CHAPTER 5

1484 Words
Bar milik Johnny yang akan didatangi Queenie dan Mia merupakan sebuah bar yang baru saja buka beberapa Minggu terakhir. Teman-teman mereka mengadakan acara reuni bersama dan Queenie juga diundang. Itulah sebabnya dia begitu antusias untuk datang ke tempat ini bahkan sampai berdusta kepada Papanya. Keduanya masih berada di kamar kecil untuk mengganti pakaian, sebuah keberuntungan karena tempat tersebut tidak terlalu sepi karena jika sepi, Queenie bisa menilai kalau ada yang kurang dari bar ini. Gadis berusia 20 tahun itu memoleskan make up yang ia bawa. Dengan serius dia mengukir bentuk alisnya agar simetris. Ia pernah melihat beberapa gadis yang frustasi karena gagal membentuk alis mereka. Untung saja dia terlahir dengan tangan yang dianugerahi bakat seperti ini. "Jadi anak Professor Douglas memanggilmu dengan sebutan Mommy?" Queenie mengangguk cepat meski fokusnya masih kepada alis kirinya,"Iya. Benar-benar gila karena tadi siang aku membiarkan gadis kecil itu memanggilku begitu sampai Profesor garang tapi seksi muncul di depan pintu. Sialan sekali, mau ditaruh di mana wajah cantikku ini? Dia pasti akan mengejekku sepanjang hari." Mia tertawa renyah sambil menepuk pundak kanan Queenie. Memang, itu kejadian yang memalukan dan pastilah Christian Douglas akan menganggap Queenie sebagai gadis agresif karena berani mendekati putrinya untuk bisa disetubuhi walau sejujurnya Queenie tidak ada maksud seperti itu. "Aku kasih saran terbaik untukmu, Queen sayang. Berhentilah bersikap baik pada seseorang. Sesekali jadilah seperti badgirl." Queenie menyimpan pensil alisnya kembali ke dalam tas berisi alat rias sebelum menatap Mia dengan sinis,"Kau kira aku culun, hah? Lihat, aku seksi kan?" Mia benar-benar ingin muntah melihat rasa percaya diri yang dimiliki Queenie. Mau sampai kapan sahabatnya itu bersikap seperti jalang di saat dia adalah seorang perawan lugu? "Aku baru akan percaya kalau kau sudah melepas keperawanan mu, Queen. Sampai saat ini saja kau masih perawan, itu artinya kau belum jadi badgirl." "Sialan kau. Aku bukan mahasiswi kesepian yang membutuhkan Sugar Daddy dan harus rela ditiduri setiap detik. Menjadi gadis nakal versi ku bukanlah yang seperti itu," Balas Queenie. Gadis itu mengeluarkan lipstick lalu memolesnya ke atas bibir seksi yang ia dapat dari sang Mama. "Itu dia, Queen! Kau bisa jadikan Profesor Douglas sebagai Sugar Daddy mu. Tidak akan ada yang tahu kalau kau bisa bermain pintar," Saran dari Mia dihadiahi sebuah pukulan oleh Queenie. Bukannya merasa sakit karena pundaknya terkena pukulan, Mia malah tertawa tidak jelas. Setelah selesai, mereka berdua pun memutuskan untuk keluar dari kamar kecil dan bergabung bersama teman-teman mereka yang berkumpul di suatu meja panjang dengan sofa yang menempel di sudut ruangan. "Hai semuanya!" Suara Mia membuat setiap mata memandang ke arah mereka berdua. Teman-teman mereka ini memang tipikal anak muda yang senang berpesta dan terkadang terlalu bebas, tapi Queenie tidak mempermasalahkan itu. Sesekali ia ingin menjadi seperti yang dia inginkan dan menikmati masa mudanya. "Wow, Queen, kau cantik sekali. Seperti biasa, kau yang paling seksi!" Goda pria dengan rambut sedikit ikal yang bernama Adam. Pria itu memang diketahui sedang berusaha mendekati Queenie bahkan sejak semester awal kuliah. Namun, Queenie selalu menolak ajakan Adam untuk berkencan. "Well, kau beruntung karena si seksi ini masih belum punya pacar, Adam. Berusahalah