Bab 43

1209 Words

Hampir seminggu ini, kebersamaan Alena dan Tristan terasa seperti angin segar di tengah kekosongan ingatannya. Meski otaknya belum sepenuhnya mampu mengingat siapa Tristan sebenarnya, namun hatinya mulai terbiasa dengan keberadaan pria itu. Bahkan, ia mulai menantikan kedatangannya setiap pagi. Seperti pagi ini. Alena duduk di teras belakang, mengenakan gaun santai berwarna pastel sambil menggendong salah satu si kembar. Matanya sesekali melirik ke arah gerbang. Bibirnya melengkung pelan saat mobil hitam yang sudah sangat dikenalnya itu meluncur pelan memasuki halaman rumah. “Pagi, Lena...” sapa Tristan hangat begitu ia keluar dari mobil, membawa kantong kertas berisi makanan. Alena tersenyum cerah. “Pagi. Kamu bawa apa lagi hari ini?” “Roti isi daging lada hitam yang kamu suka. Dan j

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD