Cindy melangkah anggun ke dalam rumah keluarga Tristan, membawa kotak kue mahal dan senyum manis yang telah ia latih di depan cermin sejak pagi. Ia yakin, Mama Helena akan senang melihatnya kembali. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah pilihan yang lebih baik daripada Alena. Namun begitu kakinya menginjak lantai marmer ruang tamu, ekspresi Mama Helena langsung berubah dingin. “Selamat pagi, Tante Helena,” sapa Cindy lembut, mendekat sambil menyodorkan kotak kue. “Saya sengaja mampir karena kemarin, Alena sempat salah paham melihat kedatangan saya di kantor Tristan. Dan sekarang, saya hanya ingin menjelaskannya pada Alena.” Mama Helena tak menjawab. Ia hanya menatap tajam wanita di hadapannya. “Taruh saja kuenya di meja. Tristan dan Alena belum pulang.” Senyum Cindy sedikit pudar