lebih keras!" Ucapan Mia membuat mata Queenie sedikit membulat. Dia sudah mengatakan kepada Mia untuk tidak membahas apapun, tapi sepertinya Mia senang sekali menggoda mereka. Queenie benar-benar tidak akan memberikan Adam kesempatan untuk mendekatinya karena memang dia tidak menyukai pria itu. Dia suka main perempuan dan Queenie membencinya. Mia dan Queenie duduk di yang paling ujung bersama gadis lainnya. Mereka tampak sibuk membicarakan soal kehidupan kuliah yang membosankan ataupun para profesor kejam yang sangat pelit dengan nilai. Bayangkan saja, beberapa dari mereka terpaksa mengulang mata kuliah yang sama halnya karena nilai yang tidak mencukupi. Terkadang menyebalkan, tapi itu kehidupan kampus. "Ada yang mau alkohol? Aku membawa jenis alkohol langkah. Orangtuaku pengoleksi minuman keras dan aku mencuri dari gudang bawah tanah," Tawar seorang pria bernama Trevor. Tentu saja para anak muda itu menerima dengan senang hati. Namun, Queenie menolak untuk minum. Dia hanya menggeleng pelan saat Mia menyodorkannya gelas kecil berisi minuman keras. Risiko terbesar adalah mabuk dan jika itu terjadi, bisa jadi bahaya besar. "Oh, Mia. Sebaiknya jangan minum terlalu banyak, kau bisa mabuk." "Mabuk hanya urusan kecil, Queen. Kalau aku mabuk, paling tidak ada kau yang melindungi ku," Ucap Mia. Dia kembali menenggak alkohol milik Trevor dan mendesah keras karena rasanya yang enak. Acara kumpul-kumpul itu perlahan berubah menjadi ajang pencarian jodoh. Queenie melihat satu persatu teman-temannya tampak mulai tersihir oleh nafsu dan saling mencumbu satu sama yang lainnya. Ada pula yang turun ke lantai dansa. Queenie semakin yakin kalau tempat ini merupakan kelab malam yang berkedok sebagai bar tempat anak muda sepertinya melakukan acara reuni. Mia tampaknya sudah asyik dengan pacarnya, hal itu membuat Queenie beranjak dari meja mereka untuk mencari sesuatu yang baru. Karena dia tidak mengenal siapa pun di sini, gadis itu pun duduk di kursi bar. Ia memanggil bartender dan memesan minuman yang tidak beralkohol. "Maaf, Nona. Kami hanya menjual minuman keras." "Kau bercanda, kan? Tidak ada es jeruk atau kopi?" Terdengar aneh karena Queenie menanyakan hal itu. Bartender tadi hanya menggeleng lalu meninggalkan Queenie yang duduk hampa di atas kursi bar. "Hei, Queen. Merasa bosan?" Ia tersentak saat mendengar suara Adam tepat di belakang telinganya. Ia bersumpah akan memukul pria itu jika dia berani mengagetkannya seperti tadi. Adam dengan cepat duduk di kursi sebelah Queenie dan menumpuhkan sikunya ke meja. "Mau minum denganku?" "Adam, ku mohon berhenti mengganggu ku. Aku lelah melihatmu terus." "Kau sombong sekali, Queen. Kau sudah punya pacar, kan? Tidak mungkin-" "Berhenti atau akan aku adukan ke Papaku," Potong Queenie. Adam mengendikkan bahunya lalu dia memesan segelas air kepada si bartender. "Kau belum minum, Queen. Setidaknya air mineral tidak masalah," Queenie memutar bola matanya dan ia menggeser tubuhnya agar tidak berdekatan dengan Adam. Lelaki tidak tahu malu ini sangat berbahaya jika dia tidak hati-hati. "Queenie, sangat tidak sopan kalau kau menolak pemberian teman. Terimalah, ini hanya air mineral, bukan alkohol." Gadis itu berdecak kesal sebelum meraih gelas yang dipegang Adam lalu diminumnya sampai habis air di dalam gelas itu. Ditaruhnya asal gelasnya ke atas meja lalu ia beranjak pergi meninggalkan Adam yang hanya menatapnya tenang. Queenie kembali duduk di tempatnya. Ia memilih untuk mengobrol