“Ay, lihat tuh,” ujar gue, menunjuk ke suasana cakrawala. Ayra menoleh kembali ke jendela pesawat. Beberapa menit menjelang pendaratan, kota Paris menyambut kami dengan sunset sky-nya yang begitu epic. Kala pesawat meluncur menuju landasan pacu, warna-warni oranye, merah, dan ungu mulai merambat perlahan di ufuk barat. Lanskap langit nampak menawan. Awan-awan selembut kapas laksana kuas cat yang menorehkan warna di permukaan horizon. Dengan latar belakang jumantara yang seakan terbakar, siluet gedung-gedung kota Paris mulai terlihat di kejauhan, membawa kesan sebuah kota nan hidup dalam gemerlap cahaya. “MashaaAllah … cantik,” lirihnya. “Iya, cantik.” Ayra menoleh, lalu terkekeh saat menyadari titik pandang gue sepenuhnya padanya. “I Louvre you, mon amour,” sambung gue lagi. "Je t'a

