Weekend telah berakhir. Bella kembali disibukkan dengan mata kuliah dan tugas-tugas yang menumpuk. Acara liburan kemarin telah menjadi cerita manis yang menutup akhir minggunya. Meskipun melelahkan dan sedikit tidak nyaman, tapi Bella tetap menikmati waktu liburannya bersama Fika, Rendra, dan Doni.
Fika juga tampak bersemangat setelah liburan kemarin. Dia menghampiri Bella yang sedang duduk di depan kelas sambil menunggu dosen datang.
“Bella,” panggil Fika, lalu duduk di sebelah Bella.
“Ada apa, Fik? Kelihatannya girang banget,” kata Bella, memandang ekspresi wajah Fika yang tampak senang.
“Iya dong. Kamu tahu enggak? Kemarin Kak Doni sudah mengirimkan foto-foto kita saat di Upside Down World. Hasil fotonya keren-keren banget, Bel. Kamu harus melihatnya,” cerita Fika dengan penuh semangat. Dia kemudian mengeluarkan handphone di saku celananya. “Ini. Coba kamu lihat sendiri,” ujarnya menyerahkan handphone miliknya kepada Bella.
Bella menerima handphone milik Fika, lalu melihat album foto yang ada di handphone itu. Dia menyentuh layar handphone untuk menggeser dan melihat foto-foto yang telah dikirimkan oleh Doni kepada Fika.
“Bagaimana? Keren, kan, hasil fotonya, Bel?” tanya Fika, meminta pendapat Bella.
“Iya, Fik. Hasil fotonya bagus dan keren,” ucap Bella, setuju.
Bella belum mengalihkan pandangannya dari handphone Fika. Dia terpesona memandang hasil jepretan Doni yang bagus dan juga keren-keren. Ada banyak foto yang dikirimkan Doni ke handphone Fika. Rata-rata foto Bella dan Fika, baik sendiri maupun berdua. Tapi, ada juga foto mereka bertiga bersama Rendra atau Doni dan juga foto mereka berempat.
Bella terpaku ketika tiba pada bagian akhir foto. Dia melihat foto dirinya berdua saja dengan Rendra. Di dalam foto itu mereka tersenyum ke arah kamera. Bella tersenyum canggung ke arah kamera, sementara Rendra tersenyum tipis. Dan ada satu foto lagi di mana Bella dan Rendra saling menatap satu sama lain. Ekspresi wajah mereka tampak natural.
“Aku juga suka foto itu, Bel. Kamu dan Kak Rendra tampak sangat natural,” komentar Fika, ikut memandang layar handphone di tangan Bella.
Bella menoleh. Dia terlalu fokus memandang handphone di tangannya hingga lupa kalau ada Fika di sebelahnya. “Benarkah seperti itu, Fik?” tanya Bella, memastikan.
“Iya, Bel. Kalian berdua sangat serasi. Sayang Kak Rendra sudah memiliki kekasih,” kata Fika, memberikan pendapat.
Bella tersenyum tipis. Ya. Sekarang Rendra sudah memiliki kekasih. Tidak ada yang bisa diharapkan oleh Bella pada hubungan mereka. Bella hanya beruntung karena hari Sabtu kemarin bisa pergi ke tempat wisata bersama Rendra. Dalam beberapa jam mereka tampak akrab seperti dulu lagi. Namun sekarang, Bella dihadapkan pada kenyataan lagi di mana dia dan Rendra saling menjauh dan tidak bertegur sapa.
“Ini handphone-nya, Fik. Aku sudah selesai melihat fotonya,” kata Bella, menyerahkan kembali handphone milik Fika.
Fika menerima handphone itu. “Biar aku kirimkan foto-foto kamu ke handphone kamu, Bel,” katanya mengotak-atik handphone-nya dan memilih beberapa foto Bella untuk dikirimkan ke handphone sahabatnya.
Bella hanya mengangguk dan membiarkan Fika mengirimkan foto-foto itu.
oOo
Rendra dan Viona berjalan beriringan keluar kampus. Tangan Viona melingkar di lengan Rendra seolah tidak membiarkan sang kekasih menjauh darinya. Mereka berdua telah menyelesaikan mata kuliah masing-masing dan sekarang akan pulang. Rendra dan Viona berjalan menuju ke tempat parkir di mana mobil Rendra berada.
“Sayang, hari ini kamu jadi antar aku beli tas, kan?” tanya Viona, memandang Rendra.
“Iya, Sayang,” sahut Rendra, mengangguk menyanggupi.
Viona tersenyum senang. “Makasih, Sayang. Maaf, ya, kemarin aku membatalkan janji. Mama tiba-tiba mengajak pergi ke rumah Tante di Bogor,” ucapnya memberi alasan.
“Iya. Enggak apa-apa, Sayang,” jawab Rendra, balas tersenyum.
Kemarin, Viona membatalkan janji mereka untuk pergi ke mal. Rendra yang sudah siap untuk menjemput Viona mengurungkan niatnya. Rendra tidak mempermasalahkan pembatalan janji mereka, dia justru merasa senang karena memiliki waktu untuk beristirahat. Namun, tentu saja Rendra tidak mengungkapkan hal itu kepada Viona. Sang kekasih akan marah kalau mengetahui Rendra merasa senang karena tidak jadi pergi dengannya.