bersama salah seorang teman perempuannya daripada meladeni rayuan Adam yang membuat dia mual. Adam sama seperti Austin—anggota kemahasiswaan— yang seringkali mendekatinya dengan cara yang tak masuk akal. Maxime pernah mendatangi Austin dan meminta pria itu untuk menjauhi Queenie dan itu berhasil. Mungkin nanti dia akan mengadukan Adam kepada kakaknya supaya pria itu juga dapat peringatan. Lihat saja. "Tidak ikut mencari pacar, Queen? Di sini banyak lelaki loh," Queenie memutar bola matanya. "Aku tidak mau sembarangan. Maksudku, tentu saja aku tidak akan tidur dengan pria asing." Queenie dan temannya lantas tertawa. Namun, beberapa menit kemudian, ia merasakan tubuhnya panas. Gadis itu merasa tidak nyaman dan gelisah di tempatnya seolah ada sesuatu yang membakar tubuhnya secara cepat. Queenie meneguk ludahnya kasar dan ia mengelap keringatnya. Tanpa permisi dia berdiri lalu melangkah meninggalkan tempat itu. Aku kenapa? Rasanya... Rasanya sangat panas dan... Dia berhenti di koridor. Queenie mengatur napasnya dan segala rasa panas itu berpusat di bawah tubuhnya. Ia seperti menginginkan sebuah sentuhan dan rasanya dia akan mati kalau tidak segera mendapatkannya. Dengan langkah tertatih ia menyusuri lorong, tapi belum sampai ke depan itu, tangannya ditarik keras ke belakang. "Kenapa, Queen? Butuh bantuan?" Matanya menatap sayu kepada Adam yang tengah mendekapnya erat. Queenie merinding saat jemari Adam memegang pinggangnya erat, ia ingin sentuhan. Ia ingin dibebaskan dari rasa sialan ini. "A-Adam. Aku kenapa? Rasanya panas dan tidak enak," Suaranya mulai melemah. Ia tidak menolak saat tangan Adam mulai bergerak nakal di perutnya. "Aku bisa membantumu, sayangku. Ayo, ikut aku ke suatu tempat." "Apa? Ti-Tidak, Adam. Jangan bawa aku," Adam merangkulnya lalu mereka keluar dari bar itu untuk menyeberangi jalan. Ada sebuah hotel di seberang dan ini saatnya untuk memberi Queenie pelajaran tentang tidak boleh bersikap jual mahal. ... Christian tengah duduk di lobi hotel karena saat ini dia sedang ingin berbicara penting dengan seseorang yang berasal dari luar Washington. Jika bukan karena permintaan wanita tua yang ia sebut ibu, mungkin dia tidak akan repot-repot datang kemari. "Tuan Douglas, Nyonya besar sangat ingin Anda kembali dan membawa Nona Muda. Saat ini kondisi Ibu Anda tengah tidak baik dan ia ingin anak-anaknya berkumpul." Pria itu meneguk habis air putih di gelasnya dan menggeleng pelan,"Selagi ia masih menjadi istri sah pria sialan itu, aku tidak akan pernah pulang. Lagipula, aku hidup aman dan tenang di sini, jadi tidak perlu repot-repot untuk memintaku pulang." Pria tua di depannya ini lantas merasa tidak enak. Dia mengeluarkan sapu tangan lalu mengelap dahinya yang berkeringat. Padahal ini ruangan yang memiliki pendingin, tapi sepertinya keberadaan Christian membuat ia gugup dan takut. "Saya mohon, Tuan Douglas. Pikirkan permintaan Nyonya Besar." Christian membuang tatapannya ke tempat lain. Ada dua alasan kenapa dia tidak kembali. Yang pertama, itu karena ibunya menikahi pria asing yang telah menyebabkan ayah kandungnya mati. Gila, bukan? Kenapa Martha harus menikahi pria sialan itu? Ketika ia sedang asyik berpikir tentang masa lalu, matanya tak sengaja melihat dua orang berbeda jenis kelamin yang baru saja masuk ke pintu utama hotel. Ia mengerutkan dahinya saat dia mengenal salah seorang dari mereka. Gadis itu? TBC A/N : Maaf kelamaan
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD