KENAPA BISA SAMAAN???

1005 Words
"Ternyata tidak salah. Dia memang benar-benar masih perawan. "Gumam Arka Seraya mengambil sprei putih itu dan menyimpannya, lalu menghubungi asistennya, dan meminta agar asistennya menjemput dirinya. "Arka, Kemana saja kamu,Nak? Kenapa kamu tidak pulang selama 2 hari? "tanya Gina dengan penuh kelembutan, dan sedikit kaku saat melihat kepulangan Arka. Gina kaku karena memang di antara dirinya dan Arka tidak begitu dekat, namun bukan berarti benci pada Arka, karena Gina memang tidak begitu akrab dengan Arka, Namun bukan berarti Gina tidak menyayangi Arka atau lainnya sebagainya, hanya saja Gina merasa sedikit sungkan untuk bersikap akrab terhadap Arka, karena Arka bersikap begitu sangat dingin terhadap dirinya. Beda dengan Adam, di mana Adam selalu menempel pada dirinya hingga Gina tidak merasa sungkan ataupun kaku terhadap Adam. Arka yang mendengar pertanyaan dari sang Bunda langsung menghentikan langkahnya, dan memberitahu Gina kalau dirinya ada pekerjaan penting di luar kota, tanpa membalikkan badannya untuk membalas tatapan lawan bicaranya. Gina sendiri tidak merasa kecewa saat Arka masih membelakanginya, Karena Gina sudah merasa terbiasa melihat atau mendapat sikap dingin dari putra pertamanya. "Ya sudah titik Kalau begitu kamu bersihkan diri dulu, habis itu kita sarapan titik Bunda buatkan sarapan kesukaan kamu jadi "ujar Gina dengan penuh kasih sayang. "Tidak usah, Bun. Nanti kalau aku lapar, aku minta pelayan yang menyiapkannya." Ujar Arka yang tidak ingin menyusahkan atau merepotkan sang Bunda. Gina yang mendengar ucapan Arka tersenyum, dan menatap Arka dengan penuh kelembutan. Yah, sekalipun Arka bersikap dingin pada keluarganya tetap sayang pada keluarganya, hanya saja Arka tidak terlalu menampakkan kasih sayangnya. "Tidak apa-apa, Sayang. Bunda tidak merasa direpotkan. Lagian kamu juga capek. Jadi kamu istirahat saja, nanti kalau sudah selesai, Bunda akan memanggilmu. "Ujar Gina yang langsung membawa langkahnya menuju ke dapur untuk menyiapkan makanan buat putranya sebelum Arka menanggapi ucapannya. Arka tidak lagi membuka suara dan melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya, karena Arka ingin melakukan pencarian tentang keberadaan Dita. Tidak berselang lama Arka ke kamarnya, dan Gina ke dapur, Adam datang dengan penampilan yang jauh dari kata rapi. Adam membanting tubuhnya ke sofa, dan memijat pelipisnya karena sedikit pusing. "Adam, kamu baru pulang, Sayang?" tanya Gina lembut saat melihat Adam sudah memejamkan matanya di sofa dengan posisi duduk serta mata yang terpejam. Adam yang mendengar pertanyaan dari Gina langsung membuka matanya dan menatap sang Bunda dengan tatapan sendunya. Adam berdiri dan melangkah mendekati sang Bunda, lalu memeluk sang Bunda dengan manjanya, namun tetap terasa sedih menurut Gina. "Bunda, maafkan Adam," kata Adam tiba-tiba, membuat Gina langsung mengernyitkan keningnya karena bingung. "Sayang, kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Gina yang terlihat serius, karena Gina merasa, kali ini putranya punya masalah berat. "Maaf, Adam tidak bisa memenuhi keinginan Bunda untuk menikah dengan anak teman Bunda. Aku minta maaf, Bun." Ujar Adam yang semakin mengeratkan pelukannya, dan menumpahkan air matanya dalam pelukan Gina, membuat Gina semakin bingung karena tidak mengerti, dan bahkan penasaran apa yang terjadi pada putra bungsunya. Gina curiga putra bungsunya ada masalah lain. Bukan hanya perkara perjodohan, Adam sampai menangis, karena Adam diminta untuk menikahi anak sahabatnya itu semalam. Dan kalau seandainya Adam mau menangis, itu seharusnya tadi malam. Jadi, Gina yakin, Adam punya masalah lain, bukan hanya sekedar masalah perjodohan saja. "Sayang, Bunda butuh kejelasan kamu. Ayo, duduk. Kita bicarakan dengan tenang, biar jelas." Ujar Gina tegas seraya menuntun Adam untuk duduk di sofa. Adam dengan langkah beratnya melangkahkan kakinya untuk menuruti perkataan Gina, duduk di sofa. "Ceritakan pada Bunda, ada masalah apa!" titah Gina dengan penuh ketegasan, meminta agar Adam berkata jujur. "Bunda, aku tidak bisa menikahi anak sahabat Bunda, karena aku tidak mau mereka akan kecewa pada akhirnya. Dan aku yakin, setelah mereka tahu dan kecewa, tidak hanya mereka yang kecewa, tapi Bunda bakal kecewa juga." Ujar Adam yang semakin membuat Gina bingung, Karena tidak mengerti kemana arah pembicaraan Adam. "Mereka kecewa, karena harus Bunda ikut kecewa? Memangnya ada apa sih, Nak? Bicara yang jelas," kata Gina yang masih belum paham dengan kata-kata Adam. Adam sendiri merasa sulit untuk mengungkapkan kebenarannya, karena Adam belum siap untuk berkata jujur, tapi dalam hati Adam, Adam dipaksa untuk bicara jujur. "Bunda, aku… "Ada apa ini?" kalimat Adam langsung terhenti seketika saat mendengar pertanyaan yang tiba-tiba dari Arka. Gina yang melihat kedatangan Arka langsung mendesah kasar. "Bunda juga tidak tahu apa yang terjadi pada adikmu, Nak. Nak, disini Bunda menjadikan kamu sebagai pengganti ayahmu. Bunda tidak tahu apa-apa. Bantu adikmu untuk menyelesaikan masalahnya seperti bantuan yang diberikan oleh ayahmu saat dia masih hidup." Ujar Gina dengan seriusnya seraya menguasai air matanya yang tiba-tiba saja menetes begitu saja saat mengingat almarhum suaminya. "Memangnya apa yang kamu lakukan sampai membuat Bunda sedih?" tanya Arka dingin pada adiknya, membuat Adam yang memang sedikit takut langsung terdiam. Tidak hanya Arka yang menunggu agar Adam menceritakan masalahnya, tapi Gina juga sangat menunggunya. Melihat Adam yang masih terdiam, Gina semakin yakin kalau masalah yang dialami oleh putra bungsunya sangat serius. "Ceritakan lah, Nak. Biar kakak kamu bantu menyelesaikan masalahmu." Ujar Gina libur, seraya menyentuh tangan Adam, untuk menyalurkan kekuatannya pada Adam. Gina sengaja memberi kejutan pada Adam, karena memang selama ini Adam tidak begitu berani pada Arka. "Kak, aku minta maaf. Aku tidak bisa memenuhi keinginan Bunda untuk menikahi anak sahabat Bunda," kata Adam ragu-ragu "Lalu? Kamu meminta Kakak yang menikahinya?" tanya Arka yang langsung dijawab dengan gelengan cepat oleh Adam. "Tidak begitu maksud aku, Kak. Aku hanya berharap Kakak mencari solusi untuk menolak perjodohan itu tanpa menyinggung keluarga mereka." Ujar Adam yang membuat Arka langsung menatap lurus ke depan dengan tatapan dinginnya. "Katakan, apa alasan kamu menolak perjodohan itu kalau bukan alasan ingin melemparnya pada Kakak?" kata Arka tegas, yang langsung disambut dengan anggukan kepala cepat dari Bunda Gina, menyetujui perkataan Arka tadi. Mendengar pertanyaan tersebut, Adam langsung meneguk ludahnya secara kasar, karena takut. "Karena, semalam a-aku tidur dengan seorang wanita. Aku merebut paksa keperawanan gadis yang tidak aku kenal." Ujar Adam dengan nada terbata karena takut. Arka yang mendengar penjelasan dari Adam langsung melempar tatapan horornya pada Adam, tanpa membuka suara. "Kenapa bisa samaan?" gumam Arka dalam hati saat mengingat sosok Dita yang semalam menjadi teman penghangat tidurnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD