Suara Bunda dan Mas Angga terdengar. Bunda menarik napas panjang begitu rekaman berhenti. Aku duduk di sofa samping Mama. "Aku gak salah paham!" kuucap kata itu dengan keras. Mas Angga memandangku. "Kamu salah paham, Din. Vidio yang kamu rekam itu, itu saat aku bilang pada Bunda bahwa aku ragu mau punya anak. Setelah itu, aku mengatakan pada Bunda bahwa aku mau punya anak," jelasnya yang kutanggapi dengan senyuman mencibir. Aku tidak mau percaya padanya lagi. Titik! "Benar yang dikatakan Angga, Din." Bunda memandangku. "Kamu hanya salah paham," lanjutnya dengan tatapan terus ke arahku. Aku menggeleng. "Aku gak percaya sama Mas Angga lagi, Bun," sahutku tanpa menatap Bunda. Yang kutatap justru Mas Angga. Mas Angga menghela napas, dia memijit-mijit keningnya. Mama memandang Bunda. "Bund