“Ini.” Lova menatap kartu ATM di tangan Zegan yang diulurkannya padanya. Kemarahan pun semakin tampak jelas di wajah. Diambilnya benda persegi itu lalu melemparnya hingga masuk ke kolong mobil. “Aku tidak butuh! Untuk apa kau memberikannya padaku setelah mengurasnya?!” sungut Lova kemudian dengan cepat mengambil langkah. Ia berjalan cepat meninggalkan rumah, berniat naik kendaraan umum untuk pergi bekerja. Zegan tetap diam dalam posisi dengan pandangan mengarah pada kartu Lova yang tak terjangkau penglihatannya. Dan tanpa mengatakan apapun, ia membalikkan badan dan masuk ke dalam rumah dengan satu tangan masuk saku celana. Di sisi lain, Lova menggunakan taksi menuju tempat kerjanya. Ia beruntung, taksi itu kebetulan lewat saat ia keluar dari area komplek rumahnya. Lova menjatuhka