ada karyawan baru yang terkunci di dalam ruang arsip?" "Apa kamu lupa jika aku memang selalu tau segalanya? Ingat, Kak! Lima puluh persen saham CW group adalah milikku." Erwin berdecak. "Baiklah. Aku akan segera menangani kasus ini. Semalam sebenarnya aku sudah bertanya sama Tania tapi sepertinya dia tidak tau apa-apa. Nanti aku akan panggil petugas keamanan yang semalam menolong anak baru itu." "Aku tidak mau tau. Kau harus mengusut tuntas kejadian ini. Demi nama baik perusahaan kita." "Iya ... iya. Aku akan mengurusnya." "Awas saja jika hal kecil seperti ini saja kamu tidak sanggup menyelesaikannya. Kukira papa akan aku terbangkan lagi agar pulang ke Indonesia. Dan kau tau kan jika papa sudah turun tangan langsung. Habis sudah para karyawan yang sesuka hatinya dan hanya makan gaji buta. Sekali-kali kau harus tegas, Kak." "Jika begitu, kau buruan pulang. Aku sudah pusing ngurusin kerjaan. Jika masalah karyawan juga kau limpahkan padaku ... kapan waktunya aku bernafas, Erik!" "Itu urusanmu. Makanya punya anak lelaki itu dimanfaatkan. Jangan hanya kau biarkan dia bermain-main." "Sejak ditempatkan di perusahaanmu, kurasa perubahan Bagas sudah jauh lebih besar." "Baguslah. Sudah sana buruan kau selesaikan masalah pembullyan itu sebelum papa tau." Dalam hati Erik berucap, Jika sampai papa tau Yuri kena masalah besar di perusahaan beliau ... bisa tamat riwayat seluruh petinggi perusahaan. Tidak tau saja jika Yuri adalah anak perempuan kesayangan sang papa. Namun, untuk saat ini Erik juga masih belum ada keinginan untuk memberitahu Bayu Candra seputar Yuri yang merupakan istrinya. Biar saja. Sekali-kali mengerjai kakaknya. Salah sendiri kenapa jadi orang kurang peduli. Bahkan saat dia menikah, kakaknya tidak hadir. Pun setelah tau bahwa dia sudah menikah, kepo ingin lihat foto nikahannya pun tidak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD