Ria menganga melihat pria tampan duduk di sebelah Lova. Sementara, Lova menajamkan penglihatannya yang mulai kabur, memperhatikan pria itu hingga matanya menyipit. “Kau ….” gumam Lova di mana dahinya tampak berkerut. Meski mulai mabuk ia berusaha mengingat wajah pria di sampingnya ini. “sialan. Kau b******n yang memerasku.” Zegan tersenyum miring. Diraihnya tangan Lova dan mencium punggung tangannya. “Aku akan memuaskanmu sebagai ganti. Bukankah itu adil?” Lova menatap Zegan dengan mata sayu dan tiba-tiba senyumnya terukir. “Hm, kau cukup tampan. Setidaknya keperawananku tidak kuberikan pada om-om berperut buncit atau pria hidung belang.” Plak! Tamparan pelan mendarat di pipi Lova. “Lova! Apa kau gila? Jangan bodoh! Kau tidak mengenalnya!” sentak Ria berusaha menyadarkan Lova. L