Begitu tiba di tempat parkir, Rendra membukakan pintu penumpang bagian depan untuk Viona. Dia tersenyum saat Viona mengucapkan terima kasih dan masuk ke dalam mobil. Setelah memastikan Viona sudah duduk dengan nyaman, Rendra menutup pintu mobil, lalu berjalan memutar menuju ke pintu pengemudi.
Rendra mengurungkan niat untuk membuka pintu mobil ketika tatapan matanya tanpa sengaja melihat Bella yang sedang berjalan bersama Fika di kejauhan. Rendra memperhatikan Bella yang berjalan menuju ke halaman kampus.
Rendra jadi teringat dengan kejadian hari Sabtu kemarin. Pertemuan tak sengaja dengan Bella di rumah makan, membuat ia dan Doni menghabiskan waktu selama beberapa jam bersama Bella dan Fika di Upside Down World.
Bella yang semula tidak nyaman dengan kehadiran Rendra, mulai terlihat santai dan menikmati kebersamaan mereka. Beberapa kali Rendra melihat Bella tersenyum lepas bersama Fika dan Doni. Bella bahkan mengajak Rendra bicara meskipun hanya sesekali. Rendra merasa melihat sosok Bella yang dulu. Bella yang ceria dan murah senyum.
Doni sudah mengirimkan foto-foto mereka saat di Upside Down World. Dan Doni secara khusus mengirimkan hasil cetak foto Rendra berdua bersama Bella. Rendra terpesona melihat hasil foto itu. Di dalam foto itu, dia dan Bella saling menatap seolah tidak ada masalah yang terjadi di antara mereka. Rendra merasa memandang dirinya dan Bella beberapa tahun yang lalu di mana mereka masih dekat dan hubungan mereka baik-baik saja.
“Sayang, ada apa? Kenapa kamu hanya berdiri di situ?” tanya Viona, keluar dari mobil dan memandang Rendra yang masih berdiri di dekat pintu pengemudi.
Rendra mengerjapkan mata, lalu menoleh ke arah Viona. “Enggak ada apa-apa, Sayang. Aku hanya teringat tugas yang belum aku selesaikan,” dusta Rendra. “Ayo masuk, kita pergi sekarang,” ajaknya kemudian.
Viona menurut. Dia kembali masuk ke dalam mobil diikuti oleh Rendra yang kini telah duduk di sebelahnya. Setelah memastikan Viona memasang sabuk pengaman dengan benar, Rendra menyalakan mesin mobil dan mulai melajukannya meninggalkan tempat parkir kampus.
“Sayang, kamu belum cerita tentang kepergian kamu dengan Doni hari Sabtu kemarin. Kalian jadi pergi ke tempat wisata?” tanya Viona, membuka percakapan.
“Jadi, Sayang,” jawab Rendra, dengan singkat.
“Kalian pergi ke mana saja, Sayang?” tanya Viona, ingin tahu.
“Hanya ke sekitar Gedung Sate, Sayang. Doni mencari spot foto yang cocok untuk lomba fotografinya di sana,” cerita Rendra, tanpa memandang Viona. Dia terlihat fokus memandang jalan raya di depannya.
“Kalian di sana sampai jam berapa?” tanya Viona lagi.
“Sampai sore, Sayang. Kami sempat mampir ke Upside Down World sebelum pulang ke rumah,” kata Rendra, memberi tahu.
Rendra sengaja tidak memberi tahu pertemuannya dengan Bella dan Fika pada hari Sabtu kemarin. Rendra tidak mau Viona marah jika mengetahui dirinya pergi mengunjungi tempat wisata bersama wanita lain. Meskipun Rendra pergi ke sana bersama Doni.
“Kamu pergi ke Upside Down World? Kenapa kamu enggak memberi tahu aku, Sayang? Aku juga ingin pergi ke sana,” kata Viona, menatap Rendra dengan sorot mata menuntut.
“Aku nggak tahu kamu ingin pergi ke Upside Down World, Sayang. Kamu nggak pernah cerita,” kata Rendra, membela diri. “Doni yang mengusulkan untuk pergi ke sana, Sayang. Dia penasaran ingin melihat tempat wisata yang sedang viral di sosial media,” katanya melanjutkan.
Viona menghela napas panjang. “Pokoknya aku mau pergi ke Upside Down World juga, Sayang. Kamu harus menemani aku ke sana,” katanya menuntut.
“Iya, Sayang. Nanti kita atur waktu untuk pergi ke sana,” kata Rendra, menoleh sekilas ke arah Viona.
Rendra lebih memilih untuk menuruti keinginan Viona daripada harus melihatnya ngambek. Viona akan sulit dibujuk jika sudah marah dan ngambek kepada Rendra. Jadi, Rendra lebih baik mengalah agar hati Viona selalu senang.
Selama sisa perjalanan tidak ada percakapan yang terjadi lagi di antara Rendra dan Viona. Rendra tampak fokus menyetir, sementara Viona sibuk memainkan handphone untuk membunuh waktu akibat kemacetan yang terjadi di ibu kota.
oOo