BAB 13

1562 Words
Bella tidak menyangka kalau dia akan bertemu dengan Rendra dan Doni ketika berkunjung ke tempat wisata seperti ini. Mereka bahkan makan siang bersama seolah sudah menjadi teman akrab. Bella mencoba bersikap wajar di hadapan Rendra dan Doni, meskipun Bella merasa tidak nyaman dengan keberadaan Rendra di dekatnya sama seperti yang dirasakan oleh Rendra. Selama mengobrol, Bella hanya bicara seperlunya saja, begitu pun dengan Rendra. Mereka tampak canggung satu sama lain hingga tidak terlibat percakapan. Doni sepertinya menyadari kecanggungan di antara Bella dan Rendra hingga bertanya kepada mereka berdua. Beruntung Bella memiliki jawaban yang masuk akal sehingga Doni tidak terus-menerus bertanya. Bella berharap mereka akan berpisah setelah selesai makan siang. Namun ternyata, Doni mengajak pergi ke Upside Down World bersama-sama. Bella sudah menolak karena dia dan Fika akan pergi menggunakan kendaraan umum, tapi Doni tetap bersikeras akan mengikuti mereka hingga tiba di lokasi tempat wisata. “Lo tunggu di sini sama Bella dan Fika, Ren. Gue mau parkir motor dulu,” ucap Doni, ketika motor yang dikendarainya berhenti di depan bangunan Upside Down World yang tidak terlalu ramai siang hari ini. “Baiklah,” sahut Rendra, tampak setengah hati. Dia turun dari boncengan motor, laku menghampiri Bella dan Fika yang telah menanti di dekat pintu masuk. “Kita tunggu Doni sebentar,” beri tahu Rendra, begitu tiba di sebelah Bella dan Fika. “Iya, Kak,” sahut Fika, sementara Bella hanya menganggukkan kepala. “Aku akan beli tiket masuknya dulu sambil menunggu Doni datang,” ucap Rendra, kemudian. “Oh .... Ini uangnya, Kak,” kata Bella, segera mengambil dompet dari dalam tasnya. “Nggak perlu, Bel, paksi uang aku saja,” tolak Rendra. “Tapi—“ Rendra tidak mendengarkan kalimat Bella selanjutnya. Dia berjalan meninggalkan Bella dan Fika menuju ke tempat pembelian tiket. Bella menghela napas panjang melihat sikap Rendra. “Biarkan saja, Bel, anggap saja sebagai rezeki kita dapat makan siang dan tiket masuk gratis,” kata Fika, tersenyum cerah. “Aku merasa nggak enak sama mereka, Fik. Kita baru kenal sama Kak Doni dan Kak Rendra, tapi mereka sudah membayari kita makan siang dan tiket masuk tempat wisata,” terang Bella. “Enggak apa-apa, Bel. Mereka sendiri yang berinisiatif membayar, bukan kita yang minta,” timpal Fika. “Baiklah.” Bella kembali menyimpan dompet ke dalam tasnya. Beberapa menit kemudian, Doni berjalan menghampiri Bella dan Fika yang masih berdiri di dekat pintu masuk. “Rendra mana?” tanyanya menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan Rendra. “Kak Rendra lagi beli tiket masuk, Kak,” jawab Bella, memberi tahu. Doni mengangguk, mengerti. Mereka bertiga akhirnya menunggu Rendra di dekat pintu masuk hingga Rendra bergabung kembali bersama mereka. “Dapat tiketnya, Ren?” tanya Doni, menatap Rendra. “Sudah,” jawab Rendra, menunjukkan empat tiket yang ada di tangannya. “Baiklah. Ayo kita segera masuk ke dalam,” ajak Rendra yang diangguki oleh mereka semua. Upside Down World merupakan tempat wisata yang unik dengan konsep rumah terbalik. Saat memasukinya, Bella merasa sedang berjalan di langit-langit ruangan. Semua furnitur yang ada di sini di pasang secara terbalik. Para pengunjung yang datang ke Upside Down World kebanyakan anak-anak muda yang ingin berfoto dengan latar belakang yang unik ini. Doni bahkan langsung mengeluarkan kamera miliknya dan mulai memotret. “Ayo kita foto bersama,” ajak Doni, pada Bella, Fika, dan juga Rendra. Bella dan Fika mengangguk dengan semangat. Tujuan mereka datang ke sini memang untuk berfoto dan membaginya ke sosial media. Sedangkan Rendra tampak mengikuti mereka dengan ogah-ogahan. Dia memang tidak terlalu suka berfoto, apalagi foto di keramaian seperti ini. Bella, Fika, Doni, dan Rendra asyik berkeliling memasuki ruangan-ruangan yang ada di Upside Down World ini. Ada ruang tamu, kamar tidur anak, ruang keluarga, ruang santai, dapur, kamar mandi dan yang lainnya lagi. Total ada sepuluh ruangan dengan tema yang berbeda-beda. Mereka berempat berfoto di setiap ruangan yang ad”a, terkadang bergiliran atau bersama-sama dengan meminta bantuan petugas yang ada di sana untuk memfoto mereka. (sumber : https://travelspromo.com) Bella, Fika, Rendra, dan Doni tampak menikmati kebersamaan mereka. Bahkan Bella dan Rendra melupakan kecanggungan mereka dan asyik berfoto bersama Fika dan Doni. Mereka mencari spot foto yang menarik dan bergaya dengan unik di setiap ruangan. “Bel, coba kamu berdiri di sebelah Rendra,” ucap Doni, tiba-tiba. “A-apa, Kak?” Bella sangat terkejut ketika mendengar ucapan Doni. “Berdiri di sebelah Rendra, Bel. Biar aku ambil foto kalian berdua,” ulang Doni, sambil menunjukkan kamera di tangannya. “Eh – eng-enggak usah, Kak. Kami sudah berfoto tadi,” tolak Bella, salah tingkah. Bella dan Rendra memang sudah foto bersama, meskipun bertiga dengan Fika juga. Bella tidak mau foto berdua saja dengan Rendra. Selain karena tidak nyaman, dia juga tidak mau menimbulkan kesalahpahaman bila kekasih Rendra sampai mengetahuinya. “Enggak apa-apa, Bel, cuma sebentar aja kok,” bujuk Doni, seolah menyadari keengganan Bella. “Tapi, Kak—“ “Ayo, Bel. Kapan lagi kamu bisa foto berdua dengan Kak Rendra,” bisik Fika, memotong kalimat Bella. Dia mendorong tubuh Bella agar mendekat ke arah Rendra yang sedang berdiri sambil bersandar ke dinding. Rendra sepertinya tidak mendengar ucapan Doni kepada Bella. Dia merasa heran ketika melihat Bella berjalan sambil didorong oleh Fika ke arahnya. Rendra akan bertanya, tapi Doni lebih dulu memanggil dan mengarahkan kamera kepada mereka. “Ren, lebih dekat lagi,” kata Doni, memberi perintah. “Apa, Don?’ tanya Rendra, tak mengerti. “Mendekat ke arah Bella, biar aku foto kalian berdua, Ren,” ujar Doni. “Tapi, Don —“ “Ayo, Ren. Tempatnya gantian dengan yang lain,” potong Doni, memandang ke sekitar mereka di mana telah banyak orang yang mengantre untuk berfoto. Rendra terpaksa menuruti perintah Doni. Dia mendekat ke sebelah Bella, lalu memandang ke arah kamera. Doni mengambil foto mereka berdua beberapa kali. Setelah lelah berkeliling dan berfoto, mereka berempat mampir ke kantin yang ada di Upside Down World. Mereka membeli minuman dan makanan ringan, lalu duduk di kursi yang tersedia untuk melepas lelah dan dahaga. “Setelah ini kalian mau pergi ke mana lagi?” tanya Doni, memandang Bella dan Fika, ingin tahu. “Kami mau pulang, Kak. Ini sudah sore,” jawab Bella. “Iya, Kak. Ini sudah sore, nanti nggak ada kendaraan umum yang lewat,” timpal Fika. “Kalian berani naik kendaraan umum sendiri?” tanya Rendra, penasaran. “Berani, Kak. Kami sudah biasa naik kendaraan umum selama di Bandung,” ujar Bella, memberi tahu. “Baiklah. Kalau begitu sebaiknya kita pulang sekarang supaya kalian enggak kesorean di jalan. Atau kalian mau kami antar?” tanyanya menawarkan. Bella dan Fika dengan kompak menggelengkan kepala. “Enggak perlu, Kak. Kami bisa pulang sendiri,” tolak Fika. “Benar, Kak. Lagi pula kami sudah terlalu banyak merepotkan kalian. Kami nggak mau semakin merepotkan,” timpal Bella. “Kami nggak merasa direpotkan kok, Bel. Iya, kan, Ren?” Doni memandang Rendra untuk meminta dukungan. Rendra mengangguk, mengiyakan. Bella tersenyum. “Kami mengucapkan terima kasih untuk hari ini, Kak. Kami akan pulang sendiri saja,” ujarnya dengan tegas. “Baiklah. Sampai ketemu lagi, Bel, Fik,” ucap Doni. “Iya, Kak,” sahut Bella. “Selamat tinggal, Kak,” pamit Fika, kepada Doni dan Rendra. “Hati-hati di jalan, Bel, Fik,” pesan Rendra, yang diangguki oleh Bella dan Fika. Mereka berdua berpisah dengan Doni dan Rendra di pintu keluar. Bella dan Fika berjalan ke arah jalan raya untuk mencari kendaraan umum yang akan membawa mereka pulang, sementara Doni dan Rendra berjalan ke tempat parkir di mana motor Doni berada. “Hari ini aku senang banget bisa jalan-jalan ditemani dua laki-laki tampan, Bel,” ucap Fika, ketika mereka berdua sedang menanti kendaraan umum yang lewat. “Kamu lihat saat di dalam tadi, banyak orang yang memperhatikan kita, Bel. Mungkin bagi mereka kita seperti dua pasang kekasih yang sedang berkencan,” ceritanya sambil terkekeh. “Aku nggak memperhatikan pengunjung yang lain, Fik. Aku merasa malu jika mengetahui mereka semua memperhatikanku. Lebih baik aku bersikap cuek saat berada di tempat umum seperti itu,” aku Bella. Sebenarnya Bella menyadari ada beberapa orang yang memperhatikan mereka berempat ketika sedang berfoto di Upside Down World. Dia bersikap cuek agar tidak merasa malu ketika Doni terus-menerus mengarahkan gaya kepadanya sambil terus memotret. Doni begitu bersemangat saat berada di dalam tadi. Dia tak henti-hentinya mengarahkan kamera ke setiap sudut ruangan dan meminta Bella serta Fika menjadi model fotonya. “Kak Doni dan Kak Rendra baik banget ya, Bel. Aku nggak menyangka bakal ketemu mereka di tempat ini,” kata Fika, berkomentar. “Iya, Fik,” sahut Bella, singkat. “Aku tadi minta nomor handphone Kak Doni, Bel,” beri tahu Fika. “Untuk apa kamu meminta nomor handphone Kak Doni, Fik?” tanya Bella, mengernyitkan dahi, heran. “Aku minta dikirimkan foto-foto kita yang tadi, Bel. Aku sempat melihat hasil foto Kak Doni di kameranya, semuanya bagus-bagus, Bel,” jelas Fika. “Benarkah?” tanya Bella, tak percaya. Fika mengangguk, meyakinkan. “Kamu harus melihatnya sendiri nanti.” Saat berada di dalam Upside Down World, mereka lebih sering berfoto menggunakan kamera milik Doni. Bella hanya mengabadikan sedikit fotonya menggunakan handphone. Dia tidak sempat berpikir untuk meminta hasil fotonya pada Doni. Setelah mendengar perkataan Fika, Bella jadi penasaran dengan foto-foto hasil jepretan Doni, terutama foto dirinya berdua bersama Rendra. Wajah Bella bersemu merah ketika mengingat kejadian itu. Dia sempat bertemu pandang dengan Rendra dan tersenyum canggung ke arahnya sebelum memandang ke depan kamera. oOo
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD