BAB 11

1452 Words
“Laki-laki tadi siapa, Bel?” tanya Fika, setelah dia dan Bella berjalan menjauh dari tempat Doni dan Rendra berada. “Kak Doni, Fik. Dia kakak kelas aku saat aku bersekolah di Jakarta,” jelas Bella. “Dia bilang teman sekolah Kak Rendra dulu. Berarti Kak Rendra juga kakak kelas kamu, Bel?” tanya Fika, teringat perkataan Doni tadi. Bella mengangguk. Tidak ada gunanya menyembunyikan hal ini setelah Doni memberi tahu di depan Fika kalau dia dan Rendra teman satu sekolah dulu. “Kamu nggak bilang kalau kamu pernah satu sekolah dengan Kak Rendra, Bel,” ucap Fika, menatap Bella. “Untuk apa, Fik? Aku hanya satu tahun sekolah di Jakarta dan aku nggak terlalu mengenal Kak Rendra, begitu pun sebaliknya,” sanggah Bella. Bella tidak pernah bercerita mengenai kehidupan sekolahnya selama di Jakarta. Dia tidak mau membuka kenangan lama tentang kisah masa lalunya bersama Rendra. Lagi pula Bela berpikir tidak ada gunanya menceritakan hal itu kepada Fika, terutama sekarang setelah kisahnya dan Rendra benar-benar telah berakhir. “Benar juga sih. Mana mungkin Kak Rendra mengenal cewek pendiam kayak kamu, Bel,” kata Fika, berkomentar. Bella tersenyum tipis. Fika memang mengenal Bella sebagai sosok yang pendiam. Selama bersekolah di Palembang dulu, Bella tidak banyak bersosialisasi dan dikenal teman-temannya. Jadi, wajar kalau Fika berkomentar seperti itu. “Lalu kenapa tadi kamu berbohong, Bel?” tanya Fika, penasaran. “Bohong apa?” Bella balik bertanya, tak mengerti. “Bohong kalau kita ada acara setelah ini, padahal kita mau pulang ke rumah, Bel,” jelas Fika. “Oh ... aku hanya membuat alasan untuk menolak ajakan Kak Doni, Fik,” erang Bella. “Kenapa kamu menolaknya, Bel? Kamu nggak mau makan siang bersama mereka?” tanya Fika lagi. Bella menggeleng. “Aku nggak terlalu akrab dengan Kak Doni dan Kak Rendra, Fik. Kita akan sangat canggung kalau makan siang bersama mereka,” ujarnya beralasan. Bella memang tidak terlalu akrab dengan Doni dulu. Dia hanya sesekali mengobrol dengannya ketika sedang bersama Rendra. Suasana makan siang pasti akan sangat canggung kalau Bella dan Fika ikut bersama mereka. Bukan hanya karena Bella tidak akrab dengan Doni saja, tapi kehadiran Rendra di sana membuat Bella tidak nyaman. Itu menjadi alasan utama Bella menolak ajakan makan siang Doni. Namun, hal itu tidak ia utarakan kepada Fika. “Iya juga, sih. Rasanya nggak nyaman kalau kita makan siang dengan orang yang nggak kita kenal. Lagi pula aku nggak mau membuat masalah dengan Kak Viona. Dia pasti nggak akan suka kalau mendengar kekasihnya makan siang bersama perempuan lain, meskipun yang mengajak makan siang adalah temannya bukan Kak Rendra,” kata Fika, panjang lebar. “Kamu benar, Fik. Lebih baik kita menghindari masalah daripada membuat masalah. Rasanya aku sudah cukup kenyang mendengar omongan orang-orang tentang aku dan Kak Rendra kemarin. Aku nggak mau menjadi bahan pembicaraan seluruh kampus lagi,” timpal Bella, setuju. oOo Keesokan harinya, Bella dan Fika merealisasikan rencana mereka dengan mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di Kota Bandung. Mereka berdua pergi menggunakan kendaraan umum. Pukul delapan pagi, Bella sudah berada di halte dekat tempat kos Fika. Mereka berdua kemudian pergi ke tempat wisata yang menjadi tujuan awal mereka yaitu Museum Gedung Sate. Karena Bella dan Fika pergi menggunakan kendaraan umum, jadi mereka hanya akan mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di dalam Kota Bandung. Ketika tiba di Museum Gedung Sate, sudah banyak pengunjung yang berada di sana. Bella dan Fika kemudian memasuki museum bersama para pengunjung yang lain. Mereka sangat tertarik melihat isi Museum Gedung Sate yang menjadi museum interaktif pertama di Indonesia. Di sana mereka melihat perkembangan Kota Bandung dari masa ke masa, berbagai macam koleksi seni seputar Bandung, informasi mengenai sejarah pembangunan Gedung Sate, miniatur Gedung Sate yang disajikan dengan teknologi digital yang canggih. Bella terpesona saat melihat visual Kota Bandung yang dilihat dari langit. Dia dan Fika kemudian memasuki ruang Augmented Reality untuk bermain bersama animasi orang Belanda dan para pekerja pembangun Gedung Sate. Mereka juga menonton teater 4D. Terakhir mereka berdua menuju ke ruang terbuka Virtual Reality untuk melakukan simulasi melihat Gedung Sate melalui balon terbang. (sumber : https://travel.kompas.com dan https://kumparan.com) Bella dan Fika sangat puas berkeliling di dalam Gedung Sate. Selain mendapat informasi mengenai Kota Bandung, mereka menikmati berbagai teknologi digital yang ada di dalam sana. Tak lupa mereka mengabadikan momen selama berada di Museum Gedung Sate menggunakan handphone masing-masing. Cuaca sudah cukup terik ketika Bella dan Fika keluar dari dalam Gedung Sate. Mereka membeli minuman dan jajanan di sekitar Gedung Sate sebelum kembali melanjutkan perjalanan mereka. Kali ini Bella dan Fika mengunjungi Museum Geologi yang lokasinya berdekatan dengan Gedung Sate. Berbeda dengan Museum Gedung Sate yang berisi koleksi sejarah Kota Bandung dari masa ke masa, di Museum Geologi terdapat koleksi fosil, bebatuan, dan juga mineral. Di lantai pertama, Bella dan Fika melihat animasi kegiatan geologi dan kegiatan museum dalam layar lebar. Mereka juga melihat beberapa fosil yang ada di sana seperti fosil manusia purba, dinosaurus Tyrannosaurus Rex Osborn, tengkorak manusia purba, ikan dan juga ular serta artefak manusia purba. Museum Geologi ini sangat cocok bagi para pelajar yang ingin mempelajari ilmu geologi karena di sini terdapat koleksi gambaran hipotesis terjadinya bumi, sistem tata surya, tatanan tektonik regional hingga maket pergerakan lempeng-lempeng aktif kulit bumi. Mereka juga bisa mempelajari keadaan geologi Indonesia, keadaan lingkungan purba pada zaman dahulu, proses pembentukan fosil, batu bara dan juga minyak bumi. Puas berkeliling di lantai satu, Bella dan Fika kemudian melanjutkan ke lantai dua di mana terdapat koleksi berbagai macam sumber daya alam berupa maket tambang emas paling besar di dunia yang berlokasi di Papua, koleksi bebatuan asal Papua, miniatur pengeboran minyak bumi dan gas bumi. Ada juga informasi tentang sumber daya mineral, manfaat dan kegunaan batu mineral bagi manusia hingga cara mengolah mineral dan energi. Di Museum Geologi, Bella dan Fika seolah diingatkan kembali dengan pelajaran pada zaman sekolah dahulu. Informasi geologi di museum ini sangat komplit hingga terdapat informasi tentang berbagai jenis bahaya geologi juga seperti tanah longsor dan letusan gunung api. (sumber : https://www.wisataidn.com) “Bagaimana kalau kita cari makan siang dulu, Bel? Aku sangat lelah dan juga lapar,” usul Fika, setelah keluar dari Museum Geologi. “Iya, aku setuju, Fik,” timpal Bella, yang tampak lelah seperti Fika juga. Kepala Bella dan Fika terasa penuh setelah keluar dari Museum Geologi. Kunjungan wisata mereka tidak hanya sebatas jalan-jalan semata, tapi juga sekaligus mempelajari berbagai macam sejarah dan ilmu geologi di dua museum yang telah mereka kunjungi. Bella dan Fika mencari warung makan yang berada di sekitar Museum Geologi. Mereka duduk di salah satu kursi yang tersedia, lalu memesan menu makanan masing-masing. “Masih sanggup melanjutkan perjalanan, Fik?” tanya Bella, sambil menunggu makanan pesanan mereka datang. “Tentu saja, Bel. Setelah ini adalah tempat yang sudah aku tunggu-tunggu. Sejak tinggal di Bandung, aku sangat ingin mengunjungi tempat ini,” kata Fika, bersemangat. Bella tersenyum. Dia juga sama bersemangatnya dengan Fika. Bella sudah beberapa kali melihat informasi tentang tempat wisata ini dan dia sangat penasaran ingin melihatnya secara langsung. Makanan pesanan Bella dan Fika akhirnya datang. Mereka segera menyeruput es jeruk untuk menghilangkan rasa haus sebelum menyantap makanan di piring masing-masing. “Museum-museum tadi sangat menakjubkan ya, Bel. Teknologinya benar-benar canggih,” kata Fika, kembali membuka percakapan di antara mereka. “Iya, Fik. Aku merasa nggak berada di dalam museum saat di Gedung Sate,” timpal Bella. “Kita seperti anak-anak sekolah yang belajar sejarah dan geologi, Bel,” kata Fika, terkekeh. “Kamu benar, Fik. Kepala aku sangat penuh dengan segala macam jenis fosil dan bebatuan,” ucap Bella, ikut terkekeh. “Ini namanya bukan liburan, tapi study tour, Bel,” komentar Fika. Bella terkekeh. Dia setuju dengan pendapat Fika karena tempat wisata yang mereka tuju tadi adalah tempat wisata edukasi. Di museum Gedung Sate dan Geologi tadi banyak anak-anak sekolah yang melakukan study tour, hanya ada beberapa pengunjung dari kalangan biasa seperti Bella dan Fika. Mereka berdua terus melanjutkan obrolan sambil menyantap menu makan siang mereka. Sebenarnya Bella dan Fika ingin mencoba makanan khas Bandung. Namun, mereka belum tahu makanan khas Bandung yang ada di sekitar Museum Geologi. Mereka mencari tempat makan pertama yang mereka temui, yang tampak murah meriah dan tidak menguras isi kantong. Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba ada suara seseorang yang memanggil nama mereka berdua. “Bella. Fika.” Bella dan Fika dengan kompak menoleh dan terkejut melihat seseorang yang memanggil nama mereka. Ada dua orang laki-laki yang berdiri di dekat pintu masuk rumah makan dan sedang memandang ke arah mereka. Salah satunya adalah orang yang memanggil nama Bella dan Fika tadi. Dia tersenyum kemudian berjalan mendekati meja mereka diikuti temannya. Bella mengerjapkan mata berulang kali untuk meyakinkan penglihatannya. Rasanya dia tidak percaya bisa bertemu mereka berdua di tempat ini. Apakah ini takdir atau hanya sebuah kebetulan semata? oOo
